Powered By Blogger

Rabu, 28 Desember 2022

SABAR ADA BATASNYA?

 

SABAR ADA BATASNYA?

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 


 “…Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar”.

(QS. Al-Anfal : 46)


Sudah hampir dua bulan ini saya menjalani proses pemulihan pasca operasi Fistula Ani. Tidak mudah bagi saya dalam menjalani proses pemulihan kesehatan ini. Jika pada umumnya orang sehabis operasi hanya sebentar mengalami kesakitan karena operasi, tetapi tindakan operasi itu sendiri adalah cara untuk menghilangkan rasa sakit. Berbeda dengan saya, tindakan operasi yang saya jalani merupakan awal dari rasa sakit yang saya derita.

Proses pemulihan pasca operasi Fistula Ani merupakan proses yang sangat berat dan penuh dengan rasa sakit. Proses ini bukan hanya istirahat di tempat tidur menunggu sakit sembuh, melainkan proses yang penuh dengan tindakan medis setiap hari yang disertai rasa yang menyakitkan. Proses ini bukanlah proses yang menyenangkan dan menentramkan Karena hanya tiduran di tempat tidur, melainkan proses yang memerlukan persiapan mental dan pikiran untuk menahan rasa sakit setiap harinya.

Beratnya proses pemulihan pasca operasi yang penuh rasa kesakitan ini telah disampaikan oleh dokter bedah yang mengoperasi saya di awal ketika akan dilakukan tindakan operasi. Dokter bedah saya mengatakan bahwa proses operasi Fistula Ani itu tidak menyakitkan karena pasien dibius, tetapi yang menyakitkan adalah proses perawatan luka pasca operasi sampai luka bekas operasi menutup. Mengapa proses perawatan luka operasi Fistula Ani bisa menyakitkan? Karena pada operasi Fistula Ani, prosedurnya adalah permukaan kulit tempat timbulnya Fistula Ani dibuka dengan disayat, kemudian saluran fistulanya dibersihkan dengan cara mengerok jaringan daging yang ada saluran fistulanya dengan lebar dan kedalaman mengikuti ukuran saluran Fistulanya. Pada kasus yang saya alami, lubang saluran Fistula yang saya derita lumayan cukup dalam sehingga bagian tubuh tempat tumbuhnya Fistula saya disayat dan dikerok dengan ukuran lumayan besar dan dengan kedalaman kurang lebih ada 4 cm.

Prosedur perawatan luka operasi Fistula Ani adalah dengan membiarkan luka operasi menjadi luka terbuka atau tidak dijahit. Lubang rongga luka hasil dikerok diisi dengan kasa steril yang dibasahi dengan obat antiseptic (bethadine) dan ditutup dengan kain perban. Setiap hari perban dibuka, rongga luka dibersihkan dan isian kain kasa diganti. Proses pembersihan luka dan penggantian isian kain kasa inilah yang rasanya sangat menyakitkan.

Pada sepuluh hari pertama pasca operasi, rasa sakit ketika penggantian kain kasa benar-benar menyiksa, rasanya seperti disayat-sayat. Setiap proses penggantian kasa, saya harus menahan rasa nyeri yang luar biasa sakitnya, seluruh otot tubuh saya tegang menahan serangan rasa sakit dan nafas saya tengengah-enggah bagaikan habis lari jarak jauh. Kondisi yang benar-benar menyiksa dan menantang mental dan keberanian. Proses dan situasi tersebut terus berulang setiap hari hingga sekarang, walaupun sekarang intensitasnya rasa sakitnya sudah jauh berkurang tetapi tetap masih terasa nyeri dan ngilu saat kain kasa dimasukan ke dalam rongga luka. Ukuran rongga luka bekas operasi sampai saat ini juga sudah lumayan mengecil walau masih mengeluarkan darah dan terasa nyeri.

Kesabaran saya untuk menahan rasa sakit akibat penyakit Fistula Ani ini ternyata tidak berakhir setelah melakukan tindakan operasi. Harapan besar saya agar segera terbebaskan dari penderitaan rasa sakit saat luka bekas operasi Fistula sembuh ternyata belum dikabulkkan Allah Swt. Walaupun saya secara intensif dirawat oleh tenaga medis professional (Perawat RS), menjaga pola makan sesuai saran dokter, dan setiap minggu rutin memeriksakan perkembangan luka operasi ke dokter bedah yang mengoperasi, dengan tujuan agar penyakit Fistula saya bisa sembuh total, ternyata menyisakan permasalahan baru. Tepat satu bulan pasca operasi Fistula Ani, saya sering mengalami rasa nyeri yang berbeda dengan rasa nyeri luka operasi.

Puncak rasa nyeri yang saya rasakan adalah dua malam saya mengalami rasa sakit nyeri yang luar biasa. Malam pertama saya merasakan rasa nyeri yang menyayat hingga rasanya saya mau pingsan karena begitu sakitnya, akhirnya pukul 02 dini hari saya diantar istri ke IGD RS. Setelah dilakukan tindakan darurat, beberapa saat kemudian saya tidak merasakan sakit nyeri lagi dan bisa tertidur beberapa waktu, maka selanjutnya pada pukul  04.30 saya diperbolehkan pulang ke rumah. Semenjak pulang dari IGD RS, seharian saya merasakan nyaman dan tidak merasakan sakit. Mungkin karena masih terpengaruh efek obat penghilang nyeri yang disuntikkan sehingga saya benar-benar merasakan badan nyaman tanpa ada rasa sakit sama sekali.

Menjelang datang malam, ternyata keadaan kembali berubah drastis. Sejak bakda Maghrib saya mulai merasakan sakit nyeri kembali. Rasa sakit nyeri tersebut semakin lama semakin terasa dan datangnya rasa sakit terus-menerus secara periodik. Akibatnya semalaman saya tidak bisa tidur dan hanya bisa menangis menahan rasa sakit yang tak tertahankan. Saya mencoba terus bertahan menahan rasa sakit yang semakin lama semakin menyakitkan. Istri akhirnya juga tidak tidur semalaman karena sibuk memeluk dan menenangkan saya yang terus-menerus menangis kesakitan.

Penderitaan saya di malam itu tersebut akhirnya berlanjut sampai pagi hari. Saat itu saya benar-benar kesakitan dan tidak berdaya. Saya sama sekali tidak mampu menggerakan anggota tubuh khususnya kaki karena setiap mau menggerakan atau sekadar menggeser kaki, maka rasa sakit menyayat segera menyerang. Akhirnya istri mengajak untuk periksa lagi ke IGD RS. Karena saya sudah sama sekali tidak mampu menggerakan anggota tubuh sehingga kesulitan untuk bangun dari tempat tidur, maka akhirnya istri meminta tolong tetangga perumahan untuk membantu mengangkat saya. Jadilah pagi itu saya diangkat lima orang bapak-bapak warga perumahan dan dibawa ke IGD RS. Waktu diangkat lima orang tersebut, saya benar-benar tidak berdaya dan merasakan rasa sakit yang luar biasa. Sesampainya di IGD RS, kembali saya diberikan tindakan darurat untuk menghilangkan rasa sakit dan luka bekas operasi Fistula saya juga dibersihkan oleh perawat IGD. Karena habis merasakan sakit yang hebat dan luka operasi juga sudah dibersihkan oleh perawat IGD, maka perawat RS yang biasa merawat luka operasi saya tidak datang.

Di hari selanjutnya ketika perawat RS yang biasa merawat luka sedang membersihkan luka operasi, beliau memberitahukan jika di dekat luka operasi muncul lubang Fistula baru. Beliau kemudian memfoto luka operasi saya dan menunjukkan posisi lubang Fistula yang baru. Setelah melihat foto lubang Fistula yang baru, seketika saya mengalami shock dan badan saya menjadi lemas. Pikiran saya seketika buntu dan mental saya shock berat. Saya benar-benar kaget dan tidak percaya dengan kejadian tersebut. Saya merasa benar-benar putus asa dan bingung mau melakukan apa. Perlu waktu beberapa saat untuk saya bisa menenangkan diri dan menerima kondisi saya tersebut.

Selesai perawatan luka, saya termenung dan pikiran saya kosong. Saya bingung bagaimaa lagi nasib penyakit saya. Harapan besar untuk sembuh melalui proses operasi yang dipenuhi dengn drama kesakitan selama sebulan lebih ini ternyata sia-sia, penyakit Fistula saya belum bisa sembuh. Malah sekarang muncul lagi fitula baru di saat saya masih menderita sakit luka bekas operasi. Saya benar-benar bingung dan stress. Saya tidak sanggup membayangkan jika harus menjalani prosedur operasi Fistula Ani lagi dan merasakan sakitnya saat perawatan luka pasca operasi.

Setelah munculnya lubang fistula baru tersebut, oleh dokter bedah yang mengoperasi saya, saya dirujuk ke dokter spesialis bedah digestif karena diduga fistula saya terhubung dengan organ pencernaan. Untuk sementara ini, proses perawatan sakit fistula saya di bawah pengawasan dokter bedah digestif. Saya belum tahu tindakan apa selanjutnya yang akan dilakukan oleh dokter bedah digestif, tapi saya menduga pasti akan dilakukan tindakan operasi lagi. Walaupun muncul rasa putus asa, saya tetap berhusnudhan dan berharap bahwa saya akan bisa sembuh dari penyakit Fistula Ani yang sangat menyiksa ini. Untuk sementara ini, saya tetap harus bersabar menderita siksaan rasa sakit akibat penyakit ini.

Ya Rabb, tolonglah hamba-Mu ini. Berikanlah hamba kesabaran dan kekuatan mental untuk menjalani ujian sakit ini. Dengan ke-Mahakuasa-Mu, hilangkanlah penyakit Fistula Ani ini dari diri hamba. Hamba yakin ENGKAU selalu mendengar doa-doa hamba-Mu. ENGKAU telah berjanji bahwa ENGKAU akan selalu bersama orang-orang yang bersabar. Innallaha ma’a ash-shaabiriin. Semoga hamba termasuk orang-orang yang sabar. InsyaAllah. Amin. []

 

Gumpang Baru, 29 Desember 2022

Tidak ada komentar:

Postingan Populer