Powered By Blogger

Selasa, 29 November 2022

DINAMIKA KEHIDUPAN BERKELUARGA


DINAMIKA KEHIDUPAN BERKELUARGA

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Kehidupan berkeluarga ada dinamikanya. Terkadang masalah kecil bisa menjadi masalah besar, dan sebaliknya masalah besar bisa menjadi masalah kecil. Semuanya bergantung pada bagaimana anggota keluarga tersebut menyikapi setiap masalah yang dihadapinya.

Selain itu kondisi keluarga juga dipengaruhi oleh mindset atau pola pikir anggota keluarga tersebut tentang konsep keluarga. Ketika anggota keluarganya memiliki pola pikir yang positif (growth mindset), maka setiap muncul masalah akan selalu ketemu solusinya. Mengapa? Karena setiap ada masalah, semua anggota keluarga bukan saling menyalahkan satu sama lain tetapi justru bekerja sama mencari solusinya. Inilah ciri keluarga growth mindset.

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, setiap anggota keluarga harus memiliki kesamaan visi, misi, dan tujuan. Konsep kehidupan keluarga harus dirumuskan bersama-sama oleh anggota keluarga. Dengan demikian tidak akan terjadi perbedaan pemahaman terhadap suatu masalah yang muncul dalam keluarga. Hal itu disebabkan karena setiap anggota keluarga mengetahui tujuan yang mau dituju oleh keluarga.

Penting disadari setiap keluarga bahwa tidak ada tujuan individu anggota keluarga, melainkan yang ada adalah tujuan keluarga. Konsep kehidupan keluarga seperti inilah yang InsyaAllah akan menghasilkan kehidupan keluarga yang rukun, harmonis, damai, tenteram, dan bahagia. Oleh karena itu penting sekali adanya komunikasi dan diskusi  dalam keluarga secara periodik.

Seperti yang saat ini saya alami. Kondisi saya saat ini  sedang sakit pasca menjalani operasi Fistula Ani. Sudah hampir satu bulan saya hanya bisa bed rest di rumah dan menjalani perawatan intensif oleh tenaga medis. Saya harus menjalani perawatan intensif oleh tenaga medis karena kesembuhan penyakit Fistula Ani saya sangat bergantung pada proses perawatan luka pasca operasi. Ketidaktepatan dan keteledoran dalam merawat luka bekas operasi yang tidak dijahit bisa berakibat fatal yaitu gagalnya proses penyembuhan dan penyakit Fistula Ani bisa kambuh kembali.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, makanya untuk perawatan luka pasca operasi saya lebih memilih membayar seorang perawat RS untuk datang ke rumah setiap hari untuk merawat luka saya. Saya tidak mau mengambil risiko dengan melakukan perawatan sendiri. Perawat tersebut adalah tenaga medis di ruang bedah RS yang ikut menangani proses operasi saya sehingga dia tahu betul bagaimana harus merawat luka saya. Dia selalu mengkomunikasikan perkembangan luka saya ke dokter bedah yang mengoperasi penyakit Fistula Ani saya.

Fistula Ani adalah jenis penyakit yang sangat mengganggu, menurunkan kualitas hidup karena setiap saat bisa kambuh dan terasa sangat menyakitkan, dan tidak mudah disembuhkan. Hanya melalui proses operasi yang tepat oleh dokter bedah yang ahli dan perawatan luka pasca operasi yang tepat pula yang akan mampu menyembuhkan dan penyakit Fistula Ani yang diderita tidak akan kambuh lagi.

Operasi Fistula Ani dilakukan dengan cara menyayat kulit untuk membuka permukaan luar Fistula, kemudian jaringan daging tempat tumbuhnya Fistula dikerok ke dalam sampai pusat tumbuhnya Fistula dengan ukuran dan kedalaman penyayatan mengikuti ukuran dan bentuk saluran Fistula. Pasca operasi, luka tidak dijahit tetapi dibiarkan terbuka. Rongga luka diisi kasa steril (tampon) yang diberi cairan Betadine kemudian diperban. Setiap hari luka dibersihkan, kasa diambil dan diganti kasa baru. Demikian dilakukan terus-menerus sampai tumbuh jaringan baru dan rongga luka menutup sendiri dari dalam. Saat penggantian kasa itulah terasa sangat menyakitkan. Setiap hari saya harus minum obat penghilang nyeri dan antibiotik karena luka bekas operasi masih sering terasa nyeri dan keluar darah.

Sudah banyak orang yang menderita penyakit Fistula Ani selama bertahun-tahun dan bahkan ada yang sampai  puluhan tahun. Mereka sudah menempuh berbagai metode pengobatan, termasuk metode operasi. Ada yang sampai operasi tiga kali dan menghabiskan biaya ratusan juta rupiah baru bisa sembuh. Banyak orang penderita Fistula Ani yang hampir putus asa dan pasrah menjalani hidup dengan penderitaan rasa sakit yang sangat menyakitkan ketika penyakit tersebut kambuh.

Begitulah yang saya alami selama beberapa tahun ini. Saya hanya bisa menangis di tempat tidur ketika penyakit tersebut sedang kambuh dengan parah dan sekuat tenaga menahan rasa sakit menyayat-nyayat yang datang menyerang secara terus-menerus setiap detiknya selama beberapa jam hingga terkadang seharian. Kondisi sakit yang sangat mengganggu tersebut saya alami rata-rata setiap dua hari sekali dan terkadang setiap hari ketika kondisi saya sedang kurang fit. Sebelum operasi, saya benar-benar harus bersahabat dengan rasa sakit karena Fistula saya bisa kambuh sewaktu-waktu.

Oleh karena itu, pasca operasi Fistula Ani ini, saya benar-benar menjalani masa perawatan dengan intensif dan penuh kehati-hatian. Saya sangat berharap proses penyembuhan penyakit Fistula Ani saya berhasil dan tidak kambuh lagi. Saya sudah lama sangat menderita ketika Fistula kambuh dan pernah hampir putus asa karena penyakit tersebut.

Karena kondisi saya saat ini sedang menjalani masa perawatan intensif pasca operasi, maka beberapa peran yang selama ini saya jalankan di keluarga terpaksa harus diambil alih atau digantikan oleh anggota keluarga yang lain. Misalnya biasanya kalau hari libur saya mencuci mobil, sekarang anak yang menggantikan mencuci mobil. Biasanya saya yang menyopiri jika bepergian pakai mobil, sekarang gantian istri yang menyopiri setiap saya kontrol ke dokter. Biasanya setiap weekend kami sekeluarga pergi makan di luar dan pergi ke kids fun untuk menyenangkan si kecil, sekarang si kecil tidak minta pergi ke kids fun karena tahu papinya sedang sakit dan rela menunggu sampai papinya sembuh. Setiap pagi biasanya saya memanaskan mobil, sekarang rutin istri yang memanaskan mobil. Dan lain sebagainya.

Selama saya bed rest hampir satu bulan ini, peran istri dalam keluarga memang menjadi lebih dominan. Selain peran yang sudah biasa dilakukan istri, seperti mencuci baju, menyeterika pakaian, memasak dan menyiapkan makanan untuk keluarga, antar jemput si kecil ke sekolah, dan pergi ke rumah orang tua membantu keperluan hidup mereka, sekarang istri juga tambah mengurusi keperluan saya selama sakit seperti menyiapkan menu makanan sesuai rekomendasi dokter, menyiapkan obat yang harus rutin saya minum, membantu saya mandi, menyiapkan pakaian ganti saya, dan lain sebagainya.

Demikianlah bagaimana keluarga kami menjalani kehidupan berkeluarga. Kami berusaha agar kehidupan keluarga tetap berjalan normal dengan cara bergantian mengambil alih peran selama saya sakit. Semoga ikhtiar saya untuk sembuh dari penyakit Fistula Ani yang sudah beberapa tahun saya derita ini diridhai Allah Swt dan saya bisa benar-benar sembuh. Aamiin yaa robbal'aalamiin. []

 

Gumpang Baru, 30 November 2022

Tidak ada komentar:

Postingan Populer