PEMBELAJARAN KIMIA TERINTEGRASI KARAKTER RELIGIUS
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Kimia merupakan salah satu mata
pelajaran rumpun sains (IPA) yang diajarkan di sekolah menengah atas. Di jurusan
atau program peminatan IPA, kimia menjadi mata pelajaran wajib. Sayangnya, kimia
masih menjadi momok bagi sebagian besar siswa sekolah menengah atas. Kimia
masih dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Kimia masih
dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan membosankan.
Kimia menjadi mata pelajaran yang sulit
bagi siswa-siswi sekolah menengah atas telah dikemukakan oleh beberapa peneliti
(Iswara
et al., 2021; Marsita et al., 2010; Prayunisa, 2022). Kimia dianggap
sulit dipahami oleh siswa-siswi sekolah menengah atas dapat dikarenakan oleh dua
faktor, yaitu faktor pertama terkait karakteristik ilmu kimia dan faktor kedua
berkaitan dengan karakteristik pembelajaran kimia yang berkaitan dengan cara
membelajarkan kimia.
Kimia memiliki karakteristik antara lain
mempelajari materi yang bersifat abstrak, seperti atom, elektron, ikatan kimia,
reaksi kimia, dan lain sebagainya., melibatkan banyak rumus-rumus kimia dan simbol-simbol
atau lambang atom, mempelajari banyak konsep yang saling berkaitan, dan
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di tingkat mikroskopik seperti
reaksi antar atom, antar ion, maupun antar molekul. Karakteristik kimia
tersebut akhirnya akan berpengaruh kepada karakterik pembelajaran kimia. Karena
kimia mempelajari benda-benda berukuran mikroskopis dan abstrak, maka
diperlukan pendekatan pembelajaran yang mampu menjembatani antara dunia
mikroskopis dengan dunia makroskopis. Dari sinilah diperlukan metode ataupun
pendekatan pembelajaran berbasis analogi, simulasi, pemodelan, maupun
visualisasi.
Jadi pembelajaran kimia memerlukan
metode ataupun strategi pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mempelajari
dunia mikroskopis secara tidak langsung dengan mengamati dunia makroskopis yang
dimodelkan, disimbolkan, disimulasikan, ataupun divisualisasikan melalui model,
simbol, gambar visual, maupun simulasi. Pembuatan media pembelajaran kimia yang
berupa model, simbol ataupun simulasi tidaklah mudah dilakukan. Pembuatan media
seperti itu harus melibatkan beberapa ahli di bidang kimia, pembelajaran kimia,
media pembelajaran, teknologi animasi, dan lain-lain. Dalam proses pembuatannya
juga harus melalui proses validasi kebenaran konsep, ketepatan model, dan
kepraktisan media yang dibuat. Artinya untuk menghasilkan sebuah media
pembelajaran kimia yang berupa model, simulasi ataupun visualisasi harus
melalui proses yang panjang, rumit, dan valid.
Kejadian pada materi di tingkat
mikroskopis maupun di tingkat makroskopis sesuai dengan kehendak sang Mahapencipta
yang terealisasi melalui sunnatullah berupa hukum-hukum alam. Alam dan segala
materi di dalamnya berproses dan mengalami perubahan berdasarkan hukum alam
yang mengaturnya. Sifat materi dan perubahannya berjalan sesuai qodar-Nya. Tidak
ada perubahan materi yang terjadi tanpa sepengetahuan-Nya dan tanpa seizin-Nya,
yang artinya semua peristiwa yang terjadi pada materi di alam ini berlangsung
mengikuti kehendak-Nya melalui berlakunya hukum-hukum alam atau sunnatullah.
Semua kehendak Allah Swt. melalui proses
alam dan perubahan materi pastilah mengandung tujuan yang baik. Allah Swt.
mengajarkan ilmu-Nya kepada manusia melalui ajakan untuk mengamati alam dan
segala isinya. Di balik peristiwa yang terjadi di alam terkandung hikmah
kebaikan untuk umat manusia. Melalui aktivitas eksplorasi sifat-sifat materi
dan proses-proses yang terjadi pada
alam, manusia dapat menemukan ilmu-ilmu-Nya Allah Swt. yang tersurat maupun
yang tersirat. Ilmu-ilmu Allah Swt. yang terkandung di balik peristiwa atau
fenomena alam secara tersurat relatif lebih mudah ditemukan dan dipahami. Adapun
ilmu-ilmu Allah Swt. yang tersirat di balik peritiwa dan proses di alam relatif
lebih sulit dikenali dan dipahami.
Berangkat dari pemikiran tersebut di
atas, maka agar supaya kita mampu menemukan semua ilmu-ilmu Allah Swt yang terkandung
di alam dan materi, baik yang tersurat maupun yang tersirat, maka kita harus memilki
pengetahuan dasar tentang alam semesta, yaitu ilmu sains, dan ilmu yang
dibutuhkan untuk mengungkap ilmu tersirat melalui aktivitas berpikir secara mendalam
dan filosofis. Kita harus berusaha membiasakan diri melakukan aktivitas memikirkan, menghayati, merenungkan
(berkontemplasi), dan refleksi (muhasabah). Melalui kebiasaan berpikir seperti
itu, maka otak kita akan mampu berpikir jernih dan jiwa (hati) kita menjadi
lebih peka dan sensitif terhadap sinyal-sinyal transendental.
Melalui aktivitas berpikir dan
merenungkan hikmah di balik setiap sifat dan perubahan materi, kita akan mampu
mengungkap pesan-pesan ilahi yang tersirat sehingga menjadikan kita mampu
menemukan dan mengenali ibrah atau hikmah kebaikan yang terkandung di dalamnya.
Melalui proses mempelajari sifat dan perilaku alam semesta, kita mampu
menemukan nilai-nilai karakter religiusyang dititipkan Allah Swt. melalui
peristiwa alam.
Sebagai contoh keajaiban peristiwa terbentuknya
cangkang telur ayam. Telur
dihasilkan induk ayam dalam wujud diselubungi lapisan keras yang kita sebut
cangkang/kulit telur. Tahukah kita terbuat dari apakah cangkang telur itu? Dari
manakah asal bahan baku cangkang telur tersebut disuplai? Bagaimana mekanisme
proses pembentukan cangkang telur tersebut? Nah, di sinilah kita akan menemukan
keunikan dan keajaiban dari misteri penciptaan cangkang telur dalam tubuh ayam.
Dan di sini juga-lah mata kita akan terbelalak melihat begitu agung dan sempurnanya
cara kerja Allah Swt. dalam menciptakan cangkang telur ayam.
Komposisi utama
dari cangkang telur adalah kalsit, yaitu bentuk kristalin dari kalsium karbonat
(CaCO3). Bobot rata-rata sebuah cangkang telur sekitar 5 gram dan
40%-nya adalah kalsium. Sebagian besar kalsium dalam cangkang telur mengendap
dalam waktu 16 jam. Ini berarti laju deposisinya sekitar 125 mg/jam (Chang,
2004). Tahukah kita bahwa tidak ada seekor ayam-pun yang dapat mengkonsumsi kalsium begitu
cepat untuk memenuhi tuntutan ini? Lantas, bagaimana cara ayam dapat mensuplai
kebutuhan kalsiumnya yang begitu besar?
Di sinilah letak
keunikannya dan tampak ke-Mahakuasa-Nya Allah Swt. dalam mengatur dan menjamin
kelangsungan hidup makhluk-makhluk-Nya. Ternyata Allah mempunyai sekenario
tersendiri melalui sunnatullah (hukum-hukum alam-Nya) untuk membuat ayam tidak
kekurangan bahan baku kalsium untuk pembentukan cangkang telur. Sebagai
gantinya, kalsium dipasok oleh
massa-massa tulang khusus yang terdapat pada tulang ayam, yang mengumpulkan
cadangan kalsium dalam jumlah besar untuk pembentukan cangkang. Uniknya,
ternyata ayam dapat menggunakan 10% dari jumlah seluruh kalsium dalam tulangnya
hanya untuk membentuk sebutir telur.
Coba kita pikirkan
dan renungkan bersama keajaiban fenomena alam tersebut. Jika hanya untuk
membentuk cangkang sebutir telur saja ayam memerlukan 10% keseluruhan kalsium
dalam massa tulangnya, apakah cadangan kalsium di tulangya cukup? Padahal
seekor ayam dapat bertelur lebih dari sebutir bahkan ada yang lebih dari 10
butir. Lantas kalau memang kebutuhan kalsium hanya diambilkan dari tulang, seharusnya
tulang ayam menjadi keropos. Tetapi faktanya bagaimana? Tidak! Kalau begitu,
sekenario maha cerdas apalagi yang mau ditunjukkan Allah Swt. kepada kita?
Ternyata,
sekenario cerdas Allah Swt. dalam menjaga kelangsungan proses pembentukan
cangkang telur ayam adalah menggunakan prinsip Reaksi Kesetimbangan Kimia.
Bagaimana penjelasannya? Biasanya, bahan baku cangkang telur yaitu ion kalsium
(Ca2+) dan ion karbonat (CO32-) dipasok oleh
darah ke kelenjar cangkang. Proses kalsifikasinya adalah reaksi pengendapan:
Ca2+(aq)
+ CO32-(aq) < == > CaCO3(s)
Dalam darah,
ion Ca2+ bebas akan berada
dalam kesetimbangan dengan ion Ca2+ yang terikat pada protein.
Ketika ion kalsium bebas diambil oleh kelenjar cangkang, lebih banyak lagi ion
kalsium akan dihasilkan dari penguraian kalsium yang terikat protein. Ion
karbonat yang diperlukan untuk pembentukan cangkang telur adalah produk samping
metabolisme. Karbon dioksida yang dihasikan selama metabolisme diubah menjadi
asam karbonat (H2CO3) oleh enzim karbonat anhidrase (CA).
Asam karbonat terionisasi secara bertahap menghasilkan ion karbonat (Chang,
2004):
H2CO3(aq)
< == > H+(aq) + HCO3-(aq)
HCO3-(aq)
< == > H+(aq) + CO32-(aq)
Hikmah kebaikan apa
yang dapat kita ambil dari fenomena alam tersebut? Hikmah pertama adalah Ayam menerima kehendak sang
penciptanya dengan ikhlas mengorbankan tulangnya untuk mensuplai ion kalsium
dalam rangka menjaga kelangsungan hidup keturunannya dan juga untuk menjalankan
perintah Allah Swt. yaitu memberi manfaat bagi umat manusia berupa telur.
Fenomena ini memberikan pelajaran untuk kita semua bahwa kita harus mau
berkorban untuk
mencapai
tujuan yang lebih
besar, mau berkorban untuk kesejahteraan anak-anak kita, mau berkorban untuk menggapai cita-cita
kita, mau berkorban untuk dapat bermanfaat bagi orang lain, mau berkorban untuk menjaga kemuliaan agama kita, mau
berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara kita, dll. Semua pengorbanan tersebut
harus dilakukan tanpa rasa keterpaksaan, tetapi diniatkan ikhlas semata-mata
karena menjalankan perintah Allah Swt.
Hikmah
kedua adalah Allah Swt. menunjukkan kepada kita
umat manusia bagaimana Allah Swt. memberikan berbagai sumber agar kebutuhan ion
kalsium untuk pembentukan cangkang telur ayam terpenuhi, bisa dari makanan,
bisa dari tulang, dan bisa dari darah. Hal ini dapat kita analogikan bahwa
Allah Swt. telah menyediakan rezeki untuk kita di mana saja, bisa di pasar,
bisa di kantor, bisa di toko, bisa di sawah, bisa di sekolah, dll. Kita
seharusnya lebih kreatif menggunakan berbagai cara, metode, pemikiran sesuai
keahlian/kompetensi kita masing-masing untuk menjemput rezeki Allah Swt.
tersebut. Kalau kita hanya menunggu dan diam saja (pasif), Allah Swt. tidak
akan mengirimkan rezeki-Nya mendatangi kita, kita-lah yang harus aktif bergerak
(action) dengan bekerja dan ikhlas menjemput rezeki yang telah ditebar Allah Swt.
di permukaan bumi ini (Saputro,
2018).
Berdasarkan alur berpikir sebagaimana
uraian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa setiap peristiwa atau kejadian
yang terjadi di alam berjalan mengikuti sunnatullah, yakni hokum-hukum alam
yang telah ditetapkan Allah Swt. Peristiwa-peristiwa alam tersebut mengandung
pesan-pesan ilahi untuk pembelajaran dan kebaikan hidup umat manusia. Melalui penggunaan
metode Pendidikan Qur’ani antara lain metode amtsal (berpikir analogi, perumpamaan) dan metode Ibrah-Mauidzah (mengambil hikmah kebaikan)
dengan aktivitas merenungkan maksud dan pesan tersirat apa yang terkandung di
balik peristiwa alam, maka kita akan mampu menemukan hikmah-hikmah kebaikan
yang bermanfaat untuk kemaslahatan hidup manusia di dunia. Wallahu a’lam. []
Gumpang Baru, 01 Desember 2024
Daftar
Referensi
Chang,
R. (2004). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Jilid 1. Erlangga.
Iswara, W. H., Muntari, M., &
Rahmawati, R. (2021). Identifikasi Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1
Narmada Selama Pandemi Covid-19. Chemistry Education Practice, 4(3),
242–249. https://doi.org/10.29303/cep.v4i3.2694
Marsita, R. A., Priatmoko, S.,
& Kusuma, E. (2010). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA dalam
Memahami Materi Larutan Penyangga dengan Menggunakan Two-Tier Multiple Choice
Diagnostic Instrument. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1), 1.
https://doi.org/10.15294/jipk.v4i1.1308
Prayunisa, F. (2022). Analisa
Kesulitan Siswa Kelas XI dalam Pembelajaran Kimia di Sman 1 Masbagik. Journal
of Classroom Action Research, 4(3), 3.
https://doi.org/10.29303/jcar.v4i3.2095
Saputro, A. N. C. (2018). Kimia
Kehidupan: Model Integrasi Sains-Agama sebagai Panduan Pendidikan Karakter
dalam Pembelajaran Kimia. Deepublish Publisher.
https://isbn.perpusnas.go.id/Account/SearchBuku?searchCat=ISBN&searchTxt=978-602-475-993-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar