Powered By Blogger

Selasa, 28 Oktober 2025

BAGAIMANA MEMBUAT HIDUP SEHARI-HARI MENJADI LEBIH INDAH DAN MENYENANGKAN?

Renungan Harianku (19)



BAGAIMANA MEMBUAT HIDUP SEHARI-HARI MENJADI LEBIH INDAH DAN MENYENANGKAN?

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Sebuah pepatah Cina mengatakan:
Panjang dan pendek itu tergantung pada pikiran.
Lebar dan sempit itu ditentukan oleh pikiran
Karena itu, orang yang tenang merasa
Satu hari lebih panjang dari ribuan tahun.
Pikiran yang luas memandangi ruang yang kecil
Bagai seluas langit dan bumi
Anda adalah apa yang Anda pikirkan.
Jika pikiran Anda luas, maka tak ada benda duniawi apa pun yang bisa membatasinya.
Pikiran seperti ini bisa hidup di mana-mana.

Demikianlah sebagian kutipan kata pengantar penerbit untuk buku Living a Beautiful Life karya Alexandra Stoddard (h.6). Hidup adalah anugerah terindah dari Tuhan “sang Maestro Agung”. Oleh karenanya sepantasnyalah kita mengisi hidup ini dengan “keindahan” pula. DIA telah menyediakan segala yang kita perlukan, dan DIA juga tahu apa yang kita butuhkan. Segalanya telah tersedia untuk kita. Dari hal-hal yang kecil sampai ke hal-hal yang besar. Selanjutnya adalah tugas kita untuk menggunakan dan mengembangkannya (h.5). Hidup ini menjadi indah dan menyenangkan adalah tergantung kita sendiri. Apakah kita memiliki pikiran yang luas atau tidak, ataukah kita memandang hidup ini sebagai suatu beban.

Di halaman Catatan Untuk Pembaca, Alexandra Stoddard mengatakan bahwa “Menjadikan apa yang Anda lakukan setiap hari seindah dan senikmat mungkin adalah cara menjalani hidup yang menyenangkan. Tapi banyak di antara kita yang belum melakukannya. Dia menceritakan pengalaman bekerja di bidang desain interior selama 25 tahun. Dia mengamati bahwa banyak orang yang mempunyai kecenderungan menyimpan 95% uang mereka dan berusaha menghabiskan 5% untuk kehidupan mereka, menikmati acara-acara seperti ulang tahun, peringatan hari-hari besar serta membuat tempat yang istimewa untuk orang lain di rumah, seperti ruang tamu atau ruang makan. Menurut Alexandra, cara menikmati kehidupan yang indah adalah menjadikan 95% kehidupan sehari-hari kita menjadi kehidupan yang luar biasa.

Di dalam bukunya tersebut, Alexandra Stoddard menemukan bahwa selama menjalani pekerjaan sebagai desainer interior, lebih banyak orang yang memerlukan bantuan saran untuk mendesain kembali detail kecil kehidupan sehari-hari dibandingkan saran bagaimana merancang ruang tamu baru. Apa yang ditemukan oleh Alexandra ini menunjukkan bahwa masih banyak orang yang belum menikmati kehidupannya. Masih banyak orang yang merasakan bahwa kehidupannya monoton, kurang menggairahkan (h.13).

Mensikapi kondisi kebanyakan orang tersebut, untuk membantu banyak orang menemukan kembali kehidupannya yang indah dan membahagiakan, Alexandra mengenalkan konsep baru yang dinamai “RITUAL” yang dijadikan sebagai judul bab 1 dalam bukunya. Dia mengatakan, “Ritual adalah istilah saya untuk pola yang Anda ciptakan dalam kehidupan sehari-hari Anda yang memperbaiki cara Anda melakukan hal-hal bisaa. Karena itu tugas-tugas sederhana naik ke tingkat sesuatu yang spesial, seremonial dan ritualistik. Ritual bisa memperbaiki perasaan Anda terhadap diri sendiri, kehilangan Anda dan yang membuat Anda lebih tenang, lebih bebas dan lebih bermanfaat (h.14).

Kata kunci untuk memahami konsep Ritual-nya Alexandra Stoddard adalah mewarnai hari-hari dengan sentuhan warna/seni yang indah. Dengan memberikan sentuhan seni dan keindahan pada aktivitas rutin kita sehari-hari, maka hidup kita tidak akan lagi monoton dan membosankan. Setiap kita akan melakukan pekerjaan rutin, selalu ada yang istimewa dari pekerjaan tersebut. Menurut Alexandra, perbedaan antara perasaan bosan dan perasaan lebih hidup berada pada kehidupan sehari-hari yang penuh gairah yang dikembangkan menjadi pengalaman lebih memuaskan lewat detail yang menyenangkan (h.14). Logan Pearsall Smith dalam bukunya All Trivia mengatakan, “Ada dua tujuan dalam hidup. Pertama, mendapatkan apa yang Anda inginkan, dan setelah itu atau kedua adalah menikmatinya. Hanya manusia paling bijaksana yang bisa mencapai yang kedua”. (h.15)

Kebutuhan pokok manusia sebenarnya sangat sederhana, demikian kata Alexandra Stoddard, dan kebutuhan itu tak berubah sejak Zaman Batu. Kita makan, tidur dan mandi. Kita tetap melakukannya sampai sekarang. Memasukkan keindahan dalam tiga kegiatan itu akan membuat perbedaan besar yang membantu memperbaiki kualitas hidup Anda. (h.16)

Menajamkan indera lewat detail kegiatan sehari-hari membuat bekerja menjadi menyenangkan. Saya suka bekerja, tapi saya sudah belajar membuatnya lebih menyenangkan. Semakin banyak indera yang bekerja, semakin baik. Saya menyadari bahwa dengan meningkatkan kepekaan indera dengan cara saya, saya bisa memperkaya aktivitas dan menjadikan waktu yang saya habiskan untuk mengerjakannya terasa menyenangkan. Karena itu saya dengan sengaja berusaha membangunkan kelima indera apapun yang sedang saya kerjakan (h.17).

Joyce Carol Oates, dalam bukunya Solstice, menulis tentang jam, dan mengatakan, “Jam hanya bisa menunjuk ke satu arah”. Tak ada seorangpun yang bisa menganggap remeh. Waktu tidak bisa direkayasa. Kalau Anda tidak memperkaya kehidupan Anda sehari-hari, maka Anda merampok kebahagiaan Anda sendiri, kebahagiaan yang sebetulnya mudah didapat dengan seni menjalani kehidupan yang sebenarnya. Ritual dimulai di rumah. Ketika Anda menginvestasikan kesempurnaan dalam segala hal yang Anda lakukan setiap hari, kesempurnaan itu akan membantu menghindarkan kehidupan sehari-hari dari kondisi yang terasa stagnan dan membosankan (h.19).

Alexandra Stoddard meyakini bahwa keindahan tercipta lewat hal-hal terkecil dan paling sederhana dan keindahan ini akan memperkaya pengalaman kerja Anda. Perhatian terhadap keindahan dalam hal-hal kecil bias menambah pengalaman kerja Anda dengan bentuk seni kreatif (h.22). Ritual dan detail bukan tujuan tapi batu loncatan, alat yang membantu kita menikmati proses menjalani hidup seutuh dan sekreatif mungkin. Nilai dan ritual saling terkait; lewat ritual kita bias mengekspresikan nilai-nilai kita, memberi martabat, vitalitas dan kesenangan dalam kehidupan kita (h.23).

Di akhir setiap bab, Alexandra Stoddard mencantumkan satu feature yang menjadi ciri khas bukunya tersebut yaitu “Catatan Keindahan”. Berikut “Catatan Keindahan” untuk bab Ritual.
1. Bekerja cerdas, bukan bekerja keras. Ketika anda merasa penat, beristirahatlah dari apapun yang membuat anda tertekan dan lakukan kegiatan-kegiatan penting yang menyenangkan anda dan memberi kepuasan dengan cepat. Aturlah barang-barang di atas meja anda atau isi satu atau dua lacinya. Lalu kembali mengerjakan tugas yang lebih besar dengan energy baru.
2. Kalau anda sedang merasa sedih, ambil buku seni favorit dan segarkan diri dengan gambar-gambar indah.
3. Datanglah tiga menit lebih awal dari jadwal perjanjian anda dan menunggulah dengan tenang. Selain menunjukkan penghargaan anda untuk waktu dan kehidupan orang lain, anda juga punya waktu mengatur pikiran-pikiran anda.
4. Perbaiki suasana hati dengan wewangian.
5. Luangkan waktu beberapa menit seorang diri selama beberapa kali sehari. Konsentrasikan pada pernafasan. Meditasi. Anda akan merasa badan segar kembali.
6. Simpan sebuah buku catatan yang mencatat semua kata-kata dan peribahasa anda di masa kanak-kanak.
7. Buatlah buku kata-kata bijak anda sendiri. Setiap kali anda membaca atau memikirkan sesuatu yang ingin anda ingat, masukkan dalam buku itu. Melihat lagi kata-kata anda akan membantu anda berpikir.
8. dan lain-lain.

Demikian sedikit ringkasan bab 1 (Ritual) dalam buku Living a Beautiful Life karya Alexandra Stoddard tentang kiat-kiat bagaimana membuat hidup sehari-hari kita menjadi lebih elegan, teratur, indah dan menyenangkan. Semoga bermanfaat. Salam sehat dan bahagia selalu. []
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Identitas Buku
Judul : Living a Beautiful Life: 500 Ways to Add Elegance, Order, Beauty and Joy to Every Day of Your Life
Penulis : Alexandra Stoddard
Penerbit : AVON BOOKS, INC.
Kota Penerbitan : New York
Tahun Terbit : 1986
Judul Terjemahan : Living a Beautiful Life : Menjalani Hidup Lebih Baik
Penerbit : Torrent Books
Kota Penerbitan : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2004
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

BERBUAT SALAH DAN MEMINTA MAAF

Catatan Kehidupan (79)


BERBUAT SALAH DAN MEMINTA MAAF

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.



Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan kepada orang lain. Baik kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kesalahan yang dilakukan kepada orang lain pasti akan menimbulkan sakit hati. Dan setiap sakit hati yang dirasakan seseorang akibat perbuatan orang lain akan terhitung dosa bagi pelakunya.

Dosa merupakan simbol representasi dari kedurhakaan dan/atau kejahatan. Kebalikannya adalah pahala sebagai simbol representasi dari perbuatan baik dan/ atau ketaatan. Orang yang melakukan perbuatan jahat kepada orang lain akan dinilai telah melakukan dosa. Sebaliknya orang yang melakukan perbuatan baik kepada orang lain akan dinilai mendapatkan pahala.

Pahala dan dosa adalah simbol representasi perbuatan yang berdimensi kualitatif. Pahala dan dosa tidak memiliki ukuran kuantitatif. Oleh karena itu, seseorang tidak bisa menghitung berapa jumlah pahala yang telah dimilikinya ataupun jumlah dosa yang dilakukannya. Karena merupakan sebuah simbol dari representasi perbuatan, maka pahala dan dosa bukan menjadi tujuan dari sebuah perbuatan.

Allah SWT memberikan pahala bagi seseorang yang taat beribadah dan melakukan amal kebaikan bukan untuk tujuan agar orang tersebut menumpuk-numpuk pahala. Tetapi Allah SWT memotivasi agar orang tersebut melakukan banyak ketaatan dalam ibadah dan melakukan amal kebaikan.

Sebaliknya, Allah SWT memberikan atau mencatatkan dosa atas seseorang yang telah melakukan tindakan kejahatan dan kedurhakaan bukan agar orang tersebut masuk neraka (mendapatkan siksaan di akhirat), tetapi agar orang tersebut terhindar atau mencegah diri dari melakukan kedurhakaan maupun perbuatan jahat.

Dosa adalah instrumen yang dipergunakan Allah SWT untuk mencegah seseorang melakukan kedurhakaan dan kejahatan. Adapun pahala adalah instrumen Allah SWT untuk mendorong seseorang melakukan ketaatan dan kebaikan. Baik dosa maupun pahala bertujuan untuk kebaikan manusia, yaitu menjadi hamba yang diridhai Allah SWT. Jadi dosa dan pahala seharusnya bukan menjadi tujuan atau alasan seseorang tidak melakukan perbuatan jahat ataupun melakukan perbuatan baik.

Seharusnya seseorang tidak melakukan perbuatan jahat bukan karena takut dosa, tetapi karena perbuatan jahat itu tidak disukai Allah SWT. Demikian pula seseorang melakukan perbuatan baik seharusnya bukan karena mengharapkan pahala melainkan karena perbuatan baik itu disukai Allah SWT. Akhirnya tindakan menjauhi perbuatan jahat dan melakukan perbuatan baik semata-mata karena mengharapkan ridha Allah SWT. Melakukan kebaikan karena dalam rangka mendekatkan diri ke Allah SWT.

Lantas, bagaimana cara meraih ridha Allah SWT ketika manusia karena ketidaktahuannya ataupun karena kekhilafannya terlanjur melakukan perbuatan jahat? Ternyata Allah SWT telah menyediakan sarana untuk masalah tersebut yaitu melalui taubat nasuha (taubat yang sesungguhnya, taubat yang serius). Melalui taubat nasuha inilah Allah SWT memaafkan dan mengampuni perbuatan jahat (perbuatan dosa) yang dilakukan orang.

Tetapi penting dipahami bahwa seseorang yang telah melakukan kejahatan dan kemudian mendapatkan maaf bukan berarti ia akan kembali ke kondisi semula seperti tidak pernah melakukan kejahatan. Seseorang yang pernah melakukan perbuatan dosa kemudian melalui taubat nasuha mendapat ampunan Allah SWT tidak berarti akan sama dengan seseorang yang tidak pernah melakukan perbuatan dosa.

Pemahaman seperti di atas penting dimiliki agar supaya orang yang pernah melakukan perbuatan jahat tidak merasa telah kembali suci dari dosa sehingga bisa tergoda kembali tergelincir ke jurang perbuatan dosa. Jika memahami bahwa dirinya telah memiliki noda dosa, maka ia akan berusaha terus untuk selalu di jalan kebaikan yang diridhai Allah SWT.

Jadi, menurut pendapat anda, manakah yang lebih baik dalam pandangan Allah SWT antara orang yang tidak melakukan perbuatan dosa dibandingkan dengan orang yang pernah melakukan perbuatan dosa tetapi kemudian bertaubat? Lebih baik mana antara mencegah diri dari melakukan perbuatan dosa atau membiarkan diri jatuh ke jurang perbuatan dosa kemudian bertaubat? Lebih utama mana antara memperbanyak melakukan perbuatan baik atau memperbanyak taubat? []

NASIHAT PERNIKAHAN: MENIKAH UNTUK MENGGAPAI KEBAHAGIAAN

Catatan Inspirasi (106)

NASIHAT PERNIKAHAN:

MENIKAH UNTUK MENGGAPAI KEBAHAGIAAN

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Menikah merupakan fitrah manusia. Manusia diciptakan Allah Swt untuk hidup berpasang-pasangan. Melalui pernikahan, dua orang yang berlainan jenis dapat bersatu dan hidup bersama dalam satu ikatan perkawinan yang diridai Allah Swt. Menikah menjadi salah satu sunnah Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadis beliau pernah bersabda, “Pernikahan, ikatan dalam hubungan suami-istri, adalah salah satu sunahku, cara hidupku. Siapa yang tidak senang dengan cara hidupku, maka ia tidak termasuk dalam kelompok umatku.” (HR Bukhari dan Muslim).

Menikah juga diperintahkan Allah Swt dan merupakan perbuatan yang disukai-Nya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw. Dari Umar, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Sesuatu yang halal tapi dibenci Allah adalah perceraian" (H.R. Abu Daud dan Hakim). Dari hadis ini terlihat jelas bahwa Allah lebih menyukai pernikahan daripada perceraian. Dengan kata lain, Allah Swt meridai dan menyukai hamba-hamban-Nya yang menikah.

Dalam agama Islam, menikah merupakan sarana untuk menjaga kehormatan diri, baik pihak pengantin laki-laki maupun pengantin perempuan. Dengan menikah dan memiliki keluarga, laki-laki dapat [berlatih] menjadi seorang pemimpin (imam) bagi keluarganya. Di dalam keluarga, laki-laki menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab atas kesejahteraan dan kenteraman keluarganya. Dia berkewajiban memberikan nafkah untuk keluarganya agar dapat hidup cukup dan sejahtera.

Melalui pernikahan pula, laki-laki dan perempuan dapat menyalurkan fitrah kebutuhan biologisnya dengan tenang dan dengan cara yang sehat serta dibenarkan syariat. Menikah juga merupakan sarana yang dipilihkan Allah Swt agar umat Islam dapat memperbanyak keturunan melalui ikatan perkawinan yang suci. Dari pernikahan inilah akan terlahir anak-anak dengan nasab yang jelas.

Menikah bukan hanya sekadar jalan untuk menyalurkan hasrat kebutuhan biologis, melainkan juga untuk menggapai kebahagiaan hati. Selain terpenuhinya hasrat kebutuhan biologis yaitu hubungan suami istri, melalui pernikahan juga terpenuhi kebutuhan psikis, yaitu kebahagiaan, cinta, kasih sayang, keharmonisan, dan lain sebagainya.

Pernikahan seharusnya di samping memenuhi persyaratan rukun pernikahan, juga harus diawali dengan niat untuk saling memberikan cinta dan kasih sayang antar suami istri, dan juga untuk tujuan menggapai kebahagiaan bersama. Inilah tujuan utama dari pernikahan yaitu untuk mewujudkan kebahagiaan bersama dengan melalui rasa cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang di antara pasangan suami-istri merupakan karunia Allah Swt yang harus disyukuri dan dirawat. Perasaan cinta dan kasih sayang adalah murni dari Allah Swt, Tuhan yang Maha Cinta. Oleh karena itu, perasaan cinta dan kasih sayang bersifat sakral atau suci. Maka untuk menyalurkan rasa cinta dan kasih sayang yang sakral tersebut juga harus melalui sarana yang sakral, yaitu akad pernikahan yang sesuai syariat. Di sinilah letak keindahan dari sebuah pernikahan. Pernikahan adalah sakral dan sarana untuk menyalurkan rasa cinta dan kasih sayang yang juga sakral. Oleh karena itu, pernikahan tidak boleh dikotori oleh niat dan perbuatan yang tidak sakral, seperti menikah hanya untuk tujuan melampiaskan kebutuhan biologis, atau menikah untuk menyakiti pasangannya atau untuk balas dendam keluarganya, dan tujuan-tujuan negatif lainnya.

Ketika menjalani kehidupan dalam pernikahan (keluarga), penting ditanamkan dalam pikiran dan hati setiap pasangan suami-istri bahwa apapun yang mereka lakukan untuk keluarga harus dijalani dengan penuh kebahagiaan dan keikhlasan karena itu untuk kepentingan kebahagiaan dan keharmonisan bersama. Semua pekerjaan jika dilakukan dengan ikhlas dan hati yang bahagia maka akan terasa nikmat dan tidak membosankan. Dalam kehidupan berkeluarga harus selalu diingat bahwa ada nilai pengabdian, berbakti, pengorbanan, dan ibadah dari setiap aktivitas yang dilakukan suami-istri yang untuk kepentingan keluarga.

Suami bekerja banting tulang untuk mencari nafkah buat keluarganya memang capek dan melelahkan. Tetapi jika diniatkan untuk memberikan kehidupan yang layak (sejahtera) bagi istri dan anak-anaknya, maka rasa lelah dan capek tersebut akan hilang. Bukannya capek dan lelah yang dirasakan, tetapi kebahagiaan dan kebanggaan sebagai suami dan ayah yang telah mampu memberikan nafkah terbaik dari hasil jerih payah dengan tangannya sendiri. Di sinilah nilai ibadah dari kerja suami mencari nafkah untuk keluarganya.

Demikian pula halnya dengan istri. Istri seharian capek bekerja mengurus keluarga, dari mulai memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makan untuk suami dan anak, melayani kebutuhan suami, menyiapkan kebutuhan anak-anak, dan lain sebagainya. Jika pekerjaan yang begitu banyak dan melelahkan tersebut dilakukan tanpa dasar niat bakti kepada suami dan pengorbanan untuk kebahagiaan keluarga, maka pasti rasanya membosankan. Tetapi jika diniati untuk bakti kepada suami dan demi kasih sayang kepada anak-anak, yang ujung-ujungnya adalah kebahagiaan dan keharmonisan keluarga, maka semua pekerjaan tersebut terasa sangat nikmat dan membahagiakan. Ada kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi seorang istri dan ibu yang dapat memberikan segenap bakti dan cintanya untuk suami tercinta dan melimpahkan segenap cinta dan kasih sayangnya untuk kebahagiaan anak-anak. Di sinilah nilai ibadah dari aktivitas istri di rumah. Jadi baik suami maupun istri selalu ada nilai ibadah yang diperoleh karena semua aktivitas pekerjaan yang dilakukan semata-mata untuk menjalankan perintah Allah Swt yaitu mewujudkan kehidupan yang bahagia dan menjalankan pengabdian pada-Nya.

Di awal-awal pernikahan, saya menasihati istri -lebih tepatnya diskusi bersama untuk merawat keharmonisan keluarga- bahwa dalam membangun keluarga yang harus selalu dijaga adalah adanya komunikasi antara suami-istri dan saling mempercayai satu sama lain. Komunikasi antar suami-istri harus selalu terjadi agar segala permasalahan ataupun kesalahpahaman dapat segera ditemukan solusinya sehingga masalah tersebut tidak berkepanjangan dan mengakibatkan terganggunya keharmonisan hubungan suami istri. Di samping itu, kunci penting untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupan berkeluarga adalah adanya saling percaya antara suami dan istri. Ikatan pernikahan akan dapat langgeng dan penuh kebahagiaan dan kedamaian jika suami dan istri saling mempercayai. Tanpa adanya saling percaya ini, maka mustahil pernikahan tersebut akan menghasilkan kebahagiaan karena yang ada hanya saling curiga dan berpikiran negatif satu sama lain. Dua hal inilah yang sangat saya tekankan dalam kehidupan keluarga saya. Saya menyadari bahwa kebahagiaan dan rasa damai adalah tujuan akhir sebuah ikatan pernikahan. Maka suami maupun istri harus berkomitmen dan bertekad untuk mewujudkan kebahagiaan tersebut secara bersama-sama. Suami dan istri sama-sama berkewajiban menjaga keutuhan ikatan pernikahan dengan saling menjaga komunikasi dan menjaga kepercayaan pasangannya.

Pada tahun awal pernikahan, kami memang sering terjadi riak-riak masalah karena kesalahpaman antara saya dan istri. Hal itu wajar saja karena kami masih tahap saling mengenal dan memahami karakter masing-masing. Dengan latar belakang kehidupan yang berbeda, saya dari desa sedangkan istri dari kota pastilah terjadi perbedaan dalam kebiasaan dan kultur kehidupan sehari-hari. Dari perbedaan latar belakang kehidupan itulah terkadang terjadi gesekan-gesekan permasalahan di awal-awal pernikahan kami. Walaupun begitu, kami tetap berkomitmen dan berusaha untuk menyelesaikan kesalahpahaman tersebut dengan cara berkomunikasi dan berdiskusi untuk mencari solusi yang tepat. Kami percaya bahwa dengan menciptakan suasana kehidupan keluarga yang harmonis, tenteram, penuh rasa cinta dan kasih sayang serta dukungan kesejahteraan yang cukup, kami akan dapat menjaga ikatan pernikahan sampai akhir kehidupan kami. Hanya kepada Allah Swt kami berserah diri dan berharap kebaikan. Semoga Allah Swt selalu meridai dan memberkahi keluarga kami. Amin. []

Rabu, 15 Oktober 2025

SIKAP KRITIS MAHASISWA

SIKAP KRITIS MAHASISWA 

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.


Dalam perkuliahan yang saya ajar, saat saya menjelaskan persamaan reaksi suatu reaksi, tiba-tiba ada seorang mahasiswi yang mengangkat tangan dan minta izin untuk bertanya. Setelah saya persilakan, mahasiswi tersebut berkata, "Mohon maaf pak Agung, tadi bapak menuliskan reaksi xxxx seperti di papan tulis. Tetapi di jurnal ini menyatakan berbeda, tidak seperti yang bapak tuliskan. Jadi  persamaan reaksi yang benar yang mana ya pak?". 


Mendengar perkataan mahasiswi tersebut, saya kemudian memintanya untuk menunjukkan persamaan reaksinya. Setelah dia menunjukkan persamaan reaksi yang tertera di artikel jurnal tersebut, lalu saya berkata, "Jurnal tersebut salah. Persamaan reaksi yang ditulis oleh penulis jurnal tersebut tidak masuk akal. Teori apa yang digunakan oleh penulis jurnal tersebut untuk menjelaskan persamaan reaksinya? Pasti tidak ada karena reaksi tersebut tidak mungkin terjadi. Jadi saya tegaskan bahwa persamaan reaksi yang benar adalah seperti yang saya tuliskan di papan tulis". 


Ternyata si mahasiswi tersebut belum puas dengan jawaban dan penegasan saya. Lalu ia pun bertanya ke ChatGPT dan ternyata diperoleh jawaban yang sama dengan penjelasan saya. Dia pun berkata, "Pak, setelah saya tanyakan ke ChatGPT, penjelasan pak Agung benar. Jadi persamaan reaksi dan penjelasan di artikel jurnal yang salah. Terima kasih pak".


Mengalami kejadian seperti itu di ruang perkuliahan, saya senang karena mahasiswa mampu bersikap kritis dan tidak takut mengkritisi penjelasan dosennya. Mahasiswa tersebut mampu menggunakan teknologi AI (artificial intelligence) untuk mendukung proses belajarnya. 


Di proses perkuliahan yang saya ampu, memang saya selalu mendorong mahasiswa untuk bersikap kritis dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya. Demikian juga saya  mendorong mahasiswa untuk berani dan tidak takut salah untuk menjawab pertanyaan dosen. 


Dalam perkuliahan saya selalu menekankan pentingnya mahasiswa bersikap kritis dan menggunakan otak untuk berpikir. Untuk mampu bersikap kritis, otak tidak boleh kosong. Otak harus diisi dengan informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya dengan cara banyak membaca, berdiskusi, berpikir, merenungkan, menghayati, dll. Jika kita sering membaca dan memikirkannya, maka struktur kognitif di otak kita akan penuh dengan database informasi dan ilmu pengetahuan. 


Kalau kita membiasakan diri untuk seting berpikir kritis, maka struktur otak kita juga akan semakin banyak membentuk jaringan-jaringan baru yang menghubungkan semua informasi dan ilmu pengetahuan yang tersimpan di database dalam otak. Dengan demikian kita akan menjadi orang yang memiliki pemikiran dan wawasan yang luas. Cara pandang kita akan menjadi lebih luas sehingga kita tidak mudah terjebak dalam doktrinasi yang tidak jelas. []


Surakarta, 13 Oktober 2025

Selasa, 07 Oktober 2025

PENEMUAN ELEKTRON DAN TEORI ATOM THOMSON : Sebuah Kolaborasi antara Keyakinan dengan Fakta Kebenaran

Seri Filsafat Kimia (11)

PENEMUAN ELEKTRON DAN TEORI ATOM THOMSON : Sebuah Kolaborasi antara Keyakinan dengan Fakta Kebenaran

Oleh : 
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.



Apakah partikel terkecil penyusun materi? Ya..benar atom. Atom awalnya hanyalah sebuah pemikiran tanpa bukti eksperimen oleh para ahli filsafat Yunani. Walau hanya sebuah konsep pemikiran, ternyata dulu atom pernah menjadi topik perdebatan yang sangat sengit antar para ahli filsafat Yunani. Di antara ahli-ahli filsafat Yunani, tercatat dalam sejarah terdapat dua ahli filsafat Yunani yang berbeda pendapat tentang atom. 


Dua orang ahli filsafat Yunani yang berbeda pendapat tentang atom adalah Aristoteles dan Demokritos. Aristoteles tidak mempercayai keberadaan atom sedangkan Demokritos mempercayainya. Istilah "ATOM" sendiri merupakan sebuah nama yang diberikan oleh Demokritos untuk menyebut partikel terkecil yang menyusun materi (atom berasal dari kata Yunani "Atomos" yang berarti tidak dapat dibagi lagi).


Munculnya pemikiran tentang atom sebenarnya bermulai dari pemikiran filosofi berikut : Jika suatu materi dibagi menjadi menjadi dua bagian, kemudian setiap bagian dibagi lagi menjadi dua bagian...dan proses pembagian tersebut berlangsung terus-menerus. Apakah yang terjadi selanjutnya?  Nah...di sinilah terjadi perbedaan pendapat. 


Aristoteles meyakini bahwa materi bersifat kontinyu, artinya proses pemotongan materi dapat berlangsung terus-menerus tanpa terhingga. Sementara itu, Demokritos berbeda pemikiran dengan Aristoteles, dia mempercayai bahwa materi bersifat diskontinyu, artinya proses pemotongan materi suatu saat akan berhenti ketika sudah diperoleh materi paling kecil yang sifatnya sama dengan materi semula yang disebut "atom". Inilah awal cikal bakal ditemukannya konsep atom.


Konsep atom ini bertahan ratusan tahun dan hanya sekedar pemikiran tanpa pembuktian secara eksperimen sejak tahun 400an SM hingga tahun 1800an M ketika John Dalton merumuskan teori atom modernya. Dalton merumuskan teori atomnya secara ilmiah dengan menggunakan hukum-hukum yang telah dirumuskan para ilmuwan sebelumnya. Dalton menyatakan bahwa atom itu merupakan partikel terkecil penyusun materi yang bersifat " NETRAL". Atom digambarkan oleh Dalton seperti bola pejal yang sangat kecil sekali yang bersifat netral (tidak bermuatan listrik).


Konsep ke-Netral-an atom Dalton ini bertahan cukup lama hingga ada penemuan fakta baru yaitu penemuan partikel bermuatan listrik negatif yang disebut "elektron".


Elektron merupakan partikel penyusun atom yang bermuatan listrik negatif. Elektron ditemukan J.J. Thomson melalui serangkaian eksperimen menggunakan " Tabung Sinar Katoda". Penemuan elektron oleh Thomson tersebut berdampak luar biasa terhadap kebenaran konsep atom netral dari John Dalton. Dan di sinilah kejeniusan dan kedalaman pemikiran Thomson sebagai ilmuwan dipertaruhkan. Menurut Anda, kira-kira apa yang dilakukan oleh Thomson? Apakah Thomson akan mengganti konsep bahwa "atom bersifat netral" dengan konsep "atom bersifat negatif"? Di sinilah sejarah mencatat kehebatan pemikiran J.J. Thomson.


Penulis mencoba membayangkan  bagaimana beratnya pemikiran Thomson waktu itu. Bagaimana bingungnya Thomson, apakah tetap " meyakini" bahwa atom itu bersifat netral, sedangkan fakta kebenaran baru telah ia temukan bahwa di dalam atom terdapat elektron yang bermuatan negatif. Kalau seandainya Thomson memilih mengganti keyakinan konsep atom bersifat netral dengan konsep atom bermuatan negatif, maka sampai di situlah akhir dari karier akademiknya. Dia akan tercatat dalam sejarah ilmu pengetahuan sebagai ilmuwan yang gagal menafsirkan hasil penemuannya dan kehilangan momennya. Tetapi Thomson ternyata bukan seorang ilmuwan amatiran, dia adalah seorang ilmuwan besar yang kaya dengan pengalaman mengolah data-data eksperimen. Dia ternyata tidak mengambil langkah sederhana dengan hanya mengganti konsep atom menjadi bermuatan. Dan di sini-lah terlihat kehebatan dan kejeniudan Thomson. Apa yang dilakukan Thomson? 


Thomson ternyata tetap mempertahankan "keyakinannya" sebagaimana gagasan Dalton bahwa atom bersifat netral. Lantas bagaimana dengan fakta kebenaran keberadaan elektron? Thomson berpendapat bahwa atom bersifat netral. Karena di dalam atom terdapat elektron yang bermuatan negatif, maka Thomson berhipotesis bahwa  seharusnya di dalam atom ada "suatu muatan positif" yang tersebar merata yang dapat menetralkan muatan negatif elektron sehingga secara keseluruhan atom tetap bersifat netral. Berdasarkan pemikirannya tersebut, akhirnya Thomson mengusulkan teori/model atom yang baru yang dikenal dengan teori atom "Plumpudding" atau di Indonesia dikenal dengan sebutan teori atom "roti kismis".


Hikmah pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari sejarah Thomson di atas? Kebenaran hasil pengamatan mata terkadang terkesan berbeda atau bertolak belakang dengan keyakinan. Padahal sebenarnya kebenaran pengamatan bisa memperkuat kebenaran keyakinan. Kebenaran pengamatan merupakan hasil kerja panca indra kita yang terkadang terbatas dan semu, sedangkan kebenaran keyakinan berasal dari hati nurani yang bersih dan suci. Kalau  kebenaran hasil pengamatan langsung dibenturkan dengan kebenaran keyakinan, maka pasti terjadi konflik pemikiran. Tetapi dengan menggunakan " akal penalaran", kita akan dapat "mengkombinasikan" dan "mengharmonisasikan" kebenaran pengamatan dan kebenaran keyakinan dengan sangat "cantik" dan hasilnya kita semakin meyakini kebenaran tersebut. WaAllahu a'lam.


Demikian, semoga bermanfaat.


*) Staf Pengajar Kimia di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Senin, 06 Oktober 2025

MENJADI PENDIDIK YANG DIRINDUKAN

Pendidikan Profesional, pendidik yang dirindukan 


MENJADI PENDIDIK YANG DIRINDUKAN

  Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.

 

 

PENDAHULUAN

Siapa yang tidak ingin selalu dirindukan orang yang dicintai? Siapa yang tidak bahagia jika namanya selalu diingat oleh orang yang dicintainya? Siapa yang tidak bangga ketika orang yang dicintainya berhasil mewujudkan cita-citanya karena terinspirasinya olehnya? Dan siapa yang tidak bersukur ketika harapan dan keinginannya pada orang yang dicintai terealisasi? Saya kira semua orang akan setuju dengan jawaban ini “semua orang menginginkan seperti yang ditanyakan di atas”. Bagaimana dengan anda?

Demikian pula dalam dunia pendidikan. Seorang pendidik pastilah sangat mencintai dan menyayangi anak didiknya. Tidak ada seorang pun pendidik yang tidak peduli dengan masa depan anak didiknya. Semua pendidik pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuat anak didiknya berhasil dan sukses dalam belajarnya. Seorang pendidik yang profesional akan menempatkan dirinya layaknya orang tua sendiri bagi peserta didik. Peserta didik bagi seorang pendidik professional bagaikan anak kandung sendiri yang sangat disayangi. Setujukah anda dengan pernyataan-pernyataan ini?

Mendidik merupakan aktivitas yang mulia. Menjadi pendidik adalah sebuah pilihan hidup yang tidak main-main. Dalam konteks yang lebih umum, tahukah kita, siapakah yang dimaksud pendidik itu? K.H.R. Zainuddin Fananie dalam bukunya yang berjudul Pedoman Pendidikan Modern (2011) - buku yang ditulis tahun 1934 dan diterbitkan kembali setelah 76 tahun - memberikan gambaran siapakah sebenarnya yang dimaksud dengan pendidik. Menurut K.H.R. Zainuddin Fananie, tempat pendidikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu rumah, sekolah, dan pergaulan masyarakat umum. Atas dasar pembagian ini, maka pengertian pendidik menyesuaikan konteks tempat pendidikan. Dalam lingkungan rumah, ibu bapaklah yang menjadi pendidik. Dalam lingkungan sekolah, gurulah yang mempunyai tanggungjawab. Lantas, dalam dunia pergaulan, siapakah yang menjadi pendidik? Dalam dunia pergaulan, hanya diri sendirilah yang menjadi pendidik, yang mempunyai kewajiban mengatur diri dan bertanggungjawab atas segala halnya sendiri. Itulah pendidik yang paling berkuasa dan yang paling penting.

Saat ini kita berada di era disrupsi yang ditandai dengan kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi, yang sangat signifikan mempengaruhi bentuk dan pola layanan jasa. Hal ini berdampak pula di bidang pendidikan. Berkaitan dengan hal itu, maka dunia pendidikan harus berbenah sesegera mungkin dalam berbagai aspek. Keterlambatan dan ketidaksiapan dunia pendidikan dalam mempersiapkan diri mengakibatkan gagalnya pendidikan. Produk pendidikan akan menjadi kadaluarsa dan hanya akan menjadi beban peradaban. Barisan akademisi dan intelektual  produk pendidikan yang tidak disiapkan untuk hidup di era disrupsi  akan mengalami keterasingan di kancah persaingan global. Oleh karena itu, dunia pendidikan, dalam hal ini adalah para pendidik harus memahami situasi di era disrupsi dan mampu mensikapi dengan bijaksana serta juga mampu membekali anak-anak didiknya dengan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan.

 

Strategi PENDIDIK Menghadapi Era disrupsi

Era disrupsi yang ditandai dengan kecepatan akses informasi dan kompetisi seyogyanya disadari oleh setiap guru agar ia mampu membekali peserta didik dengan kemampuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk hidup di era disrupsi tersebut. Beberapa kompetensi dan  keterampilan (skill) yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik (artinya menjadi tugas guru untuk mengajarkannya dalam pembelajaran) agar nantinya mereka mampu eksis di era disrupsi antara lain kemampuan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), penguasaan bahasa asing (pendukung kemampuan berkomunikasi), jiwa kompetitor dan kemandirian, kemampuan penalaran, berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan mampu bekerja sama dalam teamworks.

Kompetensi-kompetensi yang diperlukan di era disrupsi tersebut harus ditanamkan ke setiap peserta didik dan itu tugas setiap guru sebagai bentuk tanggungjawabnya terhadap pemberian jaminan mutu terhadap anak didiknya. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut tidaklah mudah dan sederhana karena tidak semua guru mampu melaksanakannya. Hanya guru-guru yang memiliki jiwa pendidik sejati dan memiliki kepribadian seorang pembelajar sejati-yaitu menjadi pribadi yang memiliki semangat untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensi- sajalah yang mampu mewujudkannya. Jadi untuk mensukseskan program penyaiapan peserta didik menjadi generasi yang siap menghadapi era disrupsi, maka harus diawali dari pendidiknya dulu. Dalam hal ini menjadi tugas pemerintah (Kemendikbud) untuk menyiapkan guru-guru yang memiliki mental pembelajar sejati. Perlu ada program berkesinambungan untuk mengubah mindsite para guru agar memiliki mindsite pembelajar sejati.

Dalam implementasinya di kelas, setiap guru hendaknya mampu menyelenggarakan proses pembelajaran yang mengakomodir dan memfasilitasi peserta didik untuk berlatih dan membiasakan kompetensi-kompetensi era disrupsi.  Melalui pemberian aktivitas-aktivitas belajar (disesuaikan dengan metode pembelajaran yang diterapkan) yang dapat melatih peserta didik untuk mensimulasikan kompetensi-komptensi era disrupsi akan mampu menghasilkan generasi yang siap menghadapi era disrupsi.

 

MENJADI PENDIDIK YANG MULTISKILLS, HARUSKAH?

Era disrupsi dikenal dengan era kompetitif dan era multiskills (memiliki beberapa keahlian). Artinya orang yang sukses hidup di era disrupsi adalah mereka-mereka yang memiliki jiwa pejuang dan didukung dengan multiskills yang dimilikinya. Di era disrupsi, setiap orang dituntut untuk tidak hanya memiliki satu jenis kompetensi atau keahlian, tetapi seyogyanya memiliki beberapa keahlian. Oleh karena itu, di dalam keprofesian pendidik pun seorang guru juga seharusnya tidak hanya memiliki satu keahlian saja karena tugas keprofesiannya berkaitan dengan upaya mendidik, membimbing, mengajar, mentauladani dan menyiapkan peserta didik agar nantinya mereka dapat eksis di kehidupan di era disrupsi. Di era disrupsi guru tidak cukup hanya ahli bidang ilmu, tetapi juga harus ahli komunikasi, ahli psikologi, ahli bersosialisasi, dan ahli menghibur.

Seorang guru profesional harus mampu melaksanakan pembelajaran dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun. Jika seorang guru bertugas mengajar di kelas yang siswa-siswinya pendiam dan cenderung pasif, maka ia harus mampu mengaktifkan siswanya untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan metode-metode mengajar yang kreatif dan inovatif. Ketika ia kebetulan bertugas mengajar di jam terakhir dimana siswa-siswinya kecenderungannya kurang semangat dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, maka ia harus mampu membangkitkan antusiasme dan semangat belajar siswa dengan cara-cara yang kreatif dan menyenangkan (menghibur) sehingga siswa kembali bergairah untuk belajar.

Seorang guru juga harus pintar dalam berkomunikasi dengan siswa ketika mengajar di kelas, ia harus mampu menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian seluruh sisiwa di kelas, ia harus mampu menampilkan diri bak seorang model atau artis terkenal sehingga menarik perhatian seluruh siswa di kelas. Ketika menjelaskan materi pelajaran, seorang guru harus berupaya mampu berbicara sejelas mungkin dan semenarik mungkin bagaikan seorang pembaca berita professional atau artis host acara di TV. Jadi kalimat “di era disrupsi guru tidak cukup hanya ahli bidang ilmu, tetapi juga harus ahli komunikasi, ahli psikologi, ahli bersosialisasi, dan ahli menghibur” memiliki makna bahwa di era disrupsi seorang guru harus mampu beradaptasi (menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya) dan menampilkan diri sebagai sosok pendidik professional yang dapat mendidik siswa dengan berbagai kondisi dan karakteristiknya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Guru adalah sebuah profesi yang multiskills dan adaptif.

 

MENJADI PENDIDIK YANG AHLI MERANCANG PEMBELAJARAN

Guru yang profesional adalah sosok pendidik yang profesional dalam segala aspek. Seorang pendidik yang kompeten di bidang professional (materi pelajaran) dituntut mampu memilah-memilih materi utama dan materi prasyarat. Guru yang professional harus mampu menyusun hierarkis konsep materi pelajaran sehingga materi pelajaran dapat diajarkan secara runtut dan sistematis. Guru yang professional harus mampu mengajarkan nilai-nilai karakter dalam setiap pembelajarannya. Oleh karena itu, setiap guru professional harus memiliki kemampuan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap materi pelajaran yang diajarkannya.

Di samping itu, setiap guru profesional harus mampu mendisain pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa melatih dan mempraktikkan ketrampilan-ketrampilan era disrupsi dalam kegiatan belajarnya. Oleh karena itu, guru yang professional harus mampu merancang aktivitas-aktivitas belajar yang mengakomodir ketrampilan-ketrampilan era disrupsi sehingga siswa dapat melatihnya di kegiatan belajarnya.

Strategi yang dapat dilakukan guru agar dapat mengajarkan materi pelajaran, karakter dan ketrampilan tanpa kehabisan waktu pelajaran adalah:

1. Menyusun hierarkis konsep-konsep pelajaran sehingga dapat mengajarkan materi pelajaran dengan runtut dan sistematis, mengetahui mana konsep yang menjadi prasyarat dan mana konsep yang menjadi materi utama pelajaran.

2. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap penyajian materi pelajaran.

3. Merancang aktivitas-aktivitas belajar siswa yang mengakomodir ketrampilan-ketrampilan era disrupsi dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Penerapan suatu metode, model ataupun pendekatan dalam proses pembelajaran memang harus sama persis dengan langkah-langkah dalam metode tersebut. Seorang pendidik professional harus mampu memodifikasi langkah-langkah metode tersebut disesuaikan dengan kondisi peserta didiknya. Dengan memodifikasi aktivitas dalam langkah-langkah metode pembelajaran yang dipergunakan maka diharapkan akan diperoleh hasil belajar yang maksimal sesuai yang diharapkan.

Sebagai contoh, metode Discovery Learning bagus digunakan untuk melatih siswa belajar menemukan konsep-konsep pelajaran sesuai materi pelajaran yang diajarkan. Metode ini akan berhasil dengan maksimal jika siswa yang dikenai perlakuan memiliki rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi dan memiliki jiwa suka tantangan serta kemandirian untuk melakukan proses belajar. Lantas, bagaimana jika ada seorang guru yang akan menerapkan metode Discovery Learning sedangkan siswanya belum mampu belajar mandiri, rasa ingin tahunya rendah dan kurang menyukai tantangan? Nah, di sinilah kreativitas dan improvisasi guru   diperlukan.

Metode Discovery Learning tetap dapat diterapkan dengan memodifikasi beberapa aktivitas belajarnya tanpa perlu mengubah sintaks (langkah-langkah) metode pembelajaran. Berbeda dengan siswa yang sudah mampu belajar mandiri, maka untuk siswa yang belum mampu belajar mandiri perlu ada pendampingan dari guru. Misalnya pada tahap “Problem Statement”, guru tidak dapat hanya  memberi kesempatan siswa untuk bertanya atau mengindentifikasi masalah karena siswa belum mampu, maka guru perlu memancing dan memicu siswa untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam paparan data eksperimen. Cara guru untuk memancing dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan panduan/arahan/petunjuk tentang bagian-bagian mana dari paparan data yang harus diperhatikan siswa dengan diiringi kata-kata yang bernada memancing, misalnya “Ada yang aneh gak dengan data ini?”, “Ada yang janggal gak dengan data ini?”, “Menurut kalian data ini wajar gak?”, dll. Dengan strategi seperti ini maka tanpa menggurui siswa, maka siswa dengan sendirinya akan lebih fokus memperhatikan data eksperimen dan menemukan masalah-masalah yang ada.

Demikian sumbangsih kecil penulis terhadap dunia pendidikan yang berupa gagasan pemikiran tentang bagaimana menjadi guru (pendidik) yang profesional. Menjadi pendidik yang profesional bukanlah hal yang tidak mungkin. Melalui semangat meningkatkan kompetensi dan menjiwai profesinya akan mampu menghasilkan sosok-sosok pendidik yang profesional dan dirindukan oleh para peserta didik. []

 

MENGENAL SOSOK GURU INSPIRATIF

 


MENGENAL SOSOK GURU INSPIRATIF

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Guru atau pendidik adalah sebuah profesi terhormat. Profesi guru tidak akan pernah hilang dan akan tetap eksis sampai kapanpun. Tidak ada profesi lain yang dapat menggantikan profesi guru. Mengapa? Karena di setiap zaman pasti ada orang-orang yang tidak mampu belajar secara mandiri atau autodidak. Walaupun saat ini terus dikembangkan teknologi bagaimana siswa dapat belajar mandiri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi IT, saya percaya bahwa pengembangan teknologi tersebut bukan untuk menggantikan profesi pendidik.

Profesi guru bukanlah profesi sembarangan. Profesi guru adalah profesi terhormat yang sangat berkaitan dengan nasib peradaban dunia di masa depan. Tanpa keberadaan guru-guru yang hebat, niscaya peradaban manusia akan mengalami kemunduran yang signifikan. Akankah peristiwa ini akan terjadi? Saya sangat berharap peristiwa kemunduran peradaban dunia tersebut tidak akan benar-benar terjadi. InsyaAllah. Amin. Oleh karena itu diperlukan sosok-sosok guru yang hebat dalam mendidik.

Terkait istilah "guru", orang Jawa mengatakan, guru itu digugu lan ditiru (guru itu dipercaya dan diikuti). Jadi dapat dipahami bahwa profesi guru itu bukan profesi sembarangan. Tidak semua orang bisa jadi guru. Hanya orang-orang yang memiliki jiwa atau spirit mengajarkan kebaikan dan mampu memberikan contoh yang baik lewat dirinya sendiri yang layak disebut guru. Guru harus bisa menjadi tauladan yang baik bagi anak didiknya.

Apakah setiap orang yang mengajar di lembaga pendidikan bisa dipanggil guru? Secara formal iya karena guru sangat dekat lembaga pendidikan formal. Tetapi secara hakikat pendidikan, orang-orang tersebut belum tentu layak diakui sebagai guru. Masih banyak orang-orang yang baru mengajar tapi belum mendidik. Mereka baru sebatas mentransfer knowledge kepada siswa-siswinya tapi belum membangun karakter dan kepribadian siswa melalui pemberian contoh nyata karakter yang baik. Karakter yang baik tidak hanya berkaitan dengan moral character tapi juga performance character. Guru yang baik harus mampu menjadi tauladan dalam sikap moral maupun kinerja yang baik.

Untuk layak menjadi seorang guru, seseorang haruslah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, maksudnya dia sudah selesai dalam mencari jati diri dan ilmu kebajikan karena ia akan membagi atau mencontohkan kebaikan-kebaikan kepada siswa-siswinya. Orang yang masih proses pencarian jati diri bagaimana mungkin akan mampu membimbing siswa menemukan potensi dirinya yang masih laten? Itulah mengapa, seorang guru haruslah orang-orang yang sudah "menep" hatinya dan sudah mumpuni ilmu dan pandangan hidupnya.

Menjadi guru bukan sekadar bisa mengajar. Menjadi guru bukan hanya bisa mentransfer knowledge. Tetapi menjadi guru itu memerlukan banyak kompetensi dan keterampilan. Menjadi guru harus mampu menjadi panutan bagi siswa-siswinya. Menjadi guru harus mampu menjadi suri tauladan bagi siswa-siswinya. Menjadi guru harus bisa menjadi inspirasi dan sumber motivasi bagi siswa-siswinya. Menjadi guru harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan peserta didik. Menjadi guru harus mampu bersikap sebagai teman dan sekaligus orang tua bagi siswa-siswinya.

Seorang guru atau pendidik yang profesional harus memahami betul apa tujuan pendidikan. Haidar Bagir (2019) menegaskan bahwa tujuan setiap upaya pendidikan adalah memanusiakan manusia. Beliau menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan untuk mengaktualkan potensi manusia sehingga benar-benar menjadi manusia sejati. Sedangkan John A. Laska (1976) mendefinisikan Pendidikan sebagai upaya sengaja yang dilakukan pelajar (yang disertai) orang lainnya untuk mengontrol (atau memandu, mengarahkan, mempengaruhi dan mengelola) situasi belajar agar dapat meraih hasil belajar yang diinginkan.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, tampak jelas bahwa proses pendidikan berfokus pada siswa. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa dalam menjalankan profesinya, seorang guru harus mengutamakan kepentingan anak didiknya agar mereka dapat mengenali, mengembangkan, dan mengaktualkan potensi dirinya. Untuk dapat memotivasi dan menggerakkan siswa-siswi agar mau mengembangkan potensi dirinya, diperlukan sosok-sosok guru yang menginspirasi. Sudahkah kita menjadi guru inspiratif? []



Keterangan gambar:
Foto bersama guru-guru saya yang hebat dan inspiratif di Program Studi Doktor Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Postingan Populer