Seri Filsafat Kimia (3)
Sumber Gambar: |
https://www.aakash.ac.in/important-concepts/chemistry/valence-bond-theory
MODEL VISUALISASI KIMIA: Jembatan Penghubung Dunia Mikroskopis dan Makroskopis
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Kimia diajarkan di sekolah menengah atas sebagai mata pelajaran wajib. Kimia mempelajari materi di tingkat mikroskopis yang meliputi sifat, komposisi, struktur, perubahan materi dan energi yang terlibat dalam perubahan materi.
Energi dan materi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam kajian ilmu kimia. Ketika mempelajari perubahan materi, maka otomatis juga harus mempelajari perubahan energinya karena setiap perubahan materi akan diikuti dengan perubahan energi.
Karena perubahan materi sangat berkaitan dengan perubahan energi, maka hukum kekekalan massa digabung dengan hukum kekekalan energi menjadi hukum kekekalan massa-energi. Hubungan yang sangat erat antara energi dan materi ini oleh Albert Einstein dirumuskan dengan persamaan E = m c².
Beberapa peneliti menyatakan bahwa siswa SMA banyak yang menganggap bahwa kimia itu sulit. Banyak siswa SMA yang kurang menyukai mata pelajaran kimia. Beberapa faktor penyebab mengapa kimia dianggap sulit oleh siswa SMA antara lain karena kimia mempelajari banyak konsep yang abstrak, banyak mempelajari simbol-simbol atom dan rumus senyawa kimia yang tidak mudah dihafal, melibatkan perhitungan matematika yang cukup rumit.
Banyak guru yang mengajarkan kimia masih secara parsial-parsial, belum menjadi sebuah konsep yang komprehensif. Selain juga kimia masih diajarkan sebagai ilmu pengetahuan di kelas, belum banyak guru yang mengajarkan kimia secara komprehensif. Ketidakmampuan siswa dalam menghubungkan konsep-konsep kimia yang parsial tersebut menyebabkan siswa kesulitan memahami kimia.
Kimia mempelajari materi pada level mikroskopis, yaitu tingkat atomik. Kimia mempelajari atom, ion, molekul, elektron, Orbital atom, inti atom, dan lain-lain. Karena atom dan materi mikroskopis lainnya tidak dapat diamati secara langsung (sulit diobservasi) oleh mata, maka diperlukan sebuah pendekatan yang mampu menjembatani antara dunia mikroskopis dengan dunia makroskopis. Pendekatan tersebut berupa model kimia atau media visualisasi kimia.
Model atau media visualisasi kimia merupakan sebuah pendekatan untuk membantu siswa dapat melihat langsung dunia mikroskopis. Karena hanya sebuah pendekatan, maka kebenarannya juga relatif. Untuk menjamin bahwa suatu media visualisasi kimia mendekati kebenaran kondisi sebenarnya, maka perlu melalui tahap validasi oleh ahli. Ahli akan memverifikasi dan memvalidasi kebenaran media visualisasi berdasarkan kebenaran ilmu. Melalui tahap validasi ahli tersebut, diharapkan akan diperoleh media visualisasi kimia yang seminimal mungkin mengalami kesalahan konsep.
Dunia mikroskopis tidak dapat diamati secara langsung dengan mata biasa, tetapi gejala yang dihasilkannya dapat dilihat dan dikenali panca indera. Oleh karena itu, model visualisasi kimia yang dibuat para ahli media hanyalah merupakan hasil interpretasi dan penafsiran atas sifat-sifat mikroskopis yang dilihat pada dunia makroskopis.
Kebenaran konsep kimia dalam media visualisasi kimia yang dibuat harus benar-benar terjamin melalui proses verifikasi dan validasi ahli. Mengapa? Karena jika konsep kimia dalam media visualisasi tersebut salah, maka justru akan merusak tujuan pembuatan media visualisasi. Yang terjadi adalah justru media visualisasi tersebut akan membuat siswa mengalami miskonsepsi (salah konsep).
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa karena melihat media visual yang menggambarkan proses mikroskopis akan tertanam kuat dalam memori siswa dan akan sangat sulit diubah. Klo miskonsepsi terjadi karena siswa salah interpretasi dan salah membayangkan proses mikroskopis masih mudah diubah (diluruskan) dengan menggunakan media visual, tetapi jika siswa mengalami miskonsepsi justru karena melihat media visual, maka akan sulit untuk mengubahnya.
Untuk mengubah (meluruskan) miskonsepsi yang sangat kuat tersebut, guru harus menggunakan strategi konflik kognitif. Tetapi strategi ini juga tidak mudah dilakukan karena akan mengubah keyakinan siswa yang didasarkan pada pengamatan empiris yang umumnya sangat kuat dengan mengajak siswa berpikir secara rasional dan logis.
Membelajarkan konsep dan proses yang tidak terlihat memang tidak mudah. Oleh karena itu, pemahaman konsep yang benar dan tepat sangat penting dikuasai oleh seorang guru. Dalam proses pembelajaran, sebaiknya guru tidak hanya sekadar membuat siswa aktif belajar (mengkonstruksi) dengan merdeka tetapi juga harus mengajarkan (transfer of knowledge) konsep yang benar kepada siswa. Jangan sampai karena siswa dibebaskan mencari sendiri konsep kimia yang dipelajari justru membuat mereka mengalami miskonsepsi.
Oleh karena itu, sangat penting sekali setelah memfasilitasi siswa aktif menemukan dan mengkonstruksi konsep kimia, guru harus memberikan umpan balik dan mengevaluasi kebenaran konsep yang dipahami siswa. Jika ada kesalahan konsep yang dipahami siswa, guru harus segera mengubahnya (meluruskannya) dan menunjukkan konsep yang benar agar kesalahan konsep tersebut tidak berlama-lama tersimpan di dalam struktur kognitif siswa. []
Gumpang Baru, 04 Desember 2024