Powered By Blogger

Sabtu, 21 Oktober 2023

MEMBANGKITKAN KEMBALI SPIRIT MENULIS

 


MEMBANGKITKAN KEMBALI SPIRIT MENULIS

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro


 

Menekuni dunia kepenulisan memang tidak mudah. Selain mampu menulis, menekuni dunia kepenulisan juga dituntut untuk memiliki spirit menulis yang terus terperlihara. Salah satu cara agar spirit menulis terus terjaga adalah dengan cara bergabung di komunitas penulis. Di komunitas penulis akan bertemu dengan banyak penulis dan terbiasa dengan aktivitas menulis secara rutin. Setiap komunitas penulis pasti memiliki program menulis rutin untuk mendorong anggotanya agar tetap semangat menulis.


Ketika seseorang memutuskan diri untuk bergabung di sebuah  komunitas penulis, tidak serta merta ia akan semangat menulis. Bergabung di komunitas penulis perlu mengaktifkan diri dengan aktivitas menulis. Berada di lingkungan yang kondusif untuk menulis belum tentu mampu menjadikan diri semangat menulis selama tidak memaksa diri untuk terus menulis. Tidak ada manfaatnya bergabung di komunitas penulis manakala tidak belajar menulis. Kata kunci untuk menjadi penulis yang produktif adalah memulai menulis. Menulis adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari oleh siapapun yang mau belajar. 


Setiap komunitas penulis pasti pernah mengalami munculnya fenomena turunnya semangat para anggota dalam menulis. Para anggota komunitas cenderung pasif dan kurang semangat dalam menulis. Dampaknya adalah program menulis rutin yang menjadi aktivitas utama komunitas menjadi kurang hidup. Fenomena ini ternyata juga terjadi di komunitas penulis Sahabat Pena Kita (SPK). Program menulis wajib Setoran Wajib ternyata mulai banyak dilanggar para anggota komunitas. Terkesan para anggota grup SPK mengalami kejenuhan atau kurang termotivasi dalam menulis. Fenomena yang menyedihkan tersebut menjadi pemikiran serius pengurus grup SPK. Maka agar masalah tersebut tidak berlama-lama dan semakin parah, maka perlu dirancang kegiatan refreshing bagi anggota grup agar motivasi menulisnya bangkit kembali.


Maka pada hari ini, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023 grup Sahabat Pena Kita (SPK) mengadakan webinar literasi yang dikemas dalam bentuk Podcast bernama Ruang Inspirasi. Pada Podcast batch #1 ini menghadirkan dua orang narasumber yang sangat berkompeten dalam bidang literasi menulis. Kedua narasumber tersebut adalah Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag. dan Prof. Dr. Ngainun Naim, M.HI. Kedua narasumber merupakan sesepuh dan penasihat di grup SPK. Kedua narasumber menyampaikan materi yang berisi motivasi bagaimana menjaga dan membangkitkan spirit menulis. 


Dengan gaya penyampaian materi yang khas, kedua narasumber menyampaikan materinya dengan sangat jelas dan menggugah motivasi. Narasumber yang pertama menyampaikan paparan materi adalah Prof. Dr. Ngainun Naim dan kemudian dilanjutkan paparan materi kedua oleh Prof. Dr. Muhammad Chirzin. Sebelum kedua narasumber menyampaikan paparan materinya, terlebih dahulu acara webinar dibuka oleh ketua grup SPK ibu Dr. Hitta Alfi Muhimmah dengan dipandu oleh moderator mas Roni Ramlan, M.Ag. Mas Roni Ramlan ini adalah ketua grup SPK cabang Tulungagung. 


Para artikel ini, penulis akan mencoba menyampaikan kembali ulasan materi yang telah disampaikan oleh kedua narasumber menurut penangkapan dan pemahaman penulis pribadi. Selama mengikuti acara webinar, penulis mencoba membuat coretan sederhana ringkasan materi dari kedua narasumber dengan menggunakan teknik Mind Map. Teknik Mind Map membantu penulis mencatat kata-kata kunci dari paparan materi kedua narasumber. Dengan berdasarkan hasil Mind Map yang penulis buat selama mengikuti acara webinar, penulis kemudian mengubahnya menjadi tulisan artikel ini. 


Kesempatan pemaparan materi yang pertama diberikan kepada Prof. Dr. Ngainun Naim. Beliau menyampaikan bahwa ruh dari kegiatan literasi adalah menulis. Menulis itu memang mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan. Banyak orang yang ingin bisa menulis tetapi enggan untuk segera mulai menulis. Prof. Dr. Ngainun Naim menjelaskan bahwa ada lima tipe orang yang ingin belajar menulis. Tipe pertama adalah orang yang mau menulis tetapi tidak segera menulis. Orang tipe pertama ini penganut paham idealisme tapi tidak realistis. Dia baru tahap memiliki keinginan atau cita-cita menjadi penulis, tapi sayangnya cita-citanya tidak didukung dengan tindakan nyata dengan segera mulai menulis. Orang tipe pertama ini tidak akan pernah menjadi seorang penulis dan tidak akan pernah menghasilkan tulisan. 


Tipe kedua adalah orang yang mau menulis dan mampu merealisaiskannya dengan segera menulis. Orang tipe kedua ini memiliki semangat dan keinginan menulis dan segera merealisasikannya dengan segera menulis. Orang tipe kedua ini punya peluang untuk bisa menulis jika mampu menekuninya dengan disiplin, komitmen dan konsisten. Tipe ketiga adalah orang yang lemah keinginan menulis dan kemampuannya menulis juga lemah. Orang tipe ketiga ini akan sangat sulit untuk bisa menulis karena keinginan untuk menulis saja lemah, apalagi juga lemah dalam kemampuan menulis, maka akan sangat sulit bisa menulis. 


Kemudian tipe keempat adalah orang yang keinginannya tinggi tetapi kemampuan menulisnya rendah. Orang tipe keempat ini memiliki peluang besar akan bisa menulis karena ia telah punya modal keinginan yang tinggi untuk menulis. Walaupun kemampuan menulisnya masih rendah, jika ia mau belajar menulis secara tekun dan disiplin, maka suatu saat nanti ia pasti akan menghasilkan tulisan yang baik. Adapun tipe kelima adalah orang yang mampu menulis dan mau menulis. Orang tipe kelima ini adalah tipe yang paling ideal karena ia memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penulis. Ia memiliki kemampuan yang tinggi dalam menulis dan juga memiliki kemauan yang kuat untuk menulis. Orang tipe kelima inilah yang nanti akan sukses menjadi penulis yang produktif dan professional. 


Prof. Dr. Ngainun Naim juga menegaskan bahwa berdasarkan pengamatan beliau terhadap orang-orang yang menjalani aktivitas menulis, beliau menemukan fakta bahwa ternyata para penulis yang produktif menghasilkan karya tulis bukanlah orang-orang pengangguran, melainkan justru orang-orang yang punya banyak kesibukan pekerjaan atau aktivitas. Ternyata para penulis produktif bukanlah orang-orang yang punya banyak waktu longgar, tetapi justru mereka adalah orang-orang yang menyisihkan waktu di antara kesibukannya untuk menulis. Para penulis produktif adalah orang-orang yang mampu mengelola waktu dengan baik sehingga mereka mampu menyisihkan sebagian waktunya yang padat kegiatan untuk menulis secara rutin. 


Setelah Prof. Ngainun Naim selesai memaparkan materinya, narasumber kedua yaitu Prof. Dr. Muhammad Chirzin mendapat giliran untuk menyampaikan materi webinar. Di awal penyampaian materinya, Prof.. Dr. Muhammad Chirzin menjelaskan bahwa dalam menulis beliau terinspirasi dari surat Al-Alaq ayat 1-5. Manusia adalah folowers Tuhan, manusia adalah teamwork Tuhan dalam menyediakan bacaan melalui aktivitas menulis untuk mewujudkan perintah membaca. Membaca membutuhkan bahan bacaan (tulisan). Jika tidak ada tulisan, lantas mau membaca apa? Berarti menulis merupakan aktivitas membantu Tuhan dalam menyediakan bahan bacaan bagi umat manusia agar perintah iqra’ dapat terealisasikan. 


Dalam paparan materinya, beliau menyampaikan bahwa setiap orang pasti memiliki sesuatu yang disukai untuk dilakukan. Menulis itu harus disukai jika ingin bisa menulis. Suka menulis menjadi motivasi internal untuk menjadi penulis. Menulis adalah belajar. Menulis adalah meninggalkan warisan peradaban. Menulis adalah tanda cinta kepada orang-orang yang disayangi melalui persembahan buku. Beliau mengaitkan aktivitas menulis buku dengan sebuah peribahasa yang sangat terkenal, yaitu gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Sedangkan kalau manusia mati meninggalkan buku. Buku memiliki beberapa arti penting, yaitu buku adalah sumber ilmu, buku adaah teman setiap waktu, buku adalah jendela dunia, dan buku adalah penggerak perubahan.  


Terkait motivasi menulis, beliau menyampaikan bahwa menulis menunjukkan eksistensi diri. “Saya menulis, maka saya ada”. Menulis adalah merangkai kata. Bahan tulisan bisa dari apa yang didengar, apa yang dilihat, apa yang dipikirkan. Menulis seharusnya bukan pekerjaan, melainkan kebutuhan. Menulis adalah kegiatan sehari-hari. Menulis itu dari hati. Menulis itu laksana Tuhan berfirman. Menulis itu bagaikan Nabi bersabda. Karena firman Tuhan dan Sabda Nabi tidak pernah salah, maka seorang penulis harus berusaha seminimal mungkin melakukan kesalahan dalam tulisannya dengan cara selesai menulis kemudian membaca kembali dan melakukan self editing. Menulis merupakan sebuah keterampilan. Maka untuk belajar menulis dilakukan dengan cara menulis. Menulis sangat dekat dengan kegiatan membaca. Untuk menulis sebuah buku perlu membaca minimal sepuluh buku. 


Demikian ringkasan materi motivasi menulis yang disampaikan kedua narasumber yang mampu penulis catat dan pahami. Semoga tulisan sederhana ini menjadi sarana menyebarluaskan materi webinar yang disampaikan oleh Prof. Dr. Muhammad Chirzin dan Prof. Dr. Ngainun Naim. Dan semoga dengan diselenggarakannya webinar literasi ini semangat dan motivasi menulis anggota grup SPK dan para penulis yang sempat turun kembali bangkit. Salam semangat menulis. [] 


Gumpang Baru, 21 Oktober 2023


__________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro. Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer