Sumber Gambar : https://banten.antaranews.com/berita/178838/pembelajaran-daring-dan-keterampilan-bahasa-yang-garing |
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
A.
Pendahuluan
Sejak
munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia, pemerintah yang dalam hal ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud) segera mengambil langkah
sigap untuk menjamin keselamatan kepada semua warga sekolah. Oleh karena itu
Kemendikbud RI mengambil kebijakan untuk mengalihkan proses pembelajaran dari bentuk
tatap muka secara langsung di kelas (luring, luar jaringan) menjadi pembelajaran
jarak jauh (PJJ) menggunakan teknologi internet. Moda pembelajaran jarak jauh
dengan menggunakan teknologi internet ini dikenal dengan beberapa istilah seperti
e-learning, pembelajaran daring (pembelajaran dalam jaringan), ataupun spada (sistem
pembelajaran daring).
Proses
pembelajaran dipindahkan lokasinya dari sekolah ke rumah sehingga dikenal
istilah BDR (Belajar Dari Rumah). Pemindahan lokasi pembelajaran dari sekolah ke
rumah ini memang bukanlah langkah tanpa cacat. Banyak persoalan yang kemudian
bermunculan seiring dengan waktu pengimplementasian kebijakan tersebut. Tetapi walaupun
begitu, setidaknya itulah langkah terbaik dan tepat yang dapat diambil oleh
Kemendikbud untuk menjamin keselamatan seluruh warga sekolah dan memastikan proses
pembelajaran tetap dapat berlangsung.
B.
Pengertian
Pembelajaran Daring
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar (KBBI Online, 2021). Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh
pendidik kepada peserta didik agar terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Anonim, 2019).
Daring
merupakan singkatan dari kata “dalam jaringan” yang merupakan kata serapan yang
dibakukan untuk terjemahan kata “online”. Kata daring sering dikaitkan dengan
internet. Jika kata “pembelajaran” dan “daring” digabung menjadi satu membentuk
kata baru yaitu “pembelajaran daring”, maka hal ini mengandung makna bahwa pembelajaran
daring adalah pembelajaran yang dilaksanakan melalui media teknologi internet. Pelaksanaan
moda pembelajaran daring memerlukan sarana akses internet. Tanpa keberadaan
akses internet, maka pembelajaran daring tidak bisa dilaksanakan.
Istilah pembelajaran
daring menjadi popular di masa pandemi Covid-19 sejak pemerintah (Kemendikbud
RI) mencanangkan kebijakan “Belajar Dari Rumah” atau BDR melalui moda
pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan menggunakan media internet. Proses
pembelajaran daring dilaksanakan dengan memanfaatkan beberapa aplikasi pembelajaran
berbasis internet, seperti Zoom Meeting, Google Meeting, WhatsApp, Telegram, Youtube,
maupun aplikasi lainnya.
C.
Keunggulan
dan Kelemahan Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring
merupakan sebuah pilihan paling tepat saat pandemi Covid-19 ini. Memang
pembelajaran daring bukanlah moda pembelajaran yang terbaik, tetapi minimal
dapat memfasilitasi peserta didik tetap dapat mengikuti pembelajaran
(bersekolah) tanpa ada rasa kekawatiran para orang tua terhadap keselamatan
mereka. Dengan pengalihan tempat pendidikan dari kelas ke rumah, para orang tua
dapat ikut mendampingi anak-anaknya belajar.
Sebagai metode baru
dalam pembelajaran berbasis teknologi internet, pastilah metode ini tetap
memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu perlu sikap yang bijaksana
dari para pendidik dalam menggunakan moda pembelajaran daring tersebut agar
tujuan pendidikan dapat tercapai. Janganlah pendidik mengalami euforia
pembelajaran daring yang kemudian berpikiran akan meninggalkan pembelajaran
secara luring. Ada beberapa hal terkait proses pendidikan yang tidak bisa
tergantikan oleh moda pembelajaran daring.
Beberapa keunggulan dari
pembelajaran daring antara lain adalah proses pembelajaran dapat diakses dengan
mudah, biaya pembelajaran lebih terjangkau, waktu belajar fleksibel, dan wawasan
peserta didik menjadi lebiih luas. Pelaksanaan pembelajaran daring cukup
menggunakan smartphone atau laptop
yang terhubung akses internet. Selain itu lebih hemat biaya karena hanya
memerlukan biaya paket internet saja. Dengan model pembelajaran daring, proses
pembelajaran dapat dilakukan kapanpun dan di manapun. Karena berbasis internet,
maka kesempatan peserta didik untuk mengeksplorasi pengetahuan dan wawasan
menjadi sangat terbuka (Anonim, 2021).
Sedangkan menurut
Budiatun Kurniawati (2020), sistem
pembelajaran daring memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut :
1. Waktu dan tempat belajar lebih efektif.
Peserta didik dapat langsung mengikuti proses pembelajaran dari rumah.
2. Peserta didik tidak hanya bergantung
pada guru, tetapi juga dapat untuk melakukan riset sendiri melalui internet.
3. Otomatis peserta didik dilatih untuk
lebih menguasai teknologi informasi yang terus berkembang.
4. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik
bahwa gawai tidak hanya sekadar untuk bermain social media dan game, tetapi
bisa digunakan untuk hal-hal yang produktif dan mencerdaskan.
Di samping memiliki
keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka di kelas (pembelajaran
luring), pembelajaran secara daring juga memiliki beberapa kelemahan. Beberapa
kelemahan pembelajaran daring menurut Budiatun Kurniawati (2020) adalah :
1. Guru
kesulitan untuk mengontrol mana peserta didik yang serius mengikuti
pembelajaran dan mana yang tidak serius.
2. Pembelajaran
lebih banyak bersifat teoritis dan minim praktik karena tidak memungkinkan guru
berinteraksi langsung dengan peserta didik.
3. Bagi
peserta didik yang tinggal di lokasi yang infrastruktur komunikasinya masih
kurang memadai akan mengalami kesulitan dalam mengakses internet.
4. Tidak
semua peserta didik memiliki dan mampu mengakses peralatan pendukung
pembelajaran daring, seperti komputer, laptop, atau smartphone.
5. Karena
pembelajaran dilakukan di rumah, maka kemungkinan muncul faktor lain yang bisa
mengganggu konsentrasi peserta didik saat belajar, seperti suasana rumah,
anggota keluarga, dan lain sebagainya.
Di samping beberapa
kelemahan di atas, model pembelajaran daring juga mengalami kendala dalam mengajarkan
pendidikan karakter dan sikap baik ke peserta didik. Pembelajaran daring
cenderung hanya mampu mengakomodir proses transfer
of knowledge di ranah pengetahuan (kognitif), sedangkan untuk ranah sikap
dan keterampilan sulit terakomodasi.
Melihat keunggulan dan
kelemahan dari moda pembelajaran daring di atas, maka cara terbaik yang dapat
dilakukan pihak sekolah adalah dengan mengkombinasikan antara pembelajaran
daring dan pembelajaran luring. Kombinasi moda pembelajaran daring dan luring
ini dikenal dengan istilah “Blended
Learning”.
D.
Profil
Pelaksanaan Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19
Dari
mini survei yang dilakukan oleh Profesor Suhubdy (2020 : 142), ditemukan bahwa sebanyak 62,2% peserta didik
mengalami kesulitan dalam pembelajaran secara daring. Dari survei tersebut juga
terjaring beberapa alasan yang mendukung tentang opini “kesulitan” melakukan pembelajaran
daring, di antaranya:
1) 36% responden
menyatakan jaringan internet yang tidak
memadai;
2) 23,4% responden
menyatakan tidak tersedianya secara khusus fasilitas yang memadai;
3) 19,8% responden
menyatakan kurangnya pengetahuan tentang perangkat lunak yang dapat digunakan;
4) 8,1% responden
menyatakan lingkungan tempat bekerja (WFH) kurang kondusif; dan
5) 6,3% responden
menyatakan infrastruktur teknis pengajaran tidak memadai (kurang tersedianya
gawai canggih seperti komputer, handphone,
dll).
Sementara
itu, Puspaningtyas & Dewi (2020) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa mayoritas
peserta didik mengalami kendala terkait sinyal selama pembelajaran daring.
Banyak peserta didik juga belum dapat menguasai aplikasi pembelajaran daring
dengan baik sehingga berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Selain itu, peserta
didik menyatakan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan guru dan lebih
menyukai berdiskusi secara tatap muka serta peserta didik mengalami kesulitan
dalam memahami materi apabila hanya bersumber dari buku.
Menghadapi
perubahan model pembelajaran selama pandemi Covid-19 dari moda luring menjadi
moda daring tersebut, para orang tua dituntut untuk bisa mendukung program
sekolah daring. Bentuk dukungan dan peran aktif orang tua dalam mendukung
kesuksesan proses belajar-mengajar anak-anaknya di rumah adalah dengan
mendampingi proses belajar anak. Kata mendampingi tidak hanya diartikan dengan
mendampingi secara fisik, tetapi juga dapat diartikan dalam arti spirit dan
motivasi serta pemenuhan kelengkapan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk
mendukung pembelajaran daring menggunakan internet.
E.
Penutup
Kebijakan pembelajaran
daring di masa pandemi Covid-19 merupakan pilihan terbaik yang diambil oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjamin keselamatan seluruh warga
(sivitas) sekolah dari potensi tertulari virus Covid-19 dan menjamin peserta
didik tetap mendapatkan pendidikan. Walaupun bukan kebijakan tanpa kelemahan,
namun setidaknya Kemendukbud telah mengambil langkah strategis dalam upaya
menjamin terlaksananya proses pendidikan di masa pandemi Covid-19. Perlu peran
aktif orang tua dalam mendukung proses pembelajaran daring agar tujuan
pendidikan dapat tercapai. Dukungan dan peran aktif orang tua dalam mendampingi
proses belajar anak akan sangat membantu kesuksesan belajar anak-anak selama
masa pandemi Covid-19. []
F.
Daftar
Pustaka
Anonim. (2019,
June 28). Apa itu Pembelajaran? Retrieved February 23, 2021, from
https://unida.ac.id/pembelajaran/artikel/apa-itu-pembelajaran.html
Anonim. (2021).
WANTIKNAS - Empat Kelebihan dan Kekurangan Dalam Menerapkan E-Learning.
Retrieved February 24, 2021, from http://www.wantiknas.go.id/id/berita/empat-kelebihan-dan-kekurangan-dalam-menerapkan-e-learning
KBBI Online.
(2021). Arti kata ajar—Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Retrieved
February 11, 2021, from https://kbbi.web.id/ajar
Kurniawati, B.
(2020, November 11). Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring. Retrieved
February 24, 2021, from KOMPASIANA website:
https://www.kompasiana.com/budiatun73333/5fabac87d541df232e54a673/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran-daring
Puspaningtyas,
N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran
Berbasis Daring. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 3(6),
703–712. doi: http://dx.doi.org/10.22460/infinity.v6i1.234
Suhubdy. (2020).
Penyiapan dan Pengemasan Materi Perkuliahan Daring di Masa Pandemi Covid-19:
Kendala, Tantangan, dan Solusi. In Potret Pendidikan Tinggi di Masa Covid-19
(1st ed., pp. 135–155). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar