Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Pentingkah
kita selalu berpikiran positif? Menurut penulis sangat penting kita selalu
berpikiran positif. Mengapa kita harus selalu berpikiran positif? Karena
berpikiran positif itu menyehatkan dan menenteramkan. Kebalikannya, berpikiran
negatif itu capek dan tidak menyehatkan. Apakah Anda percaya? Jika tidak
percaya, silakan buktikan sendiri. Bandingkan ketika Anda berpikiran positif
dengan ketika berpikiran negatif, mana yang terasa enak dan nyaman di badan.
Dalam
menjalani kehidupan, kita hendaknya selalu berpikiran positif kepada Allah Swt.
Lho, apakah ada orang yang berpikiran negatif terhadap Allah? Banyak. Contohnya
adalah orang yang tidak yakin dengan rezekinya, orang yang selalu kawatir
dengan kehidupannya di masa depan, orang yang hatinya selalu was-was, dan lain
sebagainya. Orang-orang yang bersikap seperti itu merupakan ciri-ciri orang
yang berpikiran negatif terhadap Allah. Kok bisa? Bagaimana penjelasannya? Gampang
kok penjelasannya.
Orang
yang tidak yakin bahwa Allah akan menjamin rezekinya sehingga ia selalu was-was
dan khawatir tidak mendapat rezeki itu ciri orang yang berpikiran negatif atau
berpikiran positif? Pasti jawabnnya adalah orang yang berpikiran negatif karena
jika orang tersebut berpikiran positif pasti ia percaya bahwa Allah Swt pasti
akan memberinya rezeki kepadanya jika ia berusaha dan bekerja dengan
sebaik-baiknya dan niat yang baik serta untuk tujuan yang baik yaitu memberikan
nafkah untuk keluarganya karena memberikan nafkah kepada keluarga adalah
sedekah terbaik yang diridhai Allah Swt. Orang yang berpikiran positif terhadap
Allah Swt pasti tidak mungkin punya pikiran negatif kalau Allah Swt tidak akan
memperdulikan hamba-Nya. Orang yang berpikiran positif pada Allah Swt pasti
yakin bahwa Allah Swt pasti menyayangi hamba-Nya yang mau berusaha menjemput
rezekinya.
Demikian
pula halnya dengan yang penulis lakukan. Penulis berusaha selalu berpikiran
positif kepada Allah Swt. Penulis meyakini bahwa rasa cinta dan kasih sayang
Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya jauh lebih besar dari murka-Nya karena Allah
Swt adalah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bukan Tuhan yang suka
marah-marah. Allah Swt bukan Tuhan yang mudah marah dan murka, apalagi mudah
mengazab. Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Sabar yang sabar menunggu
hamba-hamba-Nya bertaubat dan menyadari kesalahan dan kekhilafannya. Penulis selalu
berpikiran positif bahwa Allah Swt akan selalu menyayangi dan mengasihi
hamba-hamba-Nya serta akan menunjukkan jalan terbaik yang penuh maslahat untuk
hamba-hamba-Nya yang tiada pernah putuh asa dari mengharapkan rahmat-Nya.
Berpikiran
positif adalah ciri sikap muslim yang baik. Seorang muslim dilarang berpikiran negatif
kepada Allah Swt karena sikap seperti itu menunjukkan lemahnya iman. Jika kita
beriman kepada Allah Swt, maka kita harus selalu berprasangka baik pada Allah
Swt. Berprasangka baik atau ber-husnudhan adalah sikap berpikiran positif. Ridha
Allah Swt bergantung pada prasangka hamba-Nya. Jika seseorang berparasangka
buruk bahwa hidupnya akan sengsara, maka berarti ia memang memilih jalan hidup
sengsara, ia telah memilih takdir buruknya sendiri. Sebaliknya jika seseorang
berprasangka bahwa hidupnya pasti sukses dan berkecukupan, maka sebenarnya ia
telah selangkah meraih kesuksesannya karena Allah Swt meridhainya.
Dulu
ketika awal membangun kehidupan berumah tangga, penulis tidak memiliki apa-apa.
Waktu itu penulis hanyalah seorang dosen baru dengan gaji kecil dan belum
memiliki apa-apa, hanya punya sebuah motor tua dari hasil membeli dengan uang
tabungan saat menjadi guru GTT (Guru Tidak Tetap) secara kredit yang
angsurannya pun belum lunas. Penulis berani meminang seorang muslimah shalehah
yang sekarang menjadi pendamping hidup penulis hanyalah bermodal telah memiliki
pekerjaan tetap dan keyakinan bahwa kelak Allah Swt pasti akan melimpahkan
rezeki-Nya kepada penulis dan keluarga penulis. Penulis yakin bahwa Allah Swt
tidak akan membiarkan hamba-Nya hidup dalam kesusahan dan kemiskinan selama
hamba-Nya tersebut mau berusaha menjemput rezekinya yang telah ditetapkan
menjadi jatahnya. Maka memiliki pekerjaan tetap adalah modal pertama penulis
untuk menjemput jatah rezeki yang telah dijatahkan Allah Swt dan modal
berikutnya adalah keyakinan dan berpikiran positif bahwa Allah Swt pasti akan
menunjukkan jalannya agar penulis mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga
penulis.
Pada
awal minggu keempat bulan Juli 2006 penulis melangsungkan akad pernikahan dan
bulan Agustus penulis mendapat tugas belajar melanjutkan pendidikan ke jenjang
Pascasarjana S2 ke Universitas Gadjah Mada. Karena harus mengikuti perkuliahan
teori full selama dua semester, maka penulis memutuskan nge-kost di Yogyakarta
sedangkan istri tetap di Solo karena ia menjadi guru GTT di SMA di Solo. Setiap
Jumat sore penulis pulang ke Solo.
Di
Yogyakarta penulis selain menjalani kesibukan sebagai mahasiswa S2, yang setiap
hari berjalan kaki pulang-pergi antara kost-kampus, penulis juga mulai
memikirkan bagaimana kelanjutan kehidupan penulis sekeluarga. Gaji dan beasiswa
penulis tidak cukup untuk membeli rumah, bahkan hanya untuk DP-nya saja tidak
punya uang. Waktu itu penulis punya rencana jika nanti telah lulus S2 akan
mengajukan pinjaman ke KPRI kampus untuk membeli sebidang tanah dulu, masalah
membangun rumah belum ada bayangan sedikitpun. Yang terpenting nanti lulus S2
bisa punya tanah dulu paling tidak ukuran 100 m2 untuk suatu saat
jika ada rezeki (entah kapan yang penulis sendiri belum punya rencana) baru
dibangun rumah sederhana. Jadi rencana penulis waktu itu adalah baru bagaimana
berpikir agar bisa membeli tanah saja, belum berani berpikir kapan mempunyai
rumah karena penulis berpikir realistis. Walaupun begitu, penulis selalu berdoa
kepada Allah Swt agar melimpahkan rezeki-Nya dan mengabulkan doa-doa penulis.
Selama
menjalani masa perkuliahan, penulis tetap melanjutkan aktivitas menulis. Ketika
sedang menempuh pendidikan S2 itulah penulis memutuskan ikut lomba penulisan
buku pelajaran MIPA untuk MA/SMA yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI
(Dulu masih bernama Departemen Agama RI). Dengan bersusah payah membagi waktu
antara kuliah dan menulis, antara mengerjakan tugas-tugas kuliah dan menulis
buku, bahkan harus sampai kurang tidur untuk lembur menyelesaikan naskah buku,
akhirnya penulis bersama teman kuliah S2 mampu menyelesaikan naskah buku
pelajaran kimia dan mengirimkannya ke panitia lomba di Jakarta. Bulan Juli 2007
ketika anak pertama penulis baru berusia satu bulan, penulis mendapat surat
dari Kementerian Agama RI yang isinya undangan mempresentasikan naskah buku di
hadapan dewan juri. Maka penulis segera berangkat ke Jakarta untuk
mempresentasikan naskah buku lomba. Setelah acara presentasi tersebut, para
penulis diberikan waktu beberapa bulan untuk memperbaiki naskah bukunya sesuai
saran-saran masukan dari dewan juri. Keputusan pemenang lomba akan diumumkan
setelah penilaian oleh dewan juri.
Menjelang
akhir tahun 2007 penulis mendapat telepon dari panitia lomba agar datang ke
kantor Kementerian Agama RI di Jakarta untuk keperluan syuting acara HUT Amal
Bakti Kementerian Agama RI. Waktu itu penulis membatin, kok dapat undangan untuk
syuting? Apa mungkin dapat juara? Kalau tidak menang tidak mungkin diminta ikut
syuting? Ah, positif thinking ajalah bahwa buku penulis menang lomba. Ya Allah,
semoga buku penulis dapat juara 1. Begitulah dalam hati penulis berdoa dan
memohon kepada Allah Swt agar diberikan rezeki menjadi juara 1 pada lomba
penulisan buku pelajaran tersebut. Setelah di Jakarta dan bertemu dengan sesama
peserta lomba buku, penulis heran kok hanya beberapa orang saja yang diundang,
sedangkan peserta lain yang dulu ikut presentasi tidak diundang. Dalam hati,
penulis menduga-duga jangan-jangan ini yang diundang hanya yang menjadi juara 1
saja. Peserta lain juga seperti penulis menduga-duga jangan-jangan mereka dapat
juara 1. Setelah bertemu dengan ketua panitia lomba, barulah dugaan semua
peserta tersebut terjawab, ternyata memang yang diundang hari itu hanyalah
peserta lomba yang menjadi juara 1. Mendengar pernyataan ketua panitia lomba
tersebut, dalam hati penulis mengucap syukur Alhamdulillah dan berterima kasih
kepada Allah Swt yang telah meridhai usaha kerja keras penulis dalam menyiapkan
naskah buku dan mengabulkan doa-doa penulis menjadi juara 1.
Penyerahan
piala dan piagam penghargaan juara lomba langsung diserahkan oleh bapak Menteri
Agama RI di hadapan segenap tamu undangan dan tokoh-tokoh penting nasional yang
bertempat di gedung Auditorium kantor Kementerian Agama RI pada acara HUT Amal
Bakti Kementerian Agama RI. Waktu acara penyerahan hadiah lomba tersebut, penulis
mengajak istri tercinta ke Jakarta untuk ikut menyaksikan suaminya menerima
piala penghargaan dan hadiah lomba juara 1 dari Menteri Agama RI. Bangga sekali
dapat mengajak istri menghadiri acara di tingkat nasional tersebut. Para
pemenang lomba ditempatkan di tempat duduk khusus yang eksklusif yang berbeda
dengan tempat duduk tamu lain. Saat itu, penulis merasa begitu bangga dan
bahagia mendapatkan kehormatan tersebut. Penulis yang hanyalah orang desa tidak
pernah menyangka jika suatu saat akan hadir di acara besar Kementerian Agama RI
dengan penyambutan yang begitu mewah dan dapat bertemu langsung serta bersalaman
menerima piala dan hadiah dari bapak Menteri Agama RI. Sebuah pengalaman hidup
yang luar biasa bagi penulis. Sebuah jalan hidup yang luar biasa yang
dipilihkan Allah Swt untuk penulis. Terima kasih ya Allah, nikmat yang Engkau
berikan begitu luar biasa.
Dari
hadiah menjadi juara 1 lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama
RI tersebut, penulis mendapatkan hadiah uang hampir seratus juta rupiah yang
kemudian penulis pergunakan untuk membeli sebuah rumah yang sekarang penulis
tempati bersama keluarga. Ternyata Allah Swt belum selesai memberikan kejutan
kebahagiaan untuk penulis. Satu tahun kemudian, Kementerian Agama memutuskan
akan menerbitkan buku-buku pemenang lomba dan para penulis tetap mendapatkan
royalty karena di awal lomba ada ketentuan hak cipta buku tetap pada penulis. Dari
penerbitan buku tersebut, alhamdulillah penulis mendapatkan royalty sebesar
80an juta rupiah. Masih di tahun yang sama ternyata buku yang pernah penulis tulis
bersama dosen lain dibeli hak ciptanya oleh Kemendikbud RI. Dari hasil pembelian
hak cipta buku tersebut, setelah dibagi ke semua penulis, penulis mendapat uang
sebesar harga motor baru karena uangnya penulis belikan sebuah motor baru untuk
istri.
Mengenang
kejadian-kejadian tersebut, penulis bersyukur sekali. Allah swt telah begitu
baik kepada penulis dan keluarga dengan memberikan nikmat rezeki yang melimpah
sehingga akhirnya penulisnya bisa memiliki rumah sendiri sebelum lulus studi
S2. Rencana awal penulis selesai pendidikan S2 akan mengajukan pinjaman ke
koperasi kampus untuk membeli sebidang tanah ternyata dikabulkan oleh Allah swt
dengan nikmat yang jauh lebih baik, yakni penulis dimampukan oleh Allah swt
untuk membeli rumah sebelum lulus pendidikan S2. Ya Allah…begitu menakjubkan
sekali skenario yang Engkau buat untuk hamba-Mu ini. Begitu besar kasih sayang
yang Engkau berikan kepada hamba-Mu ini. Begitu melimpah rezeki yang Engkau
karuniakan kepada hamba-Mu ini. Hanya syukur dan sujud hamba kepada-Mu yang
mampu hamba lakukan. Sungguh, Engkau adalah Tuhan yang Maha Mendengarkan
doa-doa hamba-Nya.
Ketika
tahun 2018 penulis mendapatkan tugas kembali untuk melanjutkan studi lanjut jenjang
doktor dengan status tugas belajar, maka penulis menyadari akan kembali
mengalami masa-masa keprihatinan dan penghematan karena penulis akan kehilangan
sebagian penghasilan penulis. Penulis harus memberitahukan kepada keluarga
penulis bahwa selama penulis studi lanjut nanti, maka penghasilan penulis akan
turun drastis sehingga harus bersiap-siap untuk hidup hemat. Penulis pribadi sebenarnya
sedikit trauma dengan tugas belajar ini karena teringat pengalaman dulu waktu
tugas belajar S2 yang harus hidup dengan penghematan yang luar biasa. Maka untuk
tugas belajar S3 yang sekarang ini, penulis harus lebih siap lagi baik secara
finansia maupun secara mental agar jangan sampai mengalami kondisi keuangan
keluarga yang kritis seperti waktu S2 dulu. Tetapi ternyata di tahun pertama
studi S3, goncangan perekonomian keluarga sudah mulai terasa dan situasi itu
sangat mempengaruhi pikiran penulis. Penulis berusaha tetap fokus menjalani
perkuliahan dan kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Saat
penulis mendapat tugas belajar, istri penulis sudah tidak bekerja lagi (atas permintaan
penulis sendiri) karena memiliki balita yang baru berumur beberapa bulan. Keputusan
yang sangat berat harus penulis ambil selaku kepala keluarga karena penulis
akan melanjutkan studi lanjut ke luar kota, sementara jika istri tetap bekerja
maka yang akan merawat anak-anak siapa. Jika akan mencari pengasuh bayi juga
akan menambah pengeluaran keluarga karena penghasilan penulis akan turun drastis
karena beberapa tunjangan akan dihentikan. Selain itu. waktu itu penulis masih
memiliki tanggungan angsuran mobil yang dulu penulis belikan untuk istri. Andaikan
masih bisa ditawar untuk pengunduran jadwal studi lanjut, mungkin pikiran
penulis tidak akan seruwet itu, tapi ternyata pimpinan mengharuskan tahun itu
penulis harus sudah studi lanjut. Maka dengan membaca bismillah, penulis harus
berangkat studi lanjut dan mempersiapkan diri menghadapi kondisi keuangan
keluarga yang mungkin akan goncang.
Tahun
pertama penulis menjalani status dosen tugas belajar, kondisi perekonomian
keluarga terasa sangat berat. Sementara jadwal perkuliahan begitu padatnya
dimana setiap hari penulis harus berangkat ke luar kota untuk mengikuti
perkuliahan. Penulis sebenarnya juga berpikir mencari alternatif penghasilan untuk
menopang kebutuhan keluarga, tapi mau kerja apa belum terpikirkan karena
pikiran dan waktu habis untuk kuliah. Di tengah kondisi pikiran yang sumpek
antara stress mikir beban tugas-tugas kuliah dan mikir kondisi ekonomi keluarga
yang mepet, Alhamdulillah Allah swt kembali menunjukkan kasih sayangnya kepada
penulis. Allah swt kembali menunjukkan kasih sayang-Nya dengan memberikan jalan
alternatif kepada penulis untuk memperoleh tambahan penghasilan untuk menopang
kebutuhan keluarga.
Tidak
disangka-sangka, ternyata aktivitas menulis buku yang mulai penulis tekuni
kembali sejak tahun 2017 telah menjadi
jalan alternatif bagi penulis untuk memperoleh tambahan penghasilan. Ketika berhasil
menerbitkan lima judul buku di tahun 2018, penulis baru tersadarkan bahwa ternyata
di kampus penulis ada kesempatan untuk mendapatkan tunjangan kinerja atau remunerasi
di atas standar dari penulisan buku. Mengetahui informasi tersebut, maka segera
saja buku-buku yang baru terbit di tahun 2018 penulis daftarkan untuk
mendapatkan tunjangan kinerja di atas standar. Awalnya penulis menduga bahwa dari
lima judul buku tersebut hanya akan dihargai paling tinggi sekitar 5 jutaan
saja. Dugaan penulis tersebut didasarkan pada tarif tunjangan kinerja publikasi artikel di prosiding
internasional yang hanya dihargai 1 juta rupiah. Dengan fakta tersebut, penulis
berasumsi penghargaan terhadap penulisan buku pasti lebih rendah lagi, atau
maksimal sama besarnya yaitu 1 juta rupiah/buku sehingga kalau 5 judul buku
akan mendapat total maksimal 5 juta rupiah.
Tetapi
ternyata dugaan penulis tersebut justru meleset jauh. Menjelang pertengahan
tahun 2019 ada dana masuk ke rekening penulis dengan berita remunerasi
penulisan buku yang besarnya empat kali perkiraan penulis. Penulis sangat kaget
dan bersyukur sekali dengan masuknya dana segar tersebut karena dapat membantu menenangkan
pikiran penulis dan menyelesaikan sebagian kebutuhan keluarga. Di awal tahun
2020 kembali penulis memperoleh remunerasi penulisan buku yang besarnya lima kali
lipat yang berasal dari penerbitan 7 judul buku, dan di awal tahun 2021 ini
kembali penulis memperoleh remunerasi penulisan buku sebesar sepuluh kali lipat
atau hampir setara dengan gaji penulis selama satu tahun. Penulis tidak pernah
menyangka bahwa aktivitas penulis menulis buku merupakan jalan yang dipilhkan
Allah swt untuk mengatasi permasalahan keuangan keluarga penulis selama
menjalani tugas belajar S3.
Demikian
sharing pengalaman penulis mendapatkan kejuatan-kejutan kebahagiaan dari Allah
Swt. Allah Swt begitu sayang dan perhatian kepada penulis. Ternyata jika kita
mau berusaha dan berdoa dengan tulus kepada-Nya, Allah Swt akan membantu
memberikan jalan keluar dari permasalahan hidup kita. Penulis sangat bersyukur
dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya. Ya Allah….begitu indah jalan hidup yang
Engkau pilihkan untuk hamba. Hamba-Mu ini selalu takjub dengan skenario-Mu. Hanya
kebaikan dan kebahagiaan yang engkau karuniakan kepada hamba-Mu yang banyak
dosa ini. Sungguh, hanya rasa syukur dan sujud-sujud hamba yang mampu hamba
baktikan kepada-Mu. Semoga Engkau meridhai jalan hidup yang hamba jalani
sekarang ini. Amin. []
Gumpang
Baru, 31 Maret 2021
Sumber Artikel : https://sahabatpenakita.id/selalu-takjub-dengan-skenario-allah-swt/
___________________________________________
Biodata Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar