SABAR ADA BATASNYA?
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
“…Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(QS. Al-Anfal : 46)
Sudah hampir dua bulan
ini saya menjalani proses pemulihan pasca operasi Fistula Ani. Tidak mudah bagi
saya dalam menjalani proses pemulihan kesehatan ini. Jika pada umumnya orang
sehabis operasi hanya sebentar mengalami kesakitan karena operasi, tetapi
tindakan operasi itu sendiri adalah cara untuk menghilangkan rasa sakit. Berbeda
dengan saya, tindakan operasi yang saya jalani merupakan awal dari rasa sakit
yang saya derita.
Proses pemulihan pasca
operasi Fistula Ani merupakan proses yang sangat berat dan penuh dengan rasa
sakit. Proses ini bukan hanya istirahat di tempat tidur menunggu sakit sembuh,
melainkan proses yang penuh dengan tindakan medis setiap hari yang disertai
rasa yang menyakitkan. Proses ini bukanlah proses yang menyenangkan dan
menentramkan Karena hanya tiduran di tempat tidur, melainkan proses yang
memerlukan persiapan mental dan pikiran untuk menahan rasa sakit setiap
harinya.
Beratnya proses
pemulihan pasca operasi yang penuh rasa kesakitan ini telah disampaikan oleh
dokter bedah yang mengoperasi saya di awal ketika akan dilakukan tindakan
operasi. Dokter bedah saya mengatakan bahwa proses operasi Fistula Ani itu
tidak menyakitkan karena pasien dibius, tetapi yang menyakitkan adalah proses
perawatan luka pasca operasi sampai luka bekas operasi menutup. Mengapa proses
perawatan luka operasi Fistula Ani bisa menyakitkan? Karena pada operasi
Fistula Ani, prosedurnya adalah permukaan kulit tempat timbulnya Fistula Ani
dibuka dengan disayat, kemudian saluran fistulanya dibersihkan dengan cara mengerok
jaringan daging yang ada saluran fistulanya dengan lebar dan kedalaman
mengikuti ukuran saluran Fistulanya. Pada kasus yang saya alami, lubang saluran
Fistula yang saya derita lumayan cukup dalam sehingga bagian tubuh tempat
tumbuhnya Fistula saya disayat dan dikerok dengan ukuran lumayan besar dan
dengan kedalaman kurang lebih ada 4 cm.
Prosedur perawatan luka
operasi Fistula Ani adalah dengan membiarkan luka operasi menjadi luka terbuka
atau tidak dijahit. Lubang rongga luka hasil dikerok diisi dengan kasa steril
yang dibasahi dengan obat antiseptic (bethadine) dan ditutup dengan kain
perban. Setiap hari perban dibuka, rongga luka dibersihkan dan isian kain kasa
diganti. Proses pembersihan luka dan penggantian isian kain kasa inilah yang
rasanya sangat menyakitkan.
Pada sepuluh hari
pertama pasca operasi, rasa sakit ketika penggantian kain kasa benar-benar
menyiksa, rasanya seperti disayat-sayat. Setiap proses penggantian kasa, saya
harus menahan rasa nyeri yang luar biasa sakitnya, seluruh otot tubuh saya
tegang menahan serangan rasa sakit dan nafas saya tengengah-enggah bagaikan
habis lari jarak jauh. Kondisi yang benar-benar menyiksa dan menantang mental
dan keberanian. Proses dan situasi tersebut terus berulang setiap hari hingga
sekarang, walaupun sekarang intensitasnya rasa sakitnya sudah jauh berkurang
tetapi tetap masih terasa nyeri dan ngilu saat kain kasa dimasukan ke dalam
rongga luka. Ukuran rongga luka bekas operasi sampai saat ini juga sudah
lumayan mengecil walau masih mengeluarkan darah dan terasa nyeri.
Kesabaran saya untuk
menahan rasa sakit akibat penyakit Fistula Ani ini ternyata tidak berakhir
setelah melakukan tindakan operasi. Harapan besar saya agar segera terbebaskan
dari penderitaan rasa sakit saat luka bekas operasi Fistula sembuh ternyata
belum dikabulkkan Allah Swt. Walaupun saya secara intensif dirawat oleh tenaga
medis professional (Perawat RS), menjaga pola makan sesuai saran dokter, dan
setiap minggu rutin memeriksakan perkembangan luka operasi ke dokter bedah yang
mengoperasi, dengan tujuan agar penyakit Fistula saya bisa sembuh total,
ternyata menyisakan permasalahan baru. Tepat satu bulan pasca operasi Fistula
Ani, saya sering mengalami rasa nyeri yang berbeda dengan rasa nyeri luka
operasi.
Puncak rasa nyeri yang
saya rasakan adalah dua malam saya mengalami rasa sakit nyeri yang luar biasa.
Malam pertama saya merasakan rasa nyeri yang menyayat hingga rasanya saya mau
pingsan karena begitu sakitnya, akhirnya pukul 02 dini hari saya diantar istri
ke IGD RS. Setelah dilakukan tindakan darurat, beberapa saat kemudian saya
tidak merasakan sakit nyeri lagi dan bisa tertidur beberapa waktu, maka
selanjutnya pada pukul 04.30 saya diperbolehkan
pulang ke rumah. Semenjak pulang dari IGD RS, seharian saya merasakan nyaman
dan tidak merasakan sakit. Mungkin karena masih terpengaruh efek obat
penghilang nyeri yang disuntikkan sehingga saya benar-benar merasakan badan
nyaman tanpa ada rasa sakit sama sekali.
Menjelang datang malam,
ternyata keadaan kembali berubah drastis. Sejak bakda Maghrib saya mulai
merasakan sakit nyeri kembali. Rasa sakit nyeri tersebut semakin lama semakin
terasa dan datangnya rasa sakit terus-menerus secara periodik. Akibatnya
semalaman saya tidak bisa tidur dan hanya bisa menangis menahan rasa sakit yang
tak tertahankan. Saya mencoba terus bertahan menahan rasa sakit yang semakin
lama semakin menyakitkan. Istri akhirnya juga tidak tidur semalaman karena
sibuk memeluk dan menenangkan saya yang terus-menerus menangis kesakitan.
Penderitaan saya di
malam itu tersebut akhirnya berlanjut sampai pagi hari. Saat itu saya
benar-benar kesakitan dan tidak berdaya. Saya sama sekali tidak mampu menggerakan
anggota tubuh khususnya kaki karena setiap mau menggerakan atau sekadar
menggeser kaki, maka rasa sakit menyayat segera menyerang. Akhirnya istri
mengajak untuk periksa lagi ke IGD RS. Karena saya sudah sama sekali tidak
mampu menggerakan anggota tubuh sehingga kesulitan untuk bangun dari tempat
tidur, maka akhirnya istri meminta tolong tetangga perumahan untuk membantu
mengangkat saya. Jadilah pagi itu saya diangkat lima orang bapak-bapak warga
perumahan dan dibawa ke IGD RS. Waktu diangkat lima orang tersebut, saya
benar-benar tidak berdaya dan merasakan rasa sakit yang luar biasa. Sesampainya
di IGD RS, kembali saya diberikan tindakan darurat untuk menghilangkan rasa
sakit dan luka bekas operasi Fistula saya juga dibersihkan oleh perawat IGD.
Karena habis merasakan sakit yang hebat dan luka operasi juga sudah dibersihkan
oleh perawat IGD, maka perawat RS yang biasa merawat luka operasi saya tidak
datang.
Di hari selanjutnya
ketika perawat RS yang biasa merawat luka sedang membersihkan luka operasi,
beliau memberitahukan jika di dekat luka operasi muncul lubang Fistula baru.
Beliau kemudian memfoto luka operasi saya dan menunjukkan posisi lubang Fistula
yang baru. Setelah melihat foto lubang Fistula yang baru, seketika saya
mengalami shock dan badan saya menjadi lemas. Pikiran saya seketika buntu dan
mental saya shock berat. Saya benar-benar kaget dan tidak percaya dengan
kejadian tersebut. Saya merasa benar-benar putus asa dan bingung mau melakukan
apa. Perlu waktu beberapa saat untuk saya bisa menenangkan diri dan menerima
kondisi saya tersebut.
Selesai perawatan luka,
saya termenung dan pikiran saya kosong. Saya bingung bagaimaa lagi nasib
penyakit saya. Harapan besar untuk sembuh melalui proses operasi yang dipenuhi
dengn drama kesakitan selama sebulan lebih ini ternyata sia-sia, penyakit
Fistula saya belum bisa sembuh. Malah sekarang muncul lagi fitula baru di saat
saya masih menderita sakit luka bekas operasi. Saya benar-benar bingung dan
stress. Saya tidak sanggup membayangkan jika harus menjalani prosedur operasi Fistula
Ani lagi dan merasakan sakitnya saat perawatan luka pasca operasi.
Setelah munculnya
lubang fistula baru tersebut, oleh dokter bedah yang mengoperasi saya, saya
dirujuk ke dokter spesialis bedah digestif karena diduga fistula saya terhubung
dengan organ pencernaan. Untuk sementara ini, proses perawatan sakit fistula
saya di bawah pengawasan dokter bedah digestif. Saya belum tahu tindakan apa selanjutnya
yang akan dilakukan oleh dokter bedah digestif, tapi saya menduga pasti akan
dilakukan tindakan operasi lagi. Walaupun muncul rasa putus asa, saya tetap
berhusnudhan dan berharap bahwa saya akan bisa sembuh dari penyakit Fistula Ani
yang sangat menyiksa ini. Untuk sementara ini, saya tetap harus bersabar menderita
siksaan rasa sakit akibat penyakit ini.
Ya Rabb, tolonglah
hamba-Mu ini. Berikanlah hamba kesabaran dan kekuatan mental untuk menjalani
ujian sakit ini. Dengan ke-Mahakuasa-Mu, hilangkanlah penyakit Fistula Ani ini
dari diri hamba. Hamba yakin ENGKAU selalu mendengar doa-doa hamba-Mu. ENGKAU
telah berjanji bahwa ENGKAU akan selalu bersama orang-orang yang bersabar. Innallaha ma’a ash-shaabiriin. Semoga
hamba termasuk orang-orang yang sabar. InsyaAllah. Amin. []
Gumpang Baru, 29 Desember 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar