Powered By Blogger

Minggu, 21 Januari 2024

SYUKUR AWAL TAHUN

 


SYUKUR AWAL TAHUN

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro


Di bulan Januari 2024 ini, saya teringat kembali kejadian setahun yang lalu. Tanggal 3 Januari tahun yang lalu, saya harus kembali menjalani operasi Fistula Ani yang kedua setelah operasi pertama di bulan November ternyata gagal alias penyakit Fistula Ani saya masih kambuh. Selama rentang waktu antara operasi pertama dan kedua, saya menjalani perjuangan berat melawan dua rasa sakit, yaitu sakit luka operasi yang berupa luka terbuka (operasi metode growak) dan sakit akibat kambuhnya Fistula Ani. 


Saya masih ingat bagaimana rasa sakitnya ketika penyakit Fistula Ani saya kambuh pasca satu bulan operasi. Luka operasi yang berupa luka terbuka yang masih berwarna merah dan sakit untuk bergerak, tiba-tiba harus menahan serangan rasa sakit yang amat sangat selama dua malam. 


Semua rasa sakit itu bermula ketika bakda sholat Isyak saya merasakan munculnya rasa nyeri menyayat-nyayat di area luka operasi. Tapi anehnya saya merasa rasa sakit itu  bukan berasal dari luka operasi, tetapi dekat sekitar area luka. Untuk mengurangi rasa sakit, saya segera minum obat penghilang nyeri yang diresepkan dokter. Tetapi saya tetap merasakan rasa sakit yang menyayat-nyayat, seakan-akan obat penghilang nyeri tidak berpengaruh. 


Malam itu, saya hanya bisa menangis menahan rasa sakit amat sangat yang muncul setiap detiknya. Saya berusaha menahan serangan rasa sakit yang bertubi-tubi dengan mencengkeram bantal dan guling sekuat-kuatnya. Istri saya berusaha membantu menenangkan dan menguatkan saya yang terus menangis menahan rasa sakit dengan cara mendekap kepala saya. Setiap kali rasa sakit datang menyerang, saya menarik nafas panjang dan menegangkan otot-otot seluruh badan sekuat-kuatnya untuk menahan gelombang rasa sakit yang tak tertahankan.


Setelah berusaha bertahan selama beberapa jam, akhirnya saya menyerah. Pertahanan tubuh saya sudah tidak mampu lagi menahan serangan rasa sakit yang hebat tersebut. Pukul 02.00 dini hari, saya meminta istri untuk mengantar saya ke IGD RS UNS. Sampai di IGD RS UNS, dokter mengecek luka operasi saya dan membersihkannya. Setelah disuntik obat penghilang rasa sakit, saya baru bisa tenang dan tidur pulas. Pukul 05.00 pagi dokter IGD menyatakan bahwa saya tidak perlu rawat inap dan boleh pulang. 


Sepulang dari IGD RS UNS, saya bisa menikmati tubuh yang nyaman tanpa gangguan rasa sakit. Sampai sore hari, saya masih merasakan tubuh yang nyaman. Tetapi setelah sholat Isyak, saya mulai merasakan kembali rasa sakit yang sama dengan kemarin malam pelan-pelan datang menyerang. Kembali saya minum obat penghilang rasa sakit yang diresepkan dokter IGD. Dan akhirnya perjuangan berat berperang melawan rasa sakit menyayat-nyayat harus kembali saya jalani. 


Malam itu, kembali saya harus berjuang sekuat tenaga menahan serangan gelombang rasa sakit yang tak tertahankan. Saya terus menangis sambil mencengkeram bantal dan guling sekuat-kuatnya. Istri terus memeluk kepala saya untuk membantu menenangkan saya yang terus-menerus mengerang menahan rasa sakit. Istri menyarankan untuk kembali periksa ke IGD RS UNS tapi saya tolak dengan alasan baru tadi malam masuk ke IGD masak masuk IGD lagi. Saya berusaha menguatkan diri bahwa saya mampu melewati perjuangan malam ini. Saya berharap serangan rasa sakit ini bisa segera berakhir. Tetapi harapan saya tinggal harapan, ternyata serangan rasa sakit tersebut tidak juga hilang hingga pagi hari. Semalaman saya dan istri tidak tidur sama sekali. 


Ketika datang waktu pagi, saya berharap rasa sakit bisa hilang. Tetapi ternyata rasa sakit tetap terus menyerang setiap detik sejak tadi malam. Akhirnya kembali saya harus menyerah dengan kondisi tersebut. Akhirnya saya meminta istri untuk mengantar ke IGD RS UNS. Tetapi kondisi tubuh saya sudah tidak mampu untuk bergerak karena sedikit saja menggerakkan anggota tubuh bawah (kaki) maka segera datang rasa sakit yang menyayat-nyayat. Akibatnya saya tidak mampu bangun dari tidur dan berjalan. 


Dikarenakan saya sudah tidak mampu bergerak lagi, apalagi bangun dan berjalan, maka saya meminta tolong istri untuk mencari bantuan pertolongan ke tetangga. Setelah mendatangi beberapa rumah tetangga, ternyata Akhirnya datanglah lima orang bapak-bapak menggotong saya dan membawa ke IGD RS UNS. 


Demikianlah kejadian setahun yang lalu. Saya sangat bersyukur akhirnya saya bisa sembuh dari penyakit yang telah menjangkiti saya selama hampir tujuh tahunan dan setiap hari merasakan siksaan rasa sakit menyayat-nyayat. Saya tidak menyangka kalau saya bisa sembuh. Dulu sempat berpikir bahwa saya akan menderita sakit Fistula Ani seumur hidup dan setiap hari harus ikhlas bersahabat dengan rasa sakit. Tetapi ternyata takdir baik telah mengubahnya. 


Sekarang saya telah sembuh dari penyakit Fistula Ani. Saya hampir tidak percaya kalau saya benar-benar telah sembuh dari penyakit Fistula Ani. Saya merasakan bagaikan terlahir kembali ke dunia ini dengan tubuh yang sehat dan nyaman tanpa gangguan rasa sakit menyayat-nyayat lagi seperti yang dulu pernah saya rasakan setiap hari. Saya sangat bersyukur, sungguh Allah SWT sangat baik kepada saya. Saya berdoa semoga Allah  SWT akan terus mengaruniakan kepada saya tubuh yang sehat. Dan saya juga mendoakan semoga orang-orang yang sekarang sedang menderita penyakit Fistula Ani juga bisa segera sembuh dan merasakan nikmatnya tubuh sehat. 


Penyakit Fistula Ani adalah penyakit yang sangat menyiksa dan menjengkelkan. Siapapun yang menderita penyakit Fistula Ani pasti sangat menderita dan stress karena betapa sulitnya penyakit tersebut disembuhkan. Oleh karena itu, siapapun yang ingin bertanya-tanya seputar bagaimana penyembuhan penyakit Fistula Ani, saya dengan senang hati akan berbagi pengalaman. Sudah ada beberapa orang yang menghubungi saya dan selalu saya berikan penjelasan yang sedetail-detailnya. []


Gumpang Baru, 21 Januari 2024


Tidak ada komentar:

Postingan Populer