Powered By Blogger

Minggu, 01 Desember 2024

PEMBELAJARAN KIMIA TERINTEGRASI KARAKTER RELIGIUS

 

PEMBELAJARAN KIMIA TERINTEGRASI KARAKTER RELIGIUS

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Kimia merupakan salah satu mata pelajaran rumpun sains (IPA) yang diajarkan di sekolah menengah atas. Di jurusan atau program peminatan IPA, kimia menjadi mata pelajaran wajib. Sayangnya, kimia masih menjadi momok bagi sebagian besar siswa sekolah menengah atas. Kimia masih dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Kimia masih dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan membosankan.

 

Kimia menjadi mata pelajaran yang sulit bagi siswa-siswi sekolah menengah atas telah dikemukakan oleh beberapa peneliti (Iswara et al., 2021; Marsita et al., 2010; Prayunisa, 2022). Kimia dianggap sulit dipahami oleh siswa-siswi sekolah menengah atas dapat dikarenakan oleh dua faktor, yaitu faktor pertama terkait karakteristik ilmu kimia dan faktor kedua berkaitan dengan karakteristik pembelajaran kimia yang berkaitan dengan cara membelajarkan kimia.

 

Kimia memiliki karakteristik antara lain mempelajari materi yang bersifat abstrak, seperti atom, elektron, ikatan kimia, reaksi kimia, dan lain sebagainya., melibatkan banyak rumus-rumus kimia dan simbol-simbol atau lambang atom, mempelajari banyak konsep yang saling berkaitan, dan mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di tingkat mikroskopik seperti reaksi antar atom, antar ion, maupun antar molekul. Karakteristik kimia tersebut akhirnya akan berpengaruh kepada karakterik pembelajaran kimia. Karena kimia mempelajari benda-benda berukuran mikroskopis dan abstrak, maka diperlukan pendekatan pembelajaran yang mampu menjembatani antara dunia mikroskopis dengan dunia makroskopis. Dari sinilah diperlukan metode ataupun pendekatan pembelajaran berbasis analogi, simulasi, pemodelan, maupun visualisasi.

 

Jadi pembelajaran kimia memerlukan metode ataupun strategi pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mempelajari dunia mikroskopis secara tidak langsung dengan mengamati dunia makroskopis yang dimodelkan, disimbolkan, disimulasikan, ataupun divisualisasikan melalui model, simbol, gambar visual, maupun simulasi. Pembuatan media pembelajaran kimia yang berupa model, simbol ataupun simulasi tidaklah mudah dilakukan. Pembuatan media seperti itu harus melibatkan beberapa ahli di bidang kimia, pembelajaran kimia, media pembelajaran, teknologi animasi, dan lain-lain. Dalam proses pembuatannya juga harus melalui proses validasi kebenaran konsep, ketepatan model, dan kepraktisan media yang dibuat. Artinya untuk menghasilkan sebuah media pembelajaran kimia yang berupa model, simulasi ataupun visualisasi harus melalui proses yang panjang, rumit, dan valid.

 

Kejadian pada materi di tingkat mikroskopis maupun di tingkat makroskopis sesuai dengan kehendak sang Mahapencipta yang terealisasi melalui sunnatullah berupa hukum-hukum alam. Alam dan segala materi di dalamnya berproses dan mengalami perubahan berdasarkan hukum alam yang mengaturnya. Sifat materi dan perubahannya berjalan sesuai qodar-Nya. Tidak ada perubahan materi yang terjadi tanpa sepengetahuan-Nya dan tanpa seizin-Nya, yang artinya semua peristiwa yang terjadi pada materi di alam ini berlangsung mengikuti kehendak-Nya melalui berlakunya hukum-hukum alam atau sunnatullah.

 

Semua kehendak Allah Swt. melalui proses alam dan perubahan materi pastilah mengandung tujuan yang baik. Allah Swt. mengajarkan ilmu-Nya kepada manusia melalui ajakan untuk mengamati alam dan segala isinya. Di balik peristiwa yang terjadi di alam terkandung hikmah kebaikan untuk umat manusia. Melalui aktivitas eksplorasi sifat-sifat materi dan proses-proses yang terjadi pada alam, manusia dapat menemukan ilmu-ilmu-Nya Allah Swt. yang tersurat maupun yang tersirat. Ilmu-ilmu Allah Swt. yang terkandung di balik peristiwa atau fenomena alam secara tersurat relatif lebih mudah ditemukan dan dipahami. Adapun ilmu-ilmu Allah Swt. yang tersirat di balik peritiwa dan proses di alam relatif lebih sulit dikenali dan dipahami.

 

Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, maka agar supaya kita mampu menemukan semua ilmu-ilmu Allah Swt yang terkandung di alam dan materi, baik yang tersurat maupun yang tersirat, maka kita harus memilki pengetahuan dasar tentang alam semesta, yaitu ilmu sains, dan ilmu yang dibutuhkan untuk mengungkap ilmu tersirat melalui aktivitas berpikir secara mendalam dan filosofis. Kita harus berusaha membiasakan diri melakukan aktivitas  memikirkan, menghayati, merenungkan (berkontemplasi), dan refleksi (muhasabah). Melalui kebiasaan berpikir seperti itu, maka otak kita akan mampu berpikir jernih dan jiwa (hati) kita menjadi lebih peka dan sensitif terhadap sinyal-sinyal transendental.

 

Melalui aktivitas berpikir dan merenungkan hikmah di balik setiap sifat dan perubahan materi, kita akan mampu mengungkap pesan-pesan ilahi yang tersirat sehingga menjadikan kita mampu menemukan dan mengenali ibrah atau hikmah kebaikan yang terkandung di dalamnya. Melalui proses mempelajari sifat dan perilaku alam semesta, kita mampu menemukan nilai-nilai karakter religiusyang dititipkan Allah Swt. melalui peristiwa alam.

 

Sebagai contoh keajaiban peristiwa terbentuknya cangkang telur ayam. Telur dihasilkan induk ayam dalam wujud diselubungi lapisan keras yang kita sebut cangkang/kulit telur. Tahukah kita terbuat dari apakah cangkang telur itu? Dari manakah asal bahan baku cangkang telur tersebut disuplai? Bagaimana mekanisme proses pembentukan cangkang telur tersebut? Nah, di sinilah kita akan menemukan keunikan dan keajaiban dari misteri penciptaan cangkang telur dalam tubuh ayam. Dan di sini juga-lah mata kita akan terbelalak melihat begitu agung dan sempurnanya cara kerja Allah Swt. dalam menciptakan cangkang telur ayam.

 

Komposisi utama dari cangkang telur adalah kalsit, yaitu bentuk kristalin dari kalsium karbonat (CaCO3). Bobot rata-rata sebuah cangkang telur sekitar 5 gram dan 40%-nya adalah kalsium. Sebagian besar kalsium dalam cangkang telur mengendap dalam waktu 16 jam. Ini berarti laju deposisinya sekitar 125 mg/jam (Chang, 2004). Tahukah kita bahwa tidak ada seekor ayam-pun yang dapat mengkonsumsi kalsium begitu cepat untuk memenuhi tuntutan ini? Lantas, bagaimana cara ayam dapat mensuplai kebutuhan kalsiumnya yang begitu besar?

 

Di sinilah letak keunikannya dan tampak ke-Mahakuasa-Nya Allah Swt. dalam mengatur dan menjamin kelangsungan hidup makhluk-makhluk-Nya. Ternyata Allah mempunyai sekenario tersendiri melalui sunnatullah (hukum-hukum alam-Nya) untuk membuat ayam tidak kekurangan bahan baku kalsium untuk pembentukan cangkang telur. Sebagai gantinya, kalsium dipasok oleh massa-massa tulang khusus yang terdapat pada tulang ayam, yang mengumpulkan cadangan kalsium dalam jumlah besar untuk pembentukan cangkang. Uniknya, ternyata ayam dapat menggunakan 10% dari jumlah seluruh kalsium dalam tulangnya hanya  untuk membentuk sebutir telur.

 

Coba kita pikirkan dan renungkan bersama keajaiban fenomena alam tersebut. Jika hanya untuk membentuk cangkang sebutir telur saja ayam memerlukan 10% keseluruhan kalsium dalam massa tulangnya, apakah cadangan kalsium di tulangya cukup? Padahal seekor ayam dapat bertelur lebih dari sebutir bahkan ada yang lebih dari 10 butir. Lantas kalau memang kebutuhan kalsium hanya diambilkan dari tulang, seharusnya tulang ayam menjadi keropos. Tetapi faktanya bagaimana? Tidak! Kalau begitu, sekenario maha cerdas apalagi yang mau ditunjukkan Allah Swt. kepada kita? 

 

Ternyata, sekenario cerdas Allah Swt. dalam menjaga kelangsungan proses pembentukan cangkang telur ayam adalah menggunakan prinsip Reaksi Kesetimbangan Kimia. Bagaimana penjelasannya? Biasanya, bahan baku cangkang telur yaitu ion kalsium (Ca2+) dan ion karbonat (CO32-) dipasok oleh darah ke kelenjar cangkang. Proses kalsifikasinya adalah reaksi pengendapan:

Ca2+(aq) + CO32-(aq) < == > CaCO3(s)

 

Dalam darah, ion Ca2+ bebas akan berada dalam kesetimbangan dengan ion Ca2+ yang terikat pada protein. Ketika ion kalsium bebas diambil oleh kelenjar cangkang, lebih banyak lagi ion kalsium akan dihasilkan dari penguraian kalsium yang terikat protein. Ion karbonat yang diperlukan untuk pembentukan cangkang telur adalah produk samping metabolisme. Karbon dioksida yang dihasikan selama metabolisme diubah menjadi asam karbonat (H2CO3) oleh enzim karbonat anhidrase (CA). Asam karbonat terionisasi secara bertahap menghasilkan ion karbonat (Chang, 2004):

H2CO3(aq) < == > H+(aq) + HCO3-(aq)

HCO3-(aq) < == > H+(aq) + CO32-(aq)

 

Hikmah kebaikan apa yang dapat kita ambil dari fenomena alam tersebut? Hikmah pertama adalah Ayam menerima kehendak sang penciptanya dengan ikhlas mengorbankan tulangnya untuk mensuplai ion kalsium dalam rangka menjaga kelangsungan hidup keturunannya dan juga untuk menjalankan perintah Allah Swt. yaitu memberi manfaat bagi umat manusia berupa telur. Fenomena ini memberikan pelajaran untuk kita semua bahwa kita harus mau berkorban untuk  mencapai  tujuan  yang  lebih  besar,  mau  berkorban  untuk kesejahteraan anak-anak kita, mau berkorban untuk menggapai cita-cita kita, mau berkorban untuk dapat bermanfaat bagi orang lain, mau berkorban  untuk menjaga kemuliaan agama kita, mau berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara kita, dll. Semua pengorbanan tersebut harus dilakukan tanpa rasa keterpaksaan, tetapi diniatkan ikhlas semata-mata karena menjalankan perintah Allah Swt.

 

Hikmah  kedua  adalah Allah Swt. menunjukkan kepada kita umat manusia bagaimana Allah Swt. memberikan berbagai sumber agar kebutuhan ion kalsium untuk pembentukan cangkang telur ayam terpenuhi, bisa dari makanan, bisa dari tulang, dan bisa dari darah. Hal ini dapat kita analogikan bahwa Allah Swt. telah menyediakan rezeki untuk kita di mana saja, bisa di pasar, bisa di kantor, bisa di toko, bisa di sawah, bisa di sekolah, dll. Kita seharusnya lebih kreatif menggunakan berbagai cara, metode, pemikiran sesuai keahlian/kompetensi kita masing-masing untuk menjemput rezeki Allah Swt. tersebut. Kalau kita hanya menunggu dan diam saja (pasif), Allah Swt. tidak akan mengirimkan rezeki-Nya mendatangi kita, kita-lah yang harus aktif bergerak (action) dengan bekerja dan ikhlas menjemput rezeki yang telah ditebar Allah Swt. di permukaan bumi ini (Saputro, 2018).

 

Berdasarkan alur berpikir sebagaimana uraian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa setiap peristiwa atau kejadian yang terjadi di alam berjalan mengikuti sunnatullah, yakni hokum-hukum alam yang telah ditetapkan Allah Swt. Peristiwa-peristiwa alam tersebut mengandung pesan-pesan ilahi untuk pembelajaran dan kebaikan hidup umat manusia. Melalui penggunaan metode Pendidikan Qur’ani antara lain metode amtsal (berpikir analogi, perumpamaan) dan metode Ibrah-Mauidzah (mengambil hikmah kebaikan) dengan aktivitas merenungkan maksud dan pesan tersirat apa yang terkandung di balik peristiwa alam, maka kita akan mampu menemukan hikmah-hikmah kebaikan yang bermanfaat untuk kemaslahatan hidup manusia di dunia. Wallahu a’lam. []

 

Gumpang Baru, 01 Desember 2024

 

  

Daftar Referensi

Chang, R. (2004). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Jilid 1. Erlangga.

Iswara, W. H., Muntari, M., & Rahmawati, R. (2021). Identifikasi Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1 Narmada Selama Pandemi Covid-19. Chemistry Education Practice, 4(3), 242–249. https://doi.org/10.29303/cep.v4i3.2694

Marsita, R. A., Priatmoko, S., & Kusuma, E. (2010). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA dalam Memahami Materi Larutan Penyangga dengan Menggunakan Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1), 1. https://doi.org/10.15294/jipk.v4i1.1308

Prayunisa, F. (2022). Analisa Kesulitan Siswa Kelas XI dalam Pembelajaran Kimia di Sman 1 Masbagik. Journal of Classroom Action Research, 4(3), 3. https://doi.org/10.29303/jcar.v4i3.2095

Saputro, A. N. C. (2018). Kimia Kehidupan: Model Integrasi Sains-Agama sebagai Panduan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Kimia. Deepublish Publisher. https://isbn.perpusnas.go.id/Account/SearchBuku?searchCat=ISBN&searchTxt=978-602-475-993-3

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer