KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Sejak menjelang akhir tahun 2022 saya
menjalani operasi Fistula Ani dan perawatan luka operasi selama empat bulan.
Selama empat bulan saya hanya bedrest
di rumah karena luka operasi berupa luka terbuka tidak memungkinkan saya untuk
beraktivitas seperti duduk maupun aktivitas lain yang lebih berat. Di samping
karena luka terasa sakit jika untuk bergerak, proses penyembuhan luka operasi
Fistula Ani juga memerlukan perawatan yang intensif dan hati-hati sekali karena
Fistula Ani merupakan jenis penyakit yang termasuk sulit disembuhkan dan mudah
kambuh. Oleh karena itu, saya tidak mau mengambil risiko dengan menganggap
remeh penyakit Fistula Ani yang telah menyiksa saya selama tujuh tahun lamanya.
Selama tujuh tahun setiap hari saya
merasakan siksaan rasa sakit menyayat-nyayat saat setiap kali penyakit Fistula
Ani saya kambuh. Saya sudah sangat capek berperang melawan penyakit tersebut.
Saya sangat ingin bisa segera terbebaskan dari cengkeraman siksaan penyakit
menyebalkan tersebut. Makanya setelah operasi Fistula Ani tersebut, saya
memilih bedrest total dan menjalani
masa perawatan secara intensif dengan perawat RS yang setiap hari datang ke
rumah untuk membersihkan dan merawat luka operasi saya. Masa perawatan luka
operasi Fistula Ani adalah masa-masa yang sangat berat dan penuh perjuangan
karena diwarnai dengan rasa sakit yang luar biasa. Perlu keberanian ekstra dan
kekuatan mental yang tinggi untuk mampu melewati masa perawatan luka yang
sangat menakutkan tersebut.
Setelah menjalani dua kali operasi
Fistula Ani dengan penderitaan rasa sakit yang luar biasa selama masa perawatan
dan penyembuhan, Alhamdulillah akhirnya Allah Swt memberikan kesembuhan kepada
saya. Tepat empat bulan sejak operasi pertama dan dilanjutkan operasi kedua
dengan melibatkan dua dokter spesialis bedah, yaitu spesialis bedah umum dan
spesialis bedah digestif, luka operasi Fistula Ani saya menutup sempurna dan
saya dinyatakan telah sembuh dari penyakit Fistula Ani. Saya senang dan bahagia
sekali akhrnya bisa sembuh dan terbebas dari siksaan penyakit Fistula Ani. Saya
sangat bersyukur kepada Allah Swt atas kemurahan-Nya menyembuhkan penyakit
Fistula Ani saya yang telah bersemayam di tubuh saya selama tujuh tahunnya
lamanya dan memberikan siksaan sakit menyayat-nyayat setiap harinya.
Baru sekitar dua minggu lebih setelah
dinyatakan sembuh dari penyakit Fistula Ani oleh dokter bedah digestif dan saya
merasakan nikmatnya badan sehat tanpa siksaan rasa sakit yang menyayat-nyayat
setelah selama tujuh tahun tidak pernah merasakannya, ternyata Allah Swt masih
ingin menguji kesabaran saya. Tiba-tiba saya merasakan rasa sakit nyeri di
pinggang kanan dan ketika buang air kecil ternyata air kencingnya berwarna
merah darah. Saya coba tunggu seharian, ternyata dari pagi sampai sore warna
air urine tetap berwarna merah darah. Karena menduga ada sesuatu yang serius
dengan tubuh saya, maka saya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis
urologi di RS UNS. Dokter mendiagnosis saya mengalami sakit batu ginjal dan
untuk memastikannya maka dokter merekomendasikan saya untuk melakukan tes
CT-Scan.
Satu minggu berikutnya, setelah hasil
tes CT-Scan keluar ternyata benar bahwa di saluran ginjal kanan saya terdapat
endapan batu berukuran sekitar 1,2 cm x 0,77 cm. Melihat hasil tes CT-Scan
tersebut, dokter kemudian merekomendasikan saya untuk menjalani tindakan
operasi. Dokter juga mengatakan bahwa karena posisi batu ginjal saya agak masuk
ke dalam ginjal, maka kemungkinan besar tidak bisa diambil dengan satu kali tindakan
operasi. Setelah saya menyatakan siap dioperasi, maka dokter segera
menjadwalkan tindakan operasi minggu berikutnya.
Pada hari yang dijadwalkan, saya
menjalani operasi pengambilan batu ginjal dengan metode laser dan pemasangan DJ
Stent (selang) pada ginjal yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih.
Pemasangan Stent pada ginjal saya bertujuan untuk membantu melancarkan aliran
urine dari ginjal ke kandung kemih karena saluran ginjal mengalami pembengkakan
akibat adanya batu ginjal. Sejak operasi batu ginjal tersebut, setiap hari saya
masih mengalami sakit nyeri saat dan setelah buang air kecil. Kata dokter efek
pemasangan stent dalam ginjal memang akan menyebabkan rasa kurang nyaman dan
sedikit sakit. Pasca operasi dengan metode laser, setelah dilakukan tes CT-Scan
lagi ternyata terkonfirmasi masih ada endapan batu di ginjal. Maka satu bulan
berikutnya dokter merencanakan untuk tindakan operasi kembali dengan metode
berbeda.
Saat ini, sekitar empat bulan sejak
operasi batu ginjal yang pertama, saya telah menjalani operasi batu ginjal
sebanyak tiga kali dan pada operasi ketiga sekaligus dilakukan tindakan pelepasan
Stent. Setelah tindakan operasi ketiga, saya merasakan kondisi badan menjadi
jauh lebih nyaman. Rasa nyeri saat buang air kecil juga sudah jauh berkurang.
Hanya beberapa kali badan saya masih mengalami demam dan terkadang di pinggang
kanan masih terasa sensasi rasa nyeri. Selain itu, saya juga masih merasakan
keluhan lain yang menjadi indikasi masih adanya batu ginjal di ginjal saya. Saat
kontrol dokter yang terakhir kemarin, dokter meminta saya untuk kembali
menjalani tes CT-Scan untuk memastikan apakah masih ada batu ginjal atau tidak
di ginjal saya. Jika nanti ternyata masih ada batunya, maka mungkin akan
dilakukan tindakan operasi kembali. Bagi saya pribadi, kembali menjalani
tindakan operasi itu tidak masalah, yang penting saya segera sehat dan dapat
berakitivitas normal kembali. Amin.
Berkaitan dengan kondisi kesehatan saya
yang sedang tidak baik selama beberapa bulan tersebut, membuat saya menjadi
kurang produktif dalam menulis. Karena keluhan rasa sakit setiap harinya
menyebabkan saya kurang nyaman untuk duduk dan menulis. Akibatnya beberapa
bulan terakhir ini, terutama selama tahun 2023 ini produktivitas saya dalam
berkarya mengalami penurunan drastis. Selama tahun 2023 yang telah enam bulan
berlalu, saya hampir belum menghasilkan satupun karya buku yang merupakan hasil
dari menulis di tahun 2023. Tahun 2023 ini saya memang sudah menerbitkan dua
buku solo dan satu buku antologi (kolaborasi) tetapi naskah buku-buku tersebut bukan
hasil tulisan saya di tahun 2023 melainkan berasal dari tulisan di tahun-tahun
sebelumnya. Jadi tahun 2023 ini saya sebenarnya baru sekadar merapikan tulisan
lama dan menerbitkannya menjadi buku.
Ketika bulan Ramadan kemarin, saya
berniat akan menjalankan puasa Ramadan seperti biasanya. Karena dua hari
sebelum masuk bulan Ramadan saya menjalani operasi batu ginjal yang pertama,
maka saya menanyakan ke dokter apakah saya boleh menjalankan puasa pasca
operasi. Dokter membolehkan saya menjalankan puasa Ramadan dengan catatan tetap
menjaga proporsi air minum perhari minimal 1,5 liter. Mendengar rekomendasi
dokter teresebut, maka saya pun berniat dan berusaha tetap bisa menjalankan puasa
Ramadan. Tetapi ternyata baru beberapa hari berpuasa, saya sudah tidak kuat
karena badan merasakan nyeri sehingga harus segera minum obat penghilang nyeri
yang otomatis harus membatalkan puasa. Karena sepuluh hari pertama Ramadan
selalu mengalami keluhan rasa sakit, maka akhirnya saya tidak melanjutkan puasa
Ramadan dan akan menggantinya di waktu lain.
Demikianlah kondisi kesehatan saya selama bulan Ramadan yang kurang baik sehingga tidak bisa khusyuk dalam menjalankan ibadah, khususnya puasa Ramadan. Pada tahun-tahun sebelumnya, setiap bulan Ramadan saya berusaha menulis tulisan harian seputar tema puasa Ramadan. Tetapi untuk tahun 2023 ini terpaksa saya vakum dari menulis harian tema puasa Ramadan. Saya hanya menulis tema Ramadan untuk keperluan setoran wajib anggota SPK (Sahabat Pena Kita). Tetapi ketika Prof. Dr. Ngainun Naim menyebarkan undangan menulis buku antologi tema puasa Ramadan, maka saya ingin sekali bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan nulis bareng tersebut. Maka saya pun menyicil tulisan tema Ramadan di sela-sela waktu saat kondisi badan tidak sakit. Alhamdulillah sebelum batas waktu pengumpulan naskah buku tiba, saya sudah selesai menulis satu bab tentang tema puasa Ramadan dan mengirimkannya ke panitia. Saya bersyukur tahun 2023 ini ada harapan akan mempunyai karya buku antologi yang bisa terbit.
Beberapa waktu yang lalu di grup
WhatsApp buku antologi Ramadan, Prof. Dr. Ngainun Naim mengirimkan perkembangan
naskah buku antologi Ramadan. Beliau memposting draft naskah buku antologi
Ramadan yang telah dilayout. Para penulis diminta untuk mengecek naskahnya
masing-masing dan memberikan catatan perbaikan jika ada yang kurang tepat dalam
draft naskah bukunya. Alhamdulillah naskah tulisan saya ada dan berada di
urutan pertama atau bab pertama. Sekarang progress naskah menunggu pengusulan
nomor ISBN dan selanjutnya proses cetak. Semoga buku antologi pertama saya di
tahun 2023 ini segera terbit. Amin. []
Gumpang Baru, 22 Juni 2023
_____________________________________
*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen
di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis
buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta:
KBM Indonesia, 2022), Bongkar
Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia,
2023), dan 90-an buku lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar