Powered By Blogger

Kamis, 22 Juni 2023

KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS

 



 KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Sejak menjelang akhir tahun 2022 saya menjalani operasi Fistula Ani dan perawatan luka operasi selama empat bulan. Selama empat bulan saya hanya bedrest di rumah karena luka operasi berupa luka terbuka tidak memungkinkan saya untuk beraktivitas seperti duduk maupun aktivitas lain yang lebih berat. Di samping karena luka terasa sakit jika untuk bergerak, proses penyembuhan luka operasi Fistula Ani juga memerlukan perawatan yang intensif dan hati-hati sekali karena Fistula Ani merupakan jenis penyakit yang termasuk sulit disembuhkan dan mudah kambuh. Oleh karena itu, saya tidak mau mengambil risiko dengan menganggap remeh penyakit Fistula Ani yang telah menyiksa saya selama tujuh tahun lamanya.

 

Selama tujuh tahun setiap hari saya merasakan siksaan rasa sakit menyayat-nyayat saat setiap kali penyakit Fistula Ani saya kambuh. Saya sudah sangat capek berperang melawan penyakit tersebut. Saya sangat ingin bisa segera terbebaskan dari cengkeraman siksaan penyakit menyebalkan tersebut. Makanya setelah operasi Fistula Ani tersebut, saya memilih bedrest total dan menjalani masa perawatan secara intensif dengan perawat RS yang setiap hari datang ke rumah untuk membersihkan dan merawat luka operasi saya. Masa perawatan luka operasi Fistula Ani adalah masa-masa yang sangat berat dan penuh perjuangan karena diwarnai dengan rasa sakit yang luar biasa. Perlu keberanian ekstra dan kekuatan mental yang tinggi untuk mampu melewati masa perawatan luka yang sangat menakutkan tersebut.

 

Setelah menjalani dua kali operasi Fistula Ani dengan penderitaan rasa sakit yang luar biasa selama masa perawatan dan penyembuhan, Alhamdulillah akhirnya Allah Swt memberikan kesembuhan kepada saya. Tepat empat bulan sejak operasi pertama dan dilanjutkan operasi kedua dengan melibatkan dua dokter spesialis bedah, yaitu spesialis bedah umum dan spesialis bedah digestif, luka operasi Fistula Ani saya menutup sempurna dan saya dinyatakan telah sembuh dari penyakit Fistula Ani. Saya senang dan bahagia sekali akhrnya bisa sembuh dan terbebas dari siksaan penyakit Fistula Ani. Saya sangat bersyukur kepada Allah Swt atas kemurahan-Nya menyembuhkan penyakit Fistula Ani saya yang telah bersemayam di tubuh saya selama tujuh tahunnya lamanya dan memberikan siksaan sakit menyayat-nyayat setiap harinya.

 

Baru sekitar dua minggu lebih setelah dinyatakan sembuh dari penyakit Fistula Ani oleh dokter bedah digestif dan saya merasakan nikmatnya badan sehat tanpa siksaan rasa sakit yang menyayat-nyayat setelah selama tujuh tahun tidak pernah merasakannya, ternyata Allah Swt masih ingin menguji kesabaran saya. Tiba-tiba saya merasakan rasa sakit nyeri di pinggang kanan dan ketika buang air kecil ternyata air kencingnya berwarna merah darah. Saya coba tunggu seharian, ternyata dari pagi sampai sore warna air urine tetap berwarna merah darah. Karena menduga ada sesuatu yang serius dengan tubuh saya, maka saya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis urologi di RS UNS. Dokter mendiagnosis saya mengalami sakit batu ginjal dan untuk memastikannya maka dokter merekomendasikan saya untuk melakukan tes CT-Scan.

 

Satu minggu berikutnya, setelah hasil tes CT-Scan keluar ternyata benar bahwa di saluran ginjal kanan saya terdapat endapan batu berukuran sekitar 1,2 cm x 0,77 cm. Melihat hasil tes CT-Scan tersebut, dokter kemudian merekomendasikan saya untuk menjalani tindakan operasi. Dokter juga mengatakan bahwa karena posisi batu ginjal saya agak masuk ke dalam ginjal, maka kemungkinan besar tidak bisa diambil dengan satu kali tindakan operasi. Setelah saya menyatakan siap dioperasi, maka dokter segera menjadwalkan tindakan operasi minggu berikutnya.

 

Pada hari yang dijadwalkan, saya menjalani operasi pengambilan batu ginjal dengan metode laser dan pemasangan DJ Stent (selang) pada ginjal yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih. Pemasangan Stent pada ginjal saya bertujuan untuk membantu melancarkan aliran urine dari ginjal ke kandung kemih karena saluran ginjal mengalami pembengkakan akibat adanya batu ginjal. Sejak operasi batu ginjal tersebut, setiap hari saya masih mengalami sakit nyeri saat dan setelah buang air kecil. Kata dokter efek pemasangan stent dalam ginjal memang akan menyebabkan rasa kurang nyaman dan sedikit sakit. Pasca operasi dengan metode laser, setelah dilakukan tes CT-Scan lagi ternyata terkonfirmasi masih ada endapan batu di ginjal. Maka satu bulan berikutnya dokter merencanakan untuk tindakan operasi kembali dengan metode berbeda.

 

Saat ini, sekitar empat bulan sejak operasi batu ginjal yang pertama, saya telah menjalani operasi batu ginjal sebanyak tiga kali dan pada operasi ketiga sekaligus dilakukan tindakan pelepasan Stent. Setelah tindakan operasi ketiga, saya merasakan kondisi badan menjadi jauh lebih nyaman. Rasa nyeri saat buang air kecil juga sudah jauh berkurang. Hanya beberapa kali badan saya masih mengalami demam dan terkadang di pinggang kanan masih terasa sensasi rasa nyeri. Selain itu, saya juga masih merasakan keluhan lain yang menjadi indikasi masih adanya batu ginjal di ginjal saya. Saat kontrol dokter yang terakhir kemarin, dokter meminta saya untuk kembali menjalani tes CT-Scan untuk memastikan apakah masih ada batu ginjal atau tidak di ginjal saya. Jika nanti ternyata masih ada batunya, maka mungkin akan dilakukan tindakan operasi kembali. Bagi saya pribadi, kembali menjalani tindakan operasi itu tidak masalah, yang penting saya segera sehat dan dapat berakitivitas normal kembali. Amin.

 

Berkaitan dengan kondisi kesehatan saya yang sedang tidak baik selama beberapa bulan tersebut, membuat saya menjadi kurang produktif dalam menulis. Karena keluhan rasa sakit setiap harinya menyebabkan saya kurang nyaman untuk duduk dan menulis. Akibatnya beberapa bulan terakhir ini, terutama selama tahun 2023 ini produktivitas saya dalam berkarya mengalami penurunan drastis. Selama tahun 2023 yang telah enam bulan berlalu, saya hampir belum menghasilkan satupun karya buku yang merupakan hasil dari menulis di tahun 2023. Tahun 2023 ini saya memang sudah menerbitkan dua buku solo dan satu buku antologi (kolaborasi) tetapi naskah buku-buku tersebut bukan hasil tulisan saya di tahun 2023 melainkan berasal dari tulisan di tahun-tahun sebelumnya. Jadi tahun 2023 ini saya sebenarnya baru sekadar merapikan tulisan lama dan menerbitkannya menjadi buku.

 

Ketika bulan Ramadan kemarin, saya berniat akan menjalankan puasa Ramadan seperti biasanya. Karena dua hari sebelum masuk bulan Ramadan saya menjalani operasi batu ginjal yang pertama, maka saya menanyakan ke dokter apakah saya boleh menjalankan puasa pasca operasi. Dokter membolehkan saya menjalankan puasa Ramadan dengan catatan tetap menjaga proporsi air minum perhari minimal 1,5 liter. Mendengar rekomendasi dokter teresebut, maka saya pun berniat dan berusaha tetap bisa menjalankan puasa Ramadan. Tetapi ternyata baru beberapa hari berpuasa, saya sudah tidak kuat karena badan merasakan nyeri sehingga harus segera minum obat penghilang nyeri yang otomatis harus membatalkan puasa. Karena sepuluh hari pertama Ramadan selalu mengalami keluhan rasa sakit, maka akhirnya saya tidak melanjutkan puasa Ramadan dan akan menggantinya di waktu lain.

 

Demikianlah kondisi kesehatan saya selama bulan Ramadan yang kurang baik sehingga tidak bisa khusyuk dalam menjalankan ibadah, khususnya puasa Ramadan. Pada tahun-tahun sebelumnya, setiap bulan Ramadan saya berusaha menulis tulisan harian seputar tema puasa Ramadan. Tetapi untuk tahun 2023 ini terpaksa saya vakum dari menulis harian tema puasa Ramadan. Saya hanya menulis tema Ramadan untuk keperluan setoran wajib anggota SPK (Sahabat Pena Kita). Tetapi ketika Prof. Dr. Ngainun Naim menyebarkan undangan menulis buku antologi tema puasa Ramadan, maka saya ingin sekali bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan nulis bareng tersebut. Maka saya pun menyicil tulisan tema Ramadan di sela-sela waktu saat kondisi badan tidak sakit. Alhamdulillah sebelum batas waktu pengumpulan naskah buku tiba, saya sudah selesai menulis satu bab tentang tema puasa Ramadan dan mengirimkannya ke panitia. Saya bersyukur tahun 2023 ini ada harapan akan mempunyai karya buku antologi yang bisa terbit.

 


Beberapa waktu yang lalu di grup WhatsApp buku antologi Ramadan, Prof. Dr. Ngainun Naim mengirimkan perkembangan naskah buku antologi Ramadan. Beliau memposting draft naskah buku antologi Ramadan yang telah dilayout. Para penulis diminta untuk mengecek naskahnya masing-masing dan memberikan catatan perbaikan jika ada yang kurang tepat dalam draft naskah bukunya. Alhamdulillah naskah tulisan saya ada dan berada di urutan pertama atau bab pertama. Sekarang progress naskah menunggu pengusulan nomor ISBN dan selanjutnya proses cetak. Semoga buku antologi pertama saya di tahun 2023 ini segera terbit. Amin. []

 

Gumpang Baru, 22 Juni 2023

 

_____________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer