Catatan Inspirasi (125)
Media Berbagi Inspirasi dan Motivasi Seputar Literasi Menulis, Integrasi Sains-Agama, Pembelajaran Kimia, dan Pendidikan
Kamis, 11 Desember 2025
URGENSI PENDIDIKAN KELUARGA
Selasa, 09 Desember 2025
KISAH PERJALANANKU MENJADI PENULIS BUKU
Catatan Inspirasi (120)
KISAH PERJALANANKU MENJADI PENULIS BUKU
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.
JUARA 1 LOMBA OLIMPIADE MATEMATIKA
Catatan Inspirasi (123)
URGENSI TUJUAN KELUARGA
Catatan Inspirasi (124)
URGENSI TUJUAN KELUARGA
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.
Jumat, 28 November 2025
MEDALI PERUNGGU OLIMPIADE SAINS INTERNASIONAL
Catatan Inspirasi (121)
MEDALI PERUNGGU OLIMPIADE SAINS INTERNASIONAL
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.
Awalnya putri kecil kami yang bernama Aisyah Izzatunnisa Putri Nugroho atau biasa dipanggil Icha senang melakukan aktivitas menggambar dan mewarnai. Dia sering melihat video-video di YouTube tentang bagaimana membuat warna degradasi. Dia serius belajar dan berlatih bagaimana mewarnai gambar yang bagus.
Untuk mengaktualisasikan kemampuannya dalam mewarnai gambar, dia sering ikut lomba mewarnai. Beberapa kali si kecil Icha mengikuti lomba mewarnai gambar tetapi belum pernah menang menjadi juara. Padahal dia ingin sekali bisa menang menjadi juara dan mendapatkan piala juara.
Untuk menjaga semangatnya mendapatkan piala juara lomba dan mengantisipasi kekecewaan berlebihan yang bisa menurunkan semangatnya, maka kami menawarkan dia untuk mengikuti lomba olimpiade sains. Awalnya dia kurang suka karena merasa tidak mampu. Tetapi setelah kami memotivasinya dengan mengatakan bahwa adek pasti bisa karena adek sering rangking satu di kelas, akhirnya dia mau mengikuti lomba olimpiade sains tingkat nasional secara online.
Pengalaman pertama mengikuti lomba olimpiade sains tingkat nasional bidang bahasa Inggris dan matematika, dia mendapat juara 1 bidang Bahasa Inggris dan juara 2 bidang Matematika. Si kecil Icha senang sekali bisa menang lomba dan mendapatkan piala lomba pertamanya.
Setelah mendapatkan piala juara pertama tersebut, si kecil Icha kemudian sering mengikuti lomba olimpiade sains tingkat nasional rutin setiap bulan. Selama sekitar sepuluh bulan terakhir ini, dia telah memenangkan puluhan lomba olimpiade sains tingkat nasional dengan jumlah piala dan medali mencapai 39 buah.
Karena sudah sering mengikuti lomba olimpiade sains tingkat nasional dan si kecil Icha telah membuktikan dapat menjadi juara, maka di bulan Oktober 2025 kemarin, kami mencoba mengikutkan si kecil Icha untuk mengikuti lomba olimpiade sains tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu tingkat internasional.
Kami ingin putri kecil kami Icha tidak hanya mengenal soal-soal olimpiade tingkat nasional saja, tetapi juga mulai mengenal soal-soal olimpiade tingkat internasional yang pastinya jauh lebih sulit lagi. Dengan mengikuti lomba olimpiade sains tingkat internasional tersebut, kami ingin si kecil Icha bisa naik level kemampuannya dalam memecahkan soal-soal sains dari level nasional menjadi level internasional.
Di bulan Oktober 2025 kemarin putri kecil kami Icha mengikuti lomba olimpiade sains tingkat internasional di acara "International Kangaroo Science Contest (IKSC) 2025". Kualitas soal di lomba olimpiade sains tingkat internasional memang jauh lebih sulit dan lebih menantang di bandingkan soal olimpiade sains tingkat nasional. Soal-soal di lomba olimpiade sains tingkat internasional juga merupakan soal-soal IPA terpadu yang menuntut kemampuan siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills, HOTS) untuk mengerjakannya.
International Kangaroo Science Contest 2025 merupakan lomba olimpiade sains tingkat internasional yang pertama kali diikuti oleh putri kecil kami Icha. Jadi lomba tersebut merupakan pengalaman pertama kali bagi putri kecil kami Icha yang saat ini masih duduk di kelas 2 SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura mengikuti kompetisi sains level internasional.
Saat pengumuman hasil lomba International Kangaroo Science Contest (IKSC) 2025, alhamdulillah putri kecil kami Icha bisa mendapatkan juara medali perunggu. Kami sangat bangga dan bersyukur dengan pencapaian prestasi si kecil Icha. Untuk pengalaman pertama ikut lomba tingkat internasional dan mendapatkan medali perunggu adalah sebuah prestasi yang luar biasa. Capaian prestasi yang membanggakan ini bisa menjadi motivasi untuk di kecil Icha untuk terus semangat belajar dan meningkatkan prestasinya lebih baik lagi ke depannya.
Selamat dek Icha atas prestasinya mendapatkan medali perunggu di lomba olimpiade sains tingkat internasional "International Kangaroo Science Contest 2025". Tetap semangat belajar, bermain dan mencetak prestasi 👍👍
Selasa, 25 November 2025
MENJADI GURU DAN MENGABDI UNTUK NEGERI
Catatan Inspirasi (119)
MENJADI GURU DAN MENGABDI UNTUK NEGERI
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.
Di hari yang spesial bagi para pendidik di negeri tercinta ini, yakni bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional tanggal 25 November 2025, penulis ingin memutar kembali rekaman memori penulis menjalani profesi sebagai pendidik. Suka, duka, semangat, putus asa, optimis, sedih, bahagia, dan perasaan-perasaan lain telah menemani penulis dalam menjalani profesi sebagai pendidik selama hampir 30 tahun ini. Semuanya berawal dari dan demi keluarga. Bagaimana kisah perjalanan penulis, silakan menyimaknya.
Tahun 1997 penulis adalah seorang siswa kelas 3 di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta. Berkat perjuangan yang tak mengenal lelah dan gigih dalam belajar, penulis berkesempatan untuk ikut seleksi menjadi mahasiswa baru di Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui jalur PMDK alias tanpa tes karena seleksi didasarkan atas nilai raport kelas 1-3. Alhamdulillah, memang selama sekolah di MAN 1 Surakarta, penulis selalu masuk rangking 5 besar di kelas. Dengan modal inilah penulis berkesempatan ikut seleksi PMDK.
Di rumah, berita tentang kesempatan ikut PMDK tersebut penulis beritahukan ke ayah dan kakak tertua penulis. Penulis sampaikan bahwa penulis ingin mengambil jurusan kimia FMIPA UNS. Ayah penulis memberikan kebebasan penulis mengambil jurusan apapun. Tetapi tidak demikian dengan kakak tertua penulis (Dr. Agus Fatuh Widoyo, M.SI), beliau memberikan gambaran tentang prospek lulusan nanti. Kakak tertua penulis waktu itu masih menjalani kuliah di salah satu Sekolah Tinggi Agama Islam swasta di kota Solo.
Kakak tertua penulis menyarankan agar penulis mengambil jurusan keguruan yang nantinya kalau lulus jadi guru. Untuk bidang studinya penulis diperbolehkan tetap memilih kimia. Kakak penulis bahkan memohon ayah agar ikut mendorong penulis memilih jurusan keguruan/pendidikan. Alasan kakak menyarankan penulis masuk FKIP sangatlah sederhana, yakni lulusan FKIP akan jadi guru, sedangkan sekolah ada di mana-mana. Atas dasar asumsi seperti itu, maka diharapkan nanti setelah penulis lulus segera memperoleh pekerjaan sehingga dapat meringankan beban orang tua dan ikut mengangkat derajat orang tua.
Awalnya penulis menolak saran kakak penulis tersebut, tetapi setelah mendengar alasan kakak penulis tersebut dan juga demi memperbaiki kondisi perekonomian keluarga maka akhirnya penulis menerima saran kakak penulis. Penulis akhirnya dalam pengajuan berkas PMDK mengambil jurusan/program studi Pendidikan Kimia FKIP UNS.
Setelah pengumuman bahwa penulis diterima menjadi mahasiswa baru di UNS pada Program Studi Pendidikan Kimia, keluarga ikut senang karena akhirnya ada anggota keluarga yang bisa masuk PTN dan tanpa tes. Para pembaca pasti mengetahui bahwa zaman dulu sudah terkenal kalau masuk ke PTN itu sangat sulit sekali. Banyak yang ikut seleksi UMPTN tetapi gagal. Dulu untuk bisa kuliah di PTN hanya ada dua jalur, yakni jalur tes tulis (UMPTN) dan jalur bebas tes bagi siswa-siswi terbaik di sekolah (PMDK). Termasuk yang ikut senang mendengar kabar kelolosan penulis di PTN adalah guru MTs dan sekaligus kyai penulis yang mengajari ilmu agama Islam. Guru penulis tersebut adalah kyai Drs. KH. QA. Qomaroni, beliau adalah pendiri dan pemilik sekolah MTs Nurul Islam 2 Ngesrep dimana dulu penulis pernah menuntut ilmu. Tentang kekaguman penulis kepada Kyai Qomar (begitu beliau biasa dipanggil) telah penulis abadikan dalam sebuah artikel yang dimuat di buku antologi karya bersama di grup Halaqah Literasi dengan judul AKU, BUKU DAN PERADABAN (Istana Agency, 2018).
Sebagai salah satu alumni terbaik (nilai EBTANAS) di MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, prestasi penulis dengan diterima di PTN tanpa tes, sangat diapresiasi oleh Kyai Qomar. Beliau juga meminta penulis untuk ikut memajukan almamater dengan menjadi guru di madrasah yang beliau kelola. Beliau mengatakan kalau bukan alumni sendiri yang ikut membesarkan sekolah, mau siapa lagi. Untuk menghormati beliau dan demi pengabdian pada sekolah almamater, maka permintaan tersebut penulis terima. Maka sejak tahun 1997 penulis menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS dan sekaligus seorang guru (pendidik) mata pelajaran IPA-Fisika di MTs Nurul Islam 2 Ngesrep. Hari Senin-Sabtu penulis kuliah di UNS, sedangkan hari Ahad penulis menjadi guru di MTs Nurul Islam 2 Ngesrep. Profesi sebagai pendidik (guru) IPA Fisika tersebut penulis jalani selama 5 tahun sampai tahun 2002.
Selama 4,5 tahun (9 semester) penulis menjalani proses pendidikan menjadi calon guru kimia di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di ekstrakurikuler keorganisasian dan kegiatan ilmiah, tetapi penulis lebih fokus di kegiatan ilmiah. Penulis beberapa kali memenangi lomba karya tulis ilmiah mahasiswa. Selain aktif di kegiatan internal kampus, penulis juga aktif memiliki beberapa aktivitas di luar kampus seperti menjadi guru Taman Pendidikan Al-Qur'an di desa, menjadi guru les private anak SD, menjadi tentor matematika dan kimia di lembaga bimbingan belajar, dan menjadi guru di MTs Nurul Islam 2 Ngesrep.
Penulis memilih mengambil jurusan/program studi Pendidikan Kimia karena penulis menyukai kimia. Menurut penulis, kimia itu unik, menarik, dan banyak mengandung misteri yang perlu dikaji. Sampai sekarang pun penulis masih memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap bidang kimia walau telah mengalami pergeseran fokus kajiannya. Kalau dulu penulis tertarik pada kimia secara konten, maka sekarang penulis lebih tertarik mengkaji kimia sebagai media untuk menanamkan sikap dan karakter ke peserta didik.
Ketertarikan penulis ke bidang kimia diawali ketika penulis mengenyam pendidikan kelas 2 di MAN 1 Surakarta. Penulis terinspirasi oleh guru kimia penulis yang mampu mengajarkan kimia-yang banyak orang mengatakan sulit- dengan begitu jelas dan menarik. Dari beliau lah penulis akhirnya tertarik untuk lebih mendalami lagi ilmi kimia di perguruan tinggi. Guru inspirator penulis tersebut adalah Yth. Ibunda Dra. Hj. Rukamtini, M.Si. Kekaguman dan rasa hormat penulis kepada beliau telah penulis abadikan dalam bentuk sebuah artikel yang dimuat di salah satu bab buku solo penulis yang berjudul KIMIA KEHIDUPAN (Deepublish, 2018).
Pengalaman menjadi guru dan mengajar mata pelajaran IPA Fisika di MTs Nurul Islam 2 Ngesrep telah mengubah jalan hidup dan prinsip hidup penulis. Kalau awalnya penulis kuliah di FKIP demi keluarga, maka sejak menjadi guru di sekolah almamater tersebut penulis secara pelan tapi pasti benar-benar menghayati profesi sebagai pendidik (guru). Penulis sudah tidak ingin lagi mendaftar kembali mengikuti tes UMPTN untuk memilih jurusan kimia murni (MIPA). Penulis benar-benar telah jatuh cinta pada profesi pendidik. Ada kebanggaan yang luar biasa dan sulit diungkapkan dengan kata-kata ketika setiap melihat siswa memahami pelajaran (nilai tes bagus).
Dulu saat menuntut ilmu di madrasah ini, penulis memiliki kenangan berkesan terhadap seorang guru. Berkat inspirasi guru tersebutlah penulis mampu memiliki semangat belajar yang tinggi. Kisah berkesan terhadap guru MTs tersebut telah penulis abadikan dalam sebuah artikel yang diterbitkan di buku solo penulis dengan judul MUHASABAH (Kun Fayakun, 2018).
Selama menjalani profesi sebagai pendidik di MTs Nurul Islam 2, penulis banyak memperoleh pengalaman-pengalaman hidup yang berharga. Salah satu pengalaman berkesan penulis ketika berinteraksi dengan peserta didik selama menjadi guru di MTs Nurul Islam 2 Ngesrep telah penulis abadikan dalam sebuah artikel yang dimuat di buku antologi MOTIVASI MENGAJAR PERSPEKTIF DOSEN (CV. Cendekia Global Mandiri, 2019).
Setelah penulis menyelesaikan kuliah S1 di Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, penulis mengajukan pengunduran diri dari MTs Nurul Islam 2 Ngesrep karena diterima menjadi guru kimia (sesuai bidang keahlian) di SMA Batik 1 Surakarta. Selama 2,5 tahun penulis menjalani profesi sebagai pendidik (guru) mata pelajaran kimia. Selain mata pelajaran kimia, di SMA Batik 1 Surakarta penulis juga pernah mengajar komputer dan membimbing ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR). Sebagai pembimbing KIR, penulis telah berhasil membawa kelompok KIR SMA Batik 1 Surakarta berprestasi sebagai juara 2 tingkat regional wilayah Jateng-DIY pada lomba Karya Ilmiah di UNDIP Semarang.
Selama menjadi guru kimia di SMA Batik 1 Surakarta, penulis memiliki pengalaman berkesan ketika tahun pertama mengajar. Pengalaman berkesan mengajar kimia di SMA Batik 1 Surakarta telah penulis abadikan dalam sebuah artikel yang dimuat di buku antologi KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN (Mitra Mandiri Persada, 2018). Ketika menjadi guru di SMA Batik 1 Surakarta, penulis juga pernah menorehkan prestasi sebagai juara 1 pada Lomba Karya Tulis Guru yang diselenggarakan internal sekolah dalam rangka HUT SMA Batik 1 Surakarta.
Selain mengajar di SMA Batik 1 Surakarta, tahun 2002 penulis juga pernah mengajar kimia di SMA Yosodipuro Surakarta (walau hanya tiga bulan). Pengalaman berkesan menjadi guru kimia di SMA Yosodipuro Surakarta terjadi ketika hari pertama mengajar di awal tahun ajaran baru. Waktu itu pukul 07.00 bel sekolah berdering tanda masuk kelas. Penulis pun segera menuju kelas untuk mengajar kimia. Sampai di kelas ternyata masih sangat sepi, belum ada satupun siswa yang hadir. Akhirnya penulis menunggu di depan kelas sampai mendekati pukul 07.30 barulah ada satu demi satu siswa yang datang masuk kelas. Apakah penulis lantas marah-marah ke siswa? Tidak, penulis tidak memarahi siswa karena penulis memahami kondisi para siswa tersebut. Mereka mau datang ke sekolah saja sudah untung, maka mereka perlu mendapat perhatian lebih.
Sebagai guru baru di sekolah tersebut, di minggu-minggu awal tahun ajaran penulis lebih banyak menghabiskan waktu pelajaran untuk berinteraksi dan mengenal para siswa. Penulis percaya bahwa jika penulis mampu mencuri hati dan perhatian para siswa, maka mereka selanjutnya akan lebih mudah memahami pelajaran yang saya berikan. Walaupun waktu itu penulis seorang sarjana yang fresh graduate yang biasanya masih idealis, tetapi penulis sudah berpengalaman mendidik anak-anak di kampung selama lima tahun. Penulis tahu bagaimana mengajar anak-anak yang kurang mendapat perhatian di rumahnya.
Tahun 2004 penulis mengikuti tes seleksi CPNS sebagai calon dosen di UNS. Alhamdulillah penulis lolos seleksi sehingga sejak 2005 hingga sekarang penulis menjalani profesi sebagai pendidik (dosen) di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis menikmati sekali proses pengabdian sebagai pendidik di perguruan tinggi.
Ketika awal-awal menjadi dosen baru, penulis pernah mendapat penghargaan dari Rektor UNS sebagai pembimbing PKM di ajang PIMNAS dengan perolehan medali emas. Ketika menempuh pendidikan S2, penulis pernah meraih juara 1 nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA untuk MA/SMA di Departemen (Kementerian) Agama RI (2007). Dan saat menempuh pendidikan S3, penulis pernah mendapatkan penghargaan "Inovasi dan P2M Award LPPM UNS tahun 2022" Peringkat ke-2 kategori Lektor bidang Sainstek dari Rektor Universitas Sebelas Maret.
Terdapat beberapa pengalaman berharga ketika mengajar di kelas maupun ketika membimbing mahasiswa. Pengalaman-pengalaman selama menjadi dosen sebagian sudah penulis abadikan dalam bentuk artikel yang dimuat di beberapa buku solo penulis yaitu MUHASABAH (Kun Fayakun, 2018), RENUNGAN KEHIDUPAN (Intishar, 2018), KETIKA MENULIS MENJADI SEBUAH KLANGENAN (Tsaqiva, 2018) dan KIMIA KEHIDUPAN (Deepublish, 2018).
Demikian kisah singkat perjalanan penulis mengabdikan diri sebagai pendidik dari mendidik anak-anak TK (menjadi guru TPA), mengajar anak SD (menjadi guru les privat), mendidik anak MTs (menjadi guru IPA Fisika), mendidik anak SMA (menjadi guru kimia) dan mendidik mahasiswa (menjadi dosen). Semua perjalanan panjang selama 28 tahun tersebut penulis jalani dengan enjoy dan dijiwai semangat mengabdi untuk ikut berkontribusi mencerdaskan bangsa. Semoga niat baik penulis ini diridhai Allah Swt. Aamiin.
Selamat Hari Guru Nasional, 25 November 2025
_____________________________
*) Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS)
*) Peraih Juara 1 Nasional bidang Kimia pada Lomba Penulisan Buku Pelajaran MIPA untuk MA/SMA di Kementerian Agama RI (2007)
*) Penulis 125 judul buku (buku tunggal dan kolaborasi) dan pemilik 49 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI.
Senin, 10 November 2025
MENGUATKAN KEMBALI SIMPUL-SIMPUL PERSATUAN BANGSA INDONESIA
Catatan Inspirasi (113)
MENGUATKAN KEMBALI SIMPUL-SIMPUL PERSATUAN BANGSA INDONESIA: Renungan Terhadap Hikmah Q.S. Al-Hujurat [49]: 13
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.
MENGENAL SOSOK PAHLAWAN KEHIDUPAN
Catatan Inspirasi (112)
MENGENAL SOSOK PAHLAWAN KEHIDUPAN
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.
Setiap tanggal 10 November, kita -bangsa Indonesia- memperingati Hari Pahlawan Nasional. Mengapa hari pahlawan penting kita peringati? Dan mengapa pahlawan perlu diberikan penghormatan berupa peringatan hari pahlawan? Tentu kita semua mengetahui bahwa bangsa Indonesia tidak akan bisa merdeka tanpa perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa yang telah rela dan ikhlas gugur di medan perang demi mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Para pahlawan yang telah gugur di medan perang tersebut mungkin tidak pernah memikirkan apakah suatu saat nanti diberikan gelar pahlawan atau tidak. Mereka dulu mungkin yang dipikirkan hanyalah bagaimana dapat mendarmabaktikan hidupnya untuk memerdekakan bangsanya yang telah ratusan tahun dijajah oleh bangsa asing. Mereka mungkin dulu tidak pernah memikirkan apakah perjuangan mereka akan berhasil atau tidak, tetapi yang pasti mereka telah ikut berkontribusi dalam upaya memerdekakan bangsanya sendiri dari penjajahan bangsa lain. Kebanggaan dalam hidup mereka adalah ketika dapat berguna bagi bangsanya.
Para pahlawan dalam berjuang merebut kemerdekaan bangsa Indonesia mungkin tidak berpikir apa yang akan mereka dapatkan jika bangsanya telah merdeka. Mereka mungkin tidak memikirkan apakah di kemudian hari mereka akan memperoleh piagam penghargaan sebagai pahlawan nasional. Mereka dulu mungkin juga tidak memikirkan apakah setelah Indonesia nanti merdeka, hidup mereka akan lebih baik? Mereka mungkin hanya berpikir bagaimana caranya bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa lain. Mereka mungkin hanya berpikir bahwa jika bangsa Indonesia merdeka, mereka dapat menjalani kehidupan dengan tenang, damai, dan tenteram. Mereka dulu mungkin hanya berpikir bahwa jika bangsa Indonesia merdeka, mereka dapat menjalankan ibadahnya dengan tenang dan tanpa gangguan.
Lantas, sekarang bagaimana dengan kita yang hidup di zaman ketika bangsa Indonesia telah merdeka. Bagaimana dengan kita yang sejak dilahirkan tidak merasakan peperangan merebut kemerdekaan? Bagaimana dengan kita yang sejak melihat dunia ini tidak pernah merasakan kejam dan pedihnya penjajahan. Akankah kita masih tidak mensyukuri nikmat kemerdekaan ini? Akankah kita masih berpikir bahwa kemerdekaan itu tidak memerlukan perjuangan? Akankah kita masih mempertanyakan mengapa bangsa Indonesia harus memperingati hari pahlawan nasional?
Sebagai orang yang telah menikmati rasa kebebasan dan kemerdekaan hasil perjuangan para pahlawan bangsa, kita hendaknya mensyukuri nikmat kemerdekaan ini dengan memberikan kontribusi positif bagi bangsa Indonesia. Rasa syukur kita atas nikmat kemerdekaan ini kita wujudkan dalam bentuk berkarya dan berinovasi yang mendukung kemajuan bangsa Indonesia. Apapun profesi yang kita jalani, seyogyanya dapat kita pergunakan untuk memberikan kontribusi positif bagi bangsa Indonesia. Kita harus selalu berprinsip bahwa dalam kehidupan ini apa yang telah kita berikan untuk bangsa Indonesia, bukan malah sebaliknya apa yang telah diberikan bangsa Indonesia ke kita. Kita harus menyadari bahwa kita dapat menikmati kemerdekaan sejak lahir tanpa harus berjuang dulu untuk meraih kemerdekaan. Oleh karena itu, tugas kita hanyalah bagaimana cara kita membalas budi jasa para pahlawan bangsa dengan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia dengan aktivitas-aktivitas yang positif dan menciptakan kreasi dan inovasi untuk turut serta memajukan bangsa Indonesia.
Dalam lingkup kenegaraan, kita memiliki banyak pahlawan nasional yang telah gugur di medan perang melawan penjajah untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Sedangkan dalam lingkup personal, setiap orang pasti juga memiliki sosok pahlawan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupannya. Setiap tahap kehidupan yang sudah kita jalani, kita pasti mempunyai sosok seseorang yang menjadi pahlawan. Jika kita melihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, maka pengertian pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Jika merujuk pengertian pahlawan menurut KBBI tersebut, maka dapat kita pahami bahwa pahlawan itu tidak hanya para pahlawan nasional yang diakui negara. Pahlawan tidak terbatas pada orang yang gugur di medan perang merebut kemerdekaan RI. Pengertian pahlawan dalam konteks personal lebih luas lagi.
Merujuk pada pengertian pahlawan menurut KBBI di atas, maka setiap orang pasti memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa pada kehidupannya. Sosok pahlawan tersebut telah berkorban sangat banyak demi kepentingan orang lain. Pahlawan tersebut rela menomorduakan kebutuhan dan keinginan pribadinya demi mendahulukan kepentingan orang lain. Siapakah sosok pahlawan kehidupan tersebut? Siapakah seseorang yang telah mengabdikan sebagian besar hidupnya hanya demi kepentingan orang yang ditolongnya? Bagaimana kita seharusnya memperlakukan sosok pahlawan kehidupan tersebut? Bagaimana cara kita mengenali sosok pahlawan kehidupan kita?
Untuk mengenali siapakah sosok pahlawan kehidupan kita, langkahnya adalah pikirkan dan renungkan siapakah orang yang sangat berjasa terhadap kehidupan kita? Siapakah orang yang paling banyak berkorban untuk kepentingan hidup kita? Mungkin ada yang berpendapat bahwa orang yang paling berjasa dan paling banyak pengorbanannya untuk kehidupannya adalah orang tuanya. Pendapat ini bisa tepat dan bisa pula kurang tepat. Mengapa? Karena tidak semua orang beruntung memiliki sosok orang tua yang sangat peduli dengan kehidupan anaknya. Terjadinya kasus bayi dibuang membuktikan bahwa orang tua belum tentu menjadi sosok pahlawan kehidupan. Bagi orang-orang yang mengalami nasib kurang beruntung tersebut, bisa jadi sosok yang menjadi pahlawan kehidupannya adalah orang tua angkatnya atau siapapun yang telah menolongnya dan merawatnya dengan limpahan rasa cinta dan kasih sayang hingga ia dewasa.
Apakah pahlawan kehidupan bagi setiap orang itu hanya satu orang saja? Tidak ada batasan jumlah sosok pahlawan kehidupan. Siapapun yang menurut pertimbangan kita telah sangat berjasa dan melakukan pengorbanan yang sangat besar bagi perjalanan hidup kita, maka orang-orang tersebut yang mungkin lebih dari seorang merupakan sosok pahlawan kehidupan kita. Kepada orang-orang tersebut yang telah mengorbankan sebagian besar hidupnya untuk kelangsungan hidup kita, maka kita hendaknya memperlakukan mereka dengan sangat baik dan terhormat. Mereka layak mendapatkan penghormatan tertinggi kita atas dedikasinya dalam membentuk kehidupan kita. Kita layak menempatkan mereka di posisi tinggi dan terhormat dalam kehidupan kita.
Bagi penulis pribadi, yang menjadi sosok pahlawan dalam kehidupan adalah orang tua penulis sendiri. Dalam perjalanan kehidupan penulis, dalam perjalanan karier penulis, tidak ada sosok yang paling berkorban demi penulis selain kedua orang tua. Selama meniti karier pekerjaan, penulis merasa tidak pernah meminta tolong atau mendapatkan bantuan dari orang lain. Semua jenjang karier yang penulis jalani sampai sekarang karena kompetensi penulis, bulan karena jasa orang lain. Makanya sampai saat ini, penulis tidak merasa mempunyai utang jasa kepada orang lain. Dalam bekerja, penulis merasa bebas dari ikatan jasa orang lain. Dampaknya adalah penulis enjoy dalam melakukan tugas-tugas pekerjaan tanpa mengkhawatirkan apapun dan siapapun.
Bagi penulis, kedua orang tua penulis adalah sosok pahlawan karena merekalah penulis bisa meraih capaian seperti sekarang ini. Karena ajaran nilai-nilai kehidupan yang mereka praktikkan langsung dalam kehidupan berkeluarga sehari-hari, maka penulis mengerti dan memahami apa itu arti perjuangan, apa itu arti keluarga, apa itu arti kebaikan, dan apa itu arti kehidupan. Orang tua penulis tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi, tetapi mereka bersemangat menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Walau untuk hidup sehari-hari saja masih sering kekurangan, tetapi mereka bertekad anak-anaknya harus melanjutkan kuliah, masalah biaya itu nanti saja dipikir. Yang penting anak-anaknya bisa melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi.
Karena tekad dan keteguhan niat orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana, maka kami (anak-anak) juga berusaha meringankan beban orang tua dalam hal biaya kuliah. Penulis sendiri berusaha menjalani proses belajar di perguruan tinggi dengan serius dan harus mendapatkan prestasi yang baik. Alhamdulillah, karena serius dalam belajar maka penulis memperoleh nilai IPK yang cukup tinggi sehingga akhirnya mendapatkan beasiswa. Penulis pernah memperoleh dua jenis beasiswa, yaitu satu tahun beasiswa Supersemar dan satu tahun beasiswa kerja mahasiswa. Dari uang beasiswa tersebut, Alhamdulillah penulis mampu membiayai sebagian biaya kuliah dan keperluan tugas akhir skripsi, sehingga penulis tidak pernah meminta uang kepada orang tua untuk biaya penelitian skripsi. Untuk biaya wisuda pun penulis juga hanya meminta sebagian saja kepada orang tua, sisanya penulis biayai sendiri. Selain dapat beasiswa selama dua tahun, penulis ketika kuliah S1 juga telah nyambi bekerja yaitu mengajar di MTs di desa sehingga penulis mempunyai pendapatan sendiri walau kecil.
Ada kejadian yang cukup menarik tentang pendidikan yang dijalankan orang tua untuk anak-anaknya. Sejak penulis sekolah tingkat SMA ke kota, penulis mulai dapat uang saku sebulan sekali, yaitu di awal bulan bersamaan dengan uang SPP. Sampai ketika kuliah S1 penulis tetap setiap bulannya mendapat uang saku yang masih diberikan sekali sebulan di awal bulan. Setelah wisuda bulan Maret, penulis tidak mempunyai firasat apa-apa. Penulis mengira semua akan tetap sama seperti saat belum wisuda. Tetapi ketika masuk bulan April, orang tua tidak memberikan uang saku lagi. Orang tua juga tidak mengatakan apa-apa kepada penulis kalau akan menghentikan pemberian uang saku bulanan, dan penulis pun juga tidak pernah menanyakan kepada orang tua. Penulis hanya menduga, mungkin karena sudah wisuda dan menjadi sarjana, maka sudah waktunya penulis harus mencari uang sendiri.
Orang tua penulis juga tidak pernah menyuruh penulis untuk segera melamar pekerjaan atau mencarikan informasi lowongan pekerjaan. Setelah acara wisuda seolah-olah kehidupan kembali seperti biasanya. Orang tua kembali dengan aktivitas seperti biasanya dan penulis sendiri juga kembali sibuk dengan aktivitas sendiri. Jadi seakan-akan orang tua sudah tidak peduli lagi dengan kelanjutan kehidupan penulis, padahal sebenarnya adalah oang tua justru menyerahkan sepenuhnya kepada penulis apa yang sebaiknya penulis lakukan. Orang tua memberikan kepercayaan dan tanggung jawab besar kepada penulis untuk berusaha sendiri dan menggunakan bekal ilmu yang diperoleh selama kuliah untuk mencari pekerjaan.
Menyadari keinginan dan maksud orang tua agar penulis mampu hidup mandiri, maka penulis segera membuat beberapa surat lamaran pekerjaan dan mengirimkan ke beberapa sekolah atau lembaga pendidikan. Setelah wisuda penulis tetap setiap hari Ahad mengajar di MTs, sekolah almamater penulis. Selama rentang waktu menunggu kabar surat lamaran, penulis menyibukkan diri dengan aktivitas literasi yaitu membaca dan menulis. Hingga akhirnya tiga bulan kemudian satu persatu datang surat panggilan wawancara dari salah satu sekolah yang dulu penulis pernah memasukkan surat lamaran kerja. Setelah itu datang lagi beberapa tawaran untuk mengajar di beberapa sekolah. Hingga kalau penulis hitung, waktu itu total ada 5 kesempatan dan/atau tawaran bekerja dari beberapa sekolah. Dari 5 kesempatan tersebut, penulis hanya mengambil 2 kesempatan yang kemudian hari akhirnya penulis hanya mengambil 1 kesempatan saja bekerja sebagai guru kimia di SMA swasta di Solo.
Demikian cerita singkat tentang sosok pahlawan dalam kehidupan penulis yang tidak lain adalah orang tua penulis sendiri. Orang tua penulis memiliki gaya mendidik yang unik, yaitu menciptakan suasana yang demokratis dalam keluarga dan anak diberikan kesempatan dan tanggung jawab sendiri untuk mengembangkan diri potensi yang dimilikinya dan merancang masa depannya sendiri. Orang tua hanya membantu biaya pendidikan sampai lulus sarjana, setelah itu anak diberikan tanggung jawab untuk menyiapkan dan merencanakan masa depannya sendiri dengan mencari pekerjaan yang disukai sesuai bidang keahlian yang dimiliki. Semoga catatan sederhana ini bermanfaat dan dapat menginspirasi para pembaca yang budiman. Amin. []
Postingan Populer
-
Oleh : Agung Nugroho Catur Saputro Manusia adalah makhluk yang mendapatkan karunia keistimewaan dari Allah swt. Keistimewaan te...
-
Catatan Kehidupan (79) BERBUAT SALAH DAN MEMINTA MAAF Oleh: Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc. Setiap orang pasti pernah melakukan kesal...
-
Sumber gambar : Dokumen pribadi penulis Oleh : Agung Nugroho Catur Saputro Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti proses asesmen se...








