Powered By Blogger

Sabtu, 01 Oktober 2022

SPIRIT NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

SPIRIT NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia sering dikaitkan dengan peristiwa Sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 1 Juni 1945. Dan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, ditetapkan bahwa tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila.  Dalam Keppres tersebut juga menetapkan pada setiap tanggal 1 Juni sebagai hari libur nasional. Ditetapkannya tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dikarenakan pada tanggal 1 Juni 1945, kata Pancasila pertama kali disebut oleh Presiden Pertama RI, Soekarno dalam Sidang BPUPKI (Kemenkumham RI, 2022).

Istilah Pancasila diperkenalkan oleh Ir. Soekarno atau Bung Karno saat membacakan usulan dasar negara di Sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 (Parandaru, 2021). Bung Karno di dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 tersebut juga sempat menghubungkan hal simbolis dengan Pancasila yang berisi lima butir falsafah. Kata Bung Karno, ia senang pada sesuatu yang simbolis. Rukun Islam ada lima jumlahnya. Begitu juga jari dan panca indra manusia, juga lima jumlahnya. Bung Karno menjelaskan alasan mengapa ia memberi nama Pancasila:

Saudara-saudara! Dasar-dasar Negara telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajibann, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai pancaindra. Apa lagi yang lima bilangannya? (Seorang yang hadir menjawab : Pandawa Lima!). Pandawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi-saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa-namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. (tepuk tangan riuh).  (Sukarno dalam De Jonge, 2015 : 238).

 

Dalam sidang BPUPKI tersebut, sebelum Bung Karno mengenalkan istilah dasar negara Pancasila, para tokoh yang berpidato sebelumnya tidak ada satupun yang menjelaskan tentang dasar negara. Ketika giliran Bung Karno tiba, beliau berpidato selama kurang lebih satu jam untuk menjawab pertanyaan ketua BPUPKI yang menanyakan apa dasar negara yang mau didirikan nanti. Karena ternyata tidak ada satupun peserta sidang yang menjawab pertanyaan ketua BPUPKI tersebut, hanya Bung Karno yang menjawabnya sebagaimana isi pidato di awal sebagai berikut:

 

Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda philosofische grondslag daripada Indonesia Merdeka. Philosofische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi (Sukarno dalam De Jonge, 2015 : 230).

 

            Pancasila telah ditetapkan sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh para pendiri bangsa Indonesia. Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang telah berusia ribuan tahun. Pancasila bukan sekadar lima sila tersebut, melainkan hakikatnya merupakan perasan atau intisari dari dari berbagai pandangan, filsafat, budaya, dan nilai-nilai luhur kehidupan bangsa Indonesia yang heterogen yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan agama. Oleh karena itu selayaknya nilai-nilai Pancasila merasuk dan menjadi ruh penggerak atas segala sendi kehidupan bangsa Indonesia.

Jika bangsa Indonesia diibaratkan sebagai sebuah tubuh atau jasad jasmani, maka yang menjadi ruh atau spirit-nya adalah Pancasila. Pancasila lah yang menjadi elemen kehidupan yang menggerakkan tubuh bangsa Indonesia. Tanpa keberadaan Pancasila dalam tubuh bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia tidak ada kehidupan. Sebegitu pentingnya Pancasila bagi bangsa Indonesia, maka sudah sepantasnya jika hari kelahiran Pancasila sebagai dasar negara diperingati secara resmi dan terus-menerus setiap tahun. Bangsa Indonesia butuh Pancasila. Pancasila adalah ruh penggerak kehidupan bagi bangsa Indonesia.

Bagaimana caranya agar Pancasila benar-benar menjadi ruh penggerak bangsa Indonesia? Caranya tidak lain adalah dengan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam seluruh sendi kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila pada hakikatnya adalah nilai-nilai luhur berupa pandangan hidup dan filsafat kehidupan dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah seharusnya nilai-nilai luhur Pancasila menjadi spirit penggerak kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya sekadar formalitas simbol kenegaraan, tetapi merupakan spirit kehidupan bangsa Indonesia yang sebenarnya. Pancasila harus menjadi landasan hokum yang berlaku di Indonesia. Pancasila harus menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur, yakni sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya (Rustiana, 2021). Pancasila tidak berafiliasi ke suku bangsa dan agama tertentu, tetapi berafiliasi ke jati diri bangsa Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

Untuk dapat menjadi spirit kehidupan bangsa Indonesia, nilai-nilai luhur Pancasila harus dapat terwujud dalam sikap dan perilaku nyata bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur Pancasila harus menjadi dasar fundamental dari sikap dan karakter bangsa Indonesia, baik dalam kehidupan bernegara maupun kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila harus dikenalkan dan diajarkan ke setiap anak Indonesia. Selain diajarkan melalui dunia pendidikan, nilai-nilai Pancasila juga harus dilatihkan dan dibiasakan setiap waktu bagi anak-anak Indonesia agar menjadi karakter mereka. Oleh karena itu, pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila harus menjadi muatan esensial dalam sistem pendidikan nasional. Berbagai program dan kegiatan sebagai rangkaian dari pendidikan karakter Pancasila harus disusun dan dilaksanakan secara serius dan berkesinambungan agar nilai-nilai luhur Pancasila yang hakikatnya adalah ruh bangsa Indonesia benar-benar meresap dan melebur dalam pikiran, sikap, dan perilaku manusia Indonesia. InsyaAllah. Amin. []

 

Gumpang Baru, 16 September 2022

 

 

Sumber Referensi

De Jonge, W. W. (2015). Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan. Yogyakarta: Galang Pustaka.

Kemenkumham RI. (2022, June 1). Peringati Hari Lahir Pancasila dengan Perkokoh Persatuan. Retrieved September 16, 2022, from Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia website: https://www.kemenkumham.go.id/berita/peringati-hari-lahir-pancasila-dengan-perkokoh-persatuan

Parandaru, I. (2021, May 31). Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara. Retrieved June 20, 2021, from Kompaspedia website: https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/kronologi/sejarah-pancasila-sebagai-dasar-negara/

Rustiana, S. H. (2021). Indonesia yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur, Sebuah Impian? Retrieved September 17, 2022, from Universitas Muhammadiyah Jakarta website: https://umj.ac.id/opini/indonesia-yang-baldatun-thoyyibatun-wa-robbun-ghofur-sebuah-impian/

 

 

 

BIODATA PENULIS

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. (ICT, C.MMF, C.AIF, C.GMC, C.CEP, C.MIP, C.SRP, C.MP) adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menempuh Pendidikan S1 (S.Pd) di Universitas Sebelas Maret dan Pendidikan S2 (M.Sc.) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 80 judul buku (baik buku solo maupun buku kolaborasi) dan memiliki 28 sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) berupa hak cipta buku, Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia MA/SMA (2007), Peraih SPK AWARD Peringkat 1 (2021), Peraih Inovasi dan P2M Award LPPM UNS Peringkat 2 (2022), Peraih Indonesia Top 5000 Scientists ”AD Scientific Index” (2022), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP (2020), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan Trainer tersertifikasi Indomindmap Certified Trainer-ICT,  Indomindmap Certified Growth Mindset Coach, Indomindmap Certified Multipe Intelligences Practitioner, Indomindmap Certified Character Education Practitioner, ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan ThinkBuzan Certified Mind Map Facilitator (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer