WORKSHOP STRATEGI MUDAH MENULIS BUKU AJAR*
Oleh
:
Agung
Nugroho Catur Saputro**
PENDAHULUAN
Setiap pendidik (guru,
dosen) pasti memiliki materi pendidikan yang diajarkan. Setiap pendidika juga
pasti [seharusnya] memiliki perangkat pembelajaran (silabus dan RPP) setiap
pertemuan. Materi pembelajaran dan rencana pembelajaran tersebut, jika
dikembangkan lebih lanjut dapat dijadikan menjadi buku ajar untuk mata
pelajaran atau mata kuliah. Dengan alur pemikiran ini, seharusnya setiap
pendidikan mampu menyusun buku ajar untuk mata pelajaran/mata kuliah yang
diajarnya. Seharusnya menulis buku ajar untuk bidang ilmu yang diajarkan
bukanlah kendala bagi seorang pendidikan karena pada dasarnya ia telah punya
bahan tulisan dan urutan sistematika penulisan materinya ke dalam bentuk buku
ajar. Tetapi fakta di lapangan bagaimana? Ternyata banyak pendidik tidak
memiliki buku ajar karyanya sendiri. Sebenarnya, faktor apa yang membuat para
pendidik jarang sekali menulis buku ajar untuk bidang ilmu yang diajarkannya?
Jika alasan “tidak bisa menulis” dianggap sebagai faktor penghambat, bukankah
semua pendidik pernah menulis karya tulis tugas akhir? Lantas, faktor apa lagi
yang mau dijadikan alasan pembenaran untuk tidak menulis buku ajar? Marilah
kita renungkan bersama!
Buku
ajar seharusnya merupakan jenis buku yang paling mudah ditulis oleh setiap
orang yang berprofesi sebagai pendidik. Mengapa? Karena setiap pendidik telah
mempunyai bahan yang akan ditulis yaitu materi pelajaran yang diajarkan kepada
peserta didik ketika mengajar. Untuk urutan penyajian bab-bab buku ajarnya,
setiap pendidik juga pasti telah menyusun urutan penyajian materi pelajaran
setiap pertemuannya. Sedangkan untuk kemampuan menulis, setiap pendidik
pastilah minimal seorang sarjana sehingga pasti punya kemampuan menulis,
setidaknya pernah menulis karya tulis tugas akhir (skripsi). Jadi tidak ada
lagi alasan untuk tidak menulis buku ajar bagi setiap pendidik.
Dalam
kenyataan di lapangan, ternyata kondisinya tidak seideal harapan tersebut. Hampir
sebagian besar pendidik di Indonesia tidak atau belum pernah menulis buku ajar
untuk mata pelajaran/mata kuliahnya sendiri walaupun ia telah mengajar selama
puluhan tahun. Ironis bukan? Mengapa kondisi memperihatinkan ini sampai
terjadi? Kemungkinan besar karena faktor mindset atau pola pikir. Para pendidik
memiliki mindset bahwa menulis buku ajar itu sesuatu yang sulit dan berat.
Mindset “keliru” inilah yang terlebih dahulu harus diluruskan sebelum berharap
para pendidik di negeri berlomba-lomba menulis buku ajar untuk bidang ilmu yang
diajarkan.
MENGAPA
DOSEN HARUS MENULIS BUKU?
Profesi dosen atau
pendidk secara umum adalah profesi yang sangat dekat dengan aktivitas menulis.
Mengapa? Karena semua dosen pasti menyampaikan materi ajarnya kepada mahasiswa.
Lantas, darimana dosen memperoleh materi ajarnya? Pasti juga dari hasil membaca
buku atau literatur ajar. Sekarang, darimana mahasiswa memperoleh materi ajar?
Pasti juga dari buku dan literatur ajar bukan. Sekarang permasalahannya adalah
buku ajar dan literatur ajar yang dibaca mahasiswa tersebut karya siapa? Karya
dosennya sendiri ataukah karya dosen lain?
Mari kita renungkan
ilustrasi berikut. Dosen A menyampaikan materi perkuliahan yang diambil dari
buku ajar karya dosen lain. Dosen B menyampaikan materi ajar dari buku ajar
yang ditulisnya sendiri. Siapakah yang sebenaranya melakukan transfer knowledge (mengajar) dan siapakah
yang hanya sebagai kurir (meneruskan, mengantarkan) isi buku ajar? Tipe dosen A
atau dosen B yang ingin Anda tiru? Mahasiswa akan terkesan dengan dosen A atau
dosen B? Dosen manakah yang akan mendapat predikat dosen kompeten dari
mahasiswa?
Mari kita ingat-ingat
nasihat berikut ini. “Sehebat apapun seorang pendidik (dosen, guru) saat
mengajar, jika sampai pensiun ia tidak pernah menghasilkan karya tulis (buku),
maka namanya akan lenyap. Maka sangat benar kata pepatah, “Verba volant, scripta manent” (apa yang diucapkan berlalu, namun apa
yang tertulis abadi) (Putra, 2007).
Ada beberapa alasan
mengapa kita harus menulis. Alasan-alasan ini merupakan faktor pendorong agar
kita mau menulis. Apa sajakah alasan-alasan mengapa kita harus menulis? Tendi Murti (2015) dalam bukunya
berjudul “Bukan Sekadar Nulis, Pastikan
Best Seller” memberikan 11 (sebelas) alasan mengapa kita harus menulis,
yaitu:
1.
Menulis berarti sedang membagi ilmu
dengan orang lain.
2.
Menulis berarti sedang menuliskan jejak
bagi orang-orang yang kita cintai.
3.
Menulis menjadikan hidup lebih semangat.
4.
Menulis itu menghimpun pahala.
5.
Menulis itu membuat kita lebih percaya
diri.
6.
Menulis itu dapat menyembuhkan penyakit (Pribadi, 2012).
7.
Menulis berarti sedang menuangkan
ide-ide kita yang unik dan bermanfaat.
8.
Menulis berarti sedang memperbaiki
dunia.
9.
Menulis berarti sedang belajar.
10. Menulis
itu lebih kreatif.
11. Menulis
itu sedang menuangkan impian.
Sedangkan
Agung Nugroho Catur Saputro (2018) dalam bukunya
berjudul “Ketika Menulis Menjadi Sebuah
Klangenan” menyebutkan beberapa alasan mengapa kita harus menulis sebagai
berikut:
1.
Menulis itu untuk menyebarkan ilmu
pengetahuan dan juga sekaligus sarana untuk meningkatkan kualitas diri (h.9).
2.
Menulis adalah cara untuk membuat
pikiran-pikiran kita menjadi bermakna (meaningful)
karena dengan menulis kita telah mengikat makna dari pemikiran kita (h.18).
3.
Menulis adalah salah satu perintah Allah
Swt yang tersirat dari perintah iqra’ di wahyu pertama yang diterima Rasulullah
Saw. Menulis merupakan sarana terwujudnya kehendak Allah Swt untuk umat Islam
secara umum yaitu berupa perintah “bacalah” atau iqra’(h.23).
4.
Menulis merupakan salah satu ciri orang
baik, yaitu menebarkan manfaat bagi orang lain dan sekaligus menjadi amal
jariyah (h.48).
5.
Menulis adalah warisan tradisi keilmuan
para ulama zaman dulu. Menulis merupakan cara mewariskan tradisi keilmuan
kepada generasi penerus. Menulis dapat mengabadikan nama kita melalui
tulisan-tulisan kita yang dikenang sepanjang masa, lintas waktu, lintas
geografis, dan lintas generasi (h.79).
Berdasarkan beberapa
alasan mengapa kita harus menulis di atas, lantas faktor apa saja yang mampu
membuat seseorang menulis? R. Masri Sareb Putra menyatakan bahwa kesungguhan
dan rasa cinta terhadap ilmu menjadi modal penting dalam menulis. Selain itu,
masih banyak motivasi lain yang membuat seseorang mau menulis, yaitu keuntungan
bisa menjadi terkenal, mendapat uang honor/royalty, dan angka kredit (bagi
dosen), cinta ilmu, transfer ilmu, dan agar tampak intelek dan dikenal sebagai
pakar di bidangnya (Putra, 2007 : 20).
Berdasarkan alur
pemikiran di atas, maka tidak ada alasan bagi kita (dosen, guru) untuk tidak
menulis buku. Banyak manfaat yang akan diperoleh oleh seorang penulis. Apa saja
manfaat dari menulis buku? Mengapa banyak orang ingin menjadi penulis buku? Ya,
karena menjadi penulis buku itu mempunyai banyak manfaat atau keuntungan.
Menjadi penulis buku tidak harus berprofesi sebagai akademisi. Setiap orang
dengan profesi apapun boleh dan tidak dilarang untuk juga menjalani profesi
sebagai penulis buku.
Banyak penulis buku
yang juga memiliki profesi lain. Ada penulis buku yang juga seorang dokter,
dosen, guru, tentara, polisi, pengacara, artis, ibu rumah tangga, dan berbagai
profesi lain. Banyak dari mereka yang akhirnya menuai keberhasilan setelah
buku-buku mereka meledak di pasaran. Menjadi buku-buku best seller. Tentu saja, membuat pundi-pundi keuangan mereka bertambah
pada akhirnya.
Selain keuntungan finansial, masih
terdapat beberapa keuntungan lainnya dari aktivitas menulis buku. Berikut ini
beberapa keuntungan dari menulis buku menurut Gamal Komandako (2013) dalam bukunya “Jangan Menjadi Penulis Profesional Jika
Ingin Rugi”:
1. Mendapatkan
keuntungan finansial.
2. Mendapatkan
ketenaran nama dalam taraf tertentu.
3. Meningkatkan
pengetahuan.
4. Meningkatkan
kreativitas.
5. Meningkatkan
karya nyata.
6. Menjadi
sarana untuk mengungkapkan isi hati.
7. Sebagai
sarana untuk pencerahan dan dakwah.
Selain keuntungan yang
dijelaskan oleh Gamal Komandoko di atas, menulis juga bermanfaat sebagai
aktivitas terapi jiwa, yaitu sebagai sarana membahagiakan diri sendiri melalui
semangat berprestasi. Melalui aktivitas menulis, kita merasa mampu menjadi diri
sendiri, kita dapat mendeskripsikan siapa diri kita, dan kita bisa menemukan
jati diri yang sebenarnya (Saputro, 2020).
R. Masri Sareb Putra (2007) dalam bukunya “How to Write Your Text Book” menuliskan
beberapa manfaat menulis, yaitu :
1. Pelepasan
emosional. Menulis dapat menjadi penyaluran emosi dan perasaan. Mengungkapkan perasaan
dan pikiran secara tertulis dapat membentuk perubahan-perubahan kimiawi dalam
tubuh kita.
2. Manfaat
sosial. Manfaat sosial menjadi penulis buku ajar dan artikel opini di media
massa adalah menjadi terkenal atau dikenal. Predikat “terkenal” ini akan
membawa efek domino yang menguntungkan.
3. Manfaat
finansial. Dunia tulis menulis kini semakin menjanjikan. Jika ditekuni, profesi
penulis tak kalah menghasilkan uang dibandingkan profesi lainnya.
4. Manfaat
intelektual. Menulis pasti juga didahului dengan aktivitas membaca. Maka
menulis secara tidak langsung akan meningkatkan intelektual dan wawasan
penulisnya karena harus membaca banyak referensi.
5. Manfaat
promotif atau kenaikan pangkat. Bagi seorang dosen, menulis akan mendatangkan
manfaat yang berlipat ganda. Tulisan apapun, baik popular, semi-ilmiah, atau
ilmiah, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Edaran resmi dikti
menyebutkan, dosen yang menghasilkan karya tulis akan memperoleh ganjaran
berupa angka kredit sesuai dengan tingkat kesulitan dan usaha yang dikerahkan
untuk itu.
Terkait manfaat point 5 berupa kenaikan
pangkat, merujuk pada buku Pedoman Operasional atau buku PO PAK Dikti tahun
2019, maka nilai angka kredit penulisan buku ajar adalah maksimal 20 poin:
Penjelasan:
§ Mengembangkan
bahan pengajaran adalah hasil pengembangan inovatif materi substansi pengajaran
dalam bentul buku ajar, diktat, modul, petunjuk praktikum, model alat bantu,
audio visuat naskah tutorial, job sheet
terkait dengan mata kuliah yang diampu. Bahan pengajaran yang telah mendapatkan
sertifikat karya cipta dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
Kemenkumham, maka karya tersebut tidak dapat diajukan sebagai bukti
melaksanakan penelitian.
§ Batas
maksimal yang diakui untuk kegiatan mengembangkan bahan pengajaran adalah
sebagai berikut.
a). Buku ajar/buku teks
= l buku/tahun
b). Diktat, modul, model,
petunjuk praktikum = 1 produk/semester
MEMBEDAKAN
BUKU AJAR DENGAN BUKU TEKS
Jika merujuk pada buku
Pedoman Operasional atau buku PO PAK Dikti tahun 2019, ada perbedaan antara
buku ajar dan buku teks. Dalam PO PAK Dikti (Kemenristekdikti, 2019) dijelaskan
sebagai berikut:
§ Karya
ilmiah dalam bentuk buku diakui
sebagai komponen penelitian untuk kenaikan jabatan akademik adalah sebagai
berikut.
a. Isi
buku sesuai dengan bidang keilmuan penulis.
b. Merupakan
hasil penelitian atau pemikiran yang original. Kriteria ini yang membedakan antara buku referensi/monograf dengan buku
ajar.
c. Memiliki
ISBN.
d. Tebal
paling sedikit 60 (enam puluh) halaman cetak (menurut format UNESCO).
e. Ukuran
: standar, 15 x 23 cm, 1 spasi.
f. Diterbitkan
oleh penerbit Badan Ilmiah/Organisasi/Perguruan Tinggi.
g. Isi
tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Beberapa definisi
terkait buku ajar dan bahan ajar lainnya menurut PO PAK Dikti tahun 2019
sebagai berikut:
a. Buku ajar
adalah buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh
pakar di bidangnya dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi
dan disebarluaskan.
b. Diktat
adalah bahan ajar untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh dosen
mata kuliah tersebut mengikuti kaidah tulisan ilmiah dan disebarluaskan kepada
peserta kuliah.
c. Modul
adalah bagian dari bahan ajar untuk suatu mata kuliah yang ditulis oleh dosen
matakuliah tersebut, mengikuti kaidah tulisan ilmiah dan disebarluaskan kepada
peserta kuliah.
d. Petuniuk praktikum
adalah pedoman pelaksanaan praktikum yang berisi tata cara, persiapan,
pelaksanaan, analisis data pelaporan.Pedoman tersebut disusun dan ditulis oleh kelompok dosen yang menangani Praktikum
mengikuti kaidah tulisan ilmiah.
e. Model
adalah alat peraga atau simulasi computer yang digunakan untuk menjelaskan
fenomena yang terkandung dalam penyajian suatu mata kuliah untuk meningkatkan pemahanan
peserta kuliah.
f. Alat bantu
adalah perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk membantu
pelaksanaan perkuliahan dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta didik
tentang suatu fenomena.
g. Audio visual
adalah alat bantu perkuliahan yang menggunakan kombinasi antara gambar dan
suara, digunakan dalam kuliah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik
tentang suatu fenomena.
h. Naskah tutorial
adalah bahan rujukan untuk kegiatan rujukan tutorial suatu mata kuliah yang
disusun dan ditulis oleh dosen mata kuliah atau oleh pelaksana kegiatan
tutorial tersebut, dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah.
§ Batas
maksimal yang diakui untuk kegiatan mengembangkan bahan pengajaran adalah
sebagai berikut.
a). Buku ajar/buku teks
= l buku/tahun
b). Diktat,
modul,model, petunjuk praktikum = 1 produk/semester
Pengertian buku referensi dan monograf menurut PO
PAK Dikti tahun 2019 (Kemenristekdikti, 2019) adalah sebagai
berikut:
Buku
referensi adalah suatu tulisan dalam bentuk buku (ber-ISBN)
yang substansi pembahasannya pada satu bidang ilmu kompetensi penulis. Isi
tulisan harus memenuhi syarat-syarat sebuah karya ilmiah yang utuh, yaitu
adanya rumusan masalah yang mengandung nilai kebaruan (novelty/ies), metodologi
pemecahan masalah, dukungan data atau teori mutakhir yang lengkap dan jelas,
serta ada kesimpulan dan daftar pustaka yang menunjukkan rekam jejak kompetensi
penulis.
Monograf
adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku (ber-ISSN/ISBN) yang substansi
pembahasannya hanya pada satu topik/hal dalam suatu bidang ilmu kompetensi
penulis. Isi tulisan harus memenuhi syarat-syarat sebuah karya ilmiah yang
utuh, yaitu adanya rumusan masalah yang mengandung nilai kebaruan
(novelty/ies), metodologi pemecahan masalah, dukungan data atau teori mutakhir
yang lengkap dan jelas, serta ada kesimpulan dan daftar pustaka yang
menunjukkan rekam Jejak kompetensi penulis.
Berdasarkan penjelasan
di atas, maka sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan antara buku ajar dan
buku teks karena penulisan buku ajar juga harus mengikuti kaidah penulisan buku
teks. Yang membedakan antara buku ajar dan buku teks adalah buku ajar ditulis
untuk pembelajaran suatu matakuliah tertentu, sedangkan buku teks ditulis berdasarkan hasil
penelitian atau pemikiran original penulisnya.
Sedangkan menurut R.
Masri Sareb Putra, menilik isi dan luasnya, buku teks sama saja dengan buku
ajar. Bahkan dinyatakan bahwa akhir-akhir ini, buku teks luar negeri-terutama
terbitan Prentice Hall dan penerbit lainnya- cenderung ditujukan untuk umum.
Artinya, siapa saja yang meminati atau yang ingin mendalami topik yang dibahas
dapat menggunakannya sebagai bahan pendalaman dan pembelajaran (Putra, 2007).
Merujuk pada
perbandingan antara buku ajar dan buku teks dalam buku PO PAK Dikti dan
didukung pendapat praktisi perbukuan R. Masri Sareb Putra di atas, maka kita
tidak perlu mempersoalkan perbedaan antara buku ajar dan buku teks karena
kaidah penulisannya sama. Intinya adalah jika buku teks tersebut dipergunakan
dalam pembelajaran, maka dapat dikategorikan sebagai buku ajar. Ciri utama buku
ajar adalah adanya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan cakupan materinya
spesifik karena khusus untuk materi pembelajaran mata kuliah tertentu.
MENGENAL
STRUKTUR DAN MODEL PENULISAN BUKU AJAR
Bahan
ajar cetak adalah sejumlah bahan ajar yang disiapkan melalui kertas yang bisa
berfungsi untuk kebutuhan pembelajaran informasi. Dalam hal ini, akan
disampaikan beberapa contoh dari struktur bahan ajar cetak, yaitu struktur
bahan ajar handout, buku, modul, LKS, Brosur, leaflet, wallchart, dan foto atau
gambar. Berikut penjelasan struktur dari masing-masing bahan ajar cetak (Muttaqin, 2016).
a. Struktur
Bahan Ajar Handout
Struktur bahan
ajar handout sangat sederhana, yaitu hanya terdiri dari dua komponen
yang terdiri dari judul dan informasi pendukung.
b. Struktur
Bahan Ajar Buku
Struktur bahan ajar buku
terdiri dari empat komponen, antara lain judul, kompetensi dasar atau materi
pokok, latihan, serta penilaian.
c. Struktur
Bahan Ajar Modul
Struktur bahan ajar
modul terdiri dari atas tujuh komponen, yaitu judul, petunjuk belajar,
kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau
langkah kerja, dan penilaian.
d. Struktur
Bahan Ajar LKS (Lembar Kerja Siswa)
Strukutur bahan ajar
LKS lebih sederhana dari pada modul, namun lebih kompleks dari pada buku.
Struktur bahan ajar LKS terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk
belajar, kompetensi dasar, atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau
langkah kerja, dan penilaian.
e. Struktur
Bahan Ajar Brosur
Untuk bahan ajar yang
berbentuk brosur, struktur bahan ajarnya hanya meliputi empat komponen, yaitu
judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, dan penilaian.
f. Struktur
Bahan Ajar Leaflet
Struktur bahan
ajar leaflet terdiri atas empat komponen seperti hanya brosur yang
terdiri dari judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung,
dan penilaian.
g. Struktur
Bahan Ajar Wallchart
Struktur bahan
ajar wallchart meliputi empat komponen, akan tetapi yang tercantum
pada bahan ajar hanya komponen judul, sedangkan komponen lainnya seperti kompetensi
dasar atau materi pokok, informasi pendukung, dan penilaian terdapat pada
lembaran kertas yang lain.
h. Struktur
Bahan Ajar Foto atau Gambar
Struktur bahan ajar
foto atau gambar meliputi lima komponen yang hampir sama dengan wallchart.
Jadi, komponen yang tercantum pada bahan ajar hanya judul, sedangkan empat
komponen lannya yang terdiri dari kompetensi dasar atau materi pokok, informasi
pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian terdapat pada lembaran
kertas.
Tabel
1. Struktur Bahan Ajar Cetak dan Bahan Ajar Model atau Maket
No |
Komponen |
Handout |
Buku |
Modul |
LKS |
Brosur |
Leaflet |
Wallchart |
Foto |
Maket |
1 |
Judul |
V |
v |
v |
v |
v |
v |
v |
v |
V |
2 |
Petunjuk
belajar |
- |
- |
v |
v |
- |
- |
- |
- |
- |
3 |
KD
/ Materi Pokok |
- |
v |
v |
v |
v |
v |
v* |
v* |
v* |
4 |
Informasi
pendukung |
V |
v |
v |
v |
v |
v |
v* |
v* |
v* |
5 |
Latihan |
- |
v |
v |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
6 |
Tugas/Langkah
Kerja |
- |
- |
v |
v |
- |
- |
- |
v* |
v* |
7 |
Penilaian |
- |
v |
v |
v |
v |
v |
v* |
v* |
v* |
Ket
: *)
ada pada lembaran kertas |
Menulis
itu harus dilandasi perasaan bahagia, tidak boleh karena terpaksa atau memaksakan
diri. Mengapa? Karena menulis itu sebenarnya adalah proses menemukan diri
sendiri. Demikianlah yang disampaikan oleh gus Ulil atau Ulil Abshar Abdalla,
MA (Cendekiawan muslim yang produktif menulis) di webinar literasi SPK tanggal
6 Februari 2021. Setiap orang pasti menginginkan tahu tentang dirinya secara
utuh, apa saja potensi dan passionnya dan seberapa besar kemampuannya untuk
mewujudkan atau merealisasikan potensi, bakat dan minat dalam dirinya. Di
sinilah pentingnya rasa senang dan bahagia dalam proses pencarian jati diri
melalui aktivitas menulis. Menulis bukan sekadar menuangkan ide, gagasan, dan
pemikiran ke dalam bentuk tulisan, tetapi menulis itu lebih merupakan wujud
aktualisasi dan mengekspresikan diri dari seseorang. Sebuah tulisan –walaupun
sederhana- berpotensi mampu membangkitkan semangat dan bakat terpendam
pembacanya. Sebuah tulisan mampu memiliki energi yang luar biasa yang dapat
mendorong ribuan orang untuk mengikuti ide gagasan yang terkandung dalam
tulisan tersebut.
Prinsip
penulis dalam menulis adalah menulis dan berkarya sebanyak-banyaknya
semampu yang dapat penulis lakukan. Mumpung masih punya waktu penulis pergunakan
untuk menghasilkan karya tulis sebanyak-banyaknya. Entah karya tulis penulis diniai
bagus atau tidak, penulis tidak terlalu memperdulikannya. Apakah buku-buku yang
penulis tulis itu akan diminati orang atau tidak juga tidak penulis pedulikan.
Keyakinan penulis adalah bahwa setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri
dengan jalan yang tidak bisa diperkirakan. Karena tulisan yang penulis hasilkan
merupakan representasi dari ilmu pengetahuan yang penulis miliki, maka menulis
dan menerbitkannya dalam bentuk buku merupakan bagian dari ikhtiar penulis untuk
mengabadikan buah pemikiran dan ide gagasan penulis dan membagikannya kepada
kalayak umum. Karena buku adalah representasi dari ilmu pengetahuan dan Allah
Swt. menyukai orang-orang yang berilmu, maka penulis percaya bahwa Allah Swt. akan membantu
mempertemukan ilmu dalam buku-buku penulis tersebut dengan para pencari ilmu
(pembaca) melalui sekenario-Nya. InsyaAllah.
Berikut
ini beberapa strategi agar kita bisa produktif menulis berdasarkan pengalaman
pribadi penulis (Saputro, 2021b):
1.
Menulis setiap hari
2.
Menulis di setiap kesempatan
3.
Meluangkan waktu khusus untuk menulis
4.
Menulis topik yang disukai
5.
Menulis topik yang dikuasai
6.
Menulis dengan senang hati
7.
Menjadikan aktivitas menulis sebagai
hobi atau klangenan
8.
Peka terhadap ide tulisan yang muncul di
pikiran
9.
Mempostting tulisan harian di media
social atau blog
10. Aktif
di komunitas penulis
BEBERAPA
GAYA PENULISAN BUKU AJAR
Setiap
penulis pasti memiliki gaya (style) tersendiri dalam menyusun buku ajarnya.
Walaupun mungkin berbeda-beda dalam gaya penulisannya, tetapi pada dasarnya
pasti memiliki komponen pokok dari buku ajar, yaitu judul, kompetensi dasar, materi
pokok, latihan, serta penilaian. Berikut ini penulis sajikan beberapa gaya
penulisan buku ajar atau buku pelajaran dari beberapa penulis buku. Gaya
penulisan yang penulis sajikan berikut ini adalah gaya penulisan setiap bab
dalam buku.
Tabel
2. Gaya Penulisan Buku Ajar
No. |
Judul Buku |
Penulis |
Penerbit |
Gaya Penyajian |
1. |
General
College Chemistry |
Charles
W. Keenan, Donal C. Kleinfelter, Jesse H. Wood |
Harper
& Row Publisher Inc. |
§ Nomor Bab § Judul Bab § Judul
Subbab-subbab § Penyajian
materi dalam subbab-subbab (materi, contoh soal). § Tinjauan ulang
Bab (Ringkasan, soal latihan) |
2. |
General
Chemistry : The Essencial Concept |
Raymond
Chang |
The
McGraw-Hill Companies |
§ Nomor Bab § Judul Bab § Judul
Subbab-subbab § Konsep Penting
(berisi penjelasan konsep-konsep penting) § Penyajian
materi (materi, contoh soal) § Ringkasan § Kata kunci § Pertanyaan dan
soal § Jawaban
latihan |
3. |
Konsep
Dasar Kimia Koordinasi |
Agung
Nugroho Catur Saputro |
Deepublish |
§ Halaman Bab
(Nomor Bab, Judul Bab, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator,
Tujuan Pembelajaran, kata kunci, Peta Konsep) § Nomor Bab § Judul Bab § Cakupan materi
pembahasan § Penyajian
materi § Rangkuman § Sumber
Referensi § Soal-soal
Latihan |
4. |
Kimia
SMA |
Budi
Utami, Agung Nugroho CS, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah, Bakti Mulyani |
CV.
HaKaMJ, Surakarta (BSE) |
§ Nomor Bab § Judul Bab § Tujuan
Pembelajaran § Kata Kunci § Peta Konsep § Penyajian
materi (materi, contoh soal, latihan soal) § Uji
Laboratorium § Rangkuman § Uji Kompetensi |
5. |
Matematika
: Bergaul dengan Si Asyik Matematika untuk MA/ SMA |
Mutadi |
Kementerian
Agama RI |
§ Nomor Bab § Judul Bab § Kutipan ayat
Al-Qur’an § Pertanyaan
untuk renungan § Standar
Kompetensi § Indicator § Peta Konsep § Kata Kunci § Penyajian
materi (materi, contoh soal, latihan soal) § Rangkuman § Uji kompetensi
|
6. |
Biosfer
: Menyapa Alam Lewat Biologi untuk MA/SMA |
Pipit
Fitriana, Diah Rahmatia |
Kementerian
Agama RI |
§ Judul Bab § Penyajian
materi (materi, contoh soal) § Kata Kunci § Peta Konsep § Uji Pemahaman |
7. |
Seandainya
Kehidupan Tanpa Kimia? Untuk MA/SMA |
Agung
Nugroho Catur Saputro, Irwan Nugraha |
Kementerian
Agama RI |
§ Nomor Bab § Judul Bab § Target
Pembelajaran § Kata Kunci § Peta Konsep § Judul Bab § Kutipan ayat
Al-Qur’an § Pertanyaan
untuk renungan § Penyajian
materi (materi, contoh soal, latihan) § Rangkuman § Uji Kompetensi |
STRATEGI
MENULIS BUKU AJAR : Sebuah Pengalaman Pribadi
Penulis memiliki beberapa
pengalaman menulis buku ajar. Pengalaman pertama adalah menulis buku ajar (buku
pelajaran) Kimia untuk siswa SMA kelas 1,2,3 (ketiga buku ini sudah dibeli hak
ciptanya oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional RI dan diterbitkan
menjadi BSE-Buku Sekolah Elektronik). Pengalaman kedua adalah menulis buku
pelajaran Kimia untuk siswa MA/SMA ketika mengikuti lomba penulisan buku
pelajaran MIPA untuk MA/SMA di Kementerian Agama RI. Pengalaman ketiga adalah
menulis buku ajar Konsep Dasar Kimia Koordinasi untuk mata kuliah Kimia
Anorganik yang penulis ampu. Buku ajar ini penulis susun selama 3 (tiga) bulan
untuk mengikuti seleksi insentif penulisan buku ajar di fakultas, alhamdulillah
lolos seleksi dan didanai penulisannya.
Berikut penulis
sampaikan strategi menulis buku ajar yang pernah penulis lakukan.
1.
Menyiapkan perangkat pembelajaran
(silabus, RPP, atau RPS).
2.
Menyiapkan literatur atau referensi
(buku, jurnal)
3.
Survei buku di pasaran (untuk
kepentingan lomba).
4.
Membuat rancangan buku atau daftar isi
5.
Membuat rancangan naskah tiap bab.
6.
Menulis naskah setiap bab.
7.
Membaca kembali (mereview ulang).
8.
Melanjutkan menulis bab selanjutnya
sampai selesai bukunya.
PENUTUP
Berdasarkan uraian
pembahasan di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Setiap
pendidik sebenarnya memiliki kemampuan dan bahan untuk menulis buku ajar di
bidang ilmu yang diajarkan, hanya karena mindset yang “keliru” adanya anggapan
bahwa menulis buku itu sulit dan berat, maka banyak pendidik yang tidak menulis
buku ajar.
2. Menulis
(buku) itu bukanlah pekerjaan yang sulit dan berat selama dilakukan dengan hati
yang senang dan bahagia karena telah menyebarkan ilmu pengetahuan melalui media
buku. Menulis buku itu tidak hanya membutuhkan kemampuan menulis tetapi juga
membutuhkan kedisiplinan, komitmen dan konsistensi. Menjadi seorang penulis itu
membutuhkan perjuangan yang berat karena di dalamnya membutuhkan keseriusan,
kedisiplinan, komitmen, dan konsistensi.
3. Penulisan
buku ajar memiliki prospek yang menjanjikan jika dikerjakan dengan serius
karena pangsa pasar penggunanya jelas yaitu peserta didik (siswa dan mahsiswa)
dan setiap tahun dipergunakan untuk pembelajaran.
4. Buku
ajar dan buku teks pada dasarnya tidak berbeda secara signifikan, hanya pada
penggunaan dan tambahan tujuan yang ingin dicapai saja yang membedakan antara
keduanya.
5. Struktur
penulisan buku ajar setiap babnya secara umum meliputi judul bab, capaian
pembelajaran (learning outcome),
sajian materi ajar yang juga meliputi contoh soal dan latihan soal, rangkuman,
daftar referensi penunjang, uji kompetensi. Secara keseluruhan buku meliputi
judul buku, daftar isi, bab-bab materi ajar yang disusun secara sistematis dan
hierarkis, daftar pustaka, glosarium, indeks, dan biografi penulis.
6. Persyaratan
utama agar mampu menulis buku ajar adalah memulai menulis. Silabus dan RPP yang
telah dibuat untuk pembelajaran ditulis menjadi bab-bab dan dilengkapi
materinya serta disusun secara sistematis, terstruktur, dan memperhatikan
hierarkis konsep, serta menambahkan referensi pendukungnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Kemenristekdikti.
(2019). Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Kenaikan Jabatan
Akademik/Pangkat Dosen. Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
Komandako, G.
(2013). Jangan Menjadi Penulis Profesional Jika Ingin Rugi. Yogyakarta:
Media Pressindo.
Murti, T.
(2015). Bukan Sekadar Nulis, Pastikan Best Seller. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Muttaqin.
(2016). Struktur Bahan Ajar dari 6 Jenis Bahan Ajar. Retrieved June 9, 2021,
from
https://www.muttaqin.id/2016/07/struktur-bahan-ajar-dari-6-jenis-bahan-ajar.html
Naim, N. (2021).
Menulis Itu Mudah: 40 Jurus Jitu Mewujudkan Karya. Lamongan: Kamila
Press.
Pribadi, A.
(2012, May 18). Menulis Untuk Penyembuhan Diri. Retrieved November 18, 2020,
from KOMPASIANA website:
https://www.kompasiana.com/aguspribadi1978/55107337813311aa39bc64a6/menulis-untuk-penyembuhan-diri
Putra, R. M. S.
(2007). How to Write Your Own Text Book: Cara Cepat dan Asyik Membuat Buku
Ajar yang Powerful! Bandung: Kolbu.
Saputro, A. N.
C. (2018). Ketika Menulis Menjadi Sebuah Klangenan. Ciamis: CV. Tsaqiva
Publishing.
Saputro, A. N.
C. (2020, April 6). MENULIS SEBAGAI AKTIVITAS TERAPI JIWA. Retrieved November
16, 2020, from SAHABAT PENA KITA website:
https://sahabatpenakita.id/menulis-sebagai-aktivitas-terapi-jiwa/
Saputro, A. N.
C. (2021a, March 28). UMUR DAN KARYA. Retrieved May 28, 2021, from SAHABAT PENA
KITA website: https://sahabatpenakita.id/umur-dan-karya/
Saputro, A. N.
C. (2021b, April 29). TIPS DAN TRIK MUDAH MENULIS BUKU. Retrieved May 28, 2021,
from SAHABAT PENA KITA website:
https://sahabatpenakita.id/tips-dan-trik-mudah-menulis-buku/
_______________________________________________________________
*Disampaikan
pada acara “Workshop Penulisan Buku Ajar Ber-ISBN” yang diselenggarakan oleh MITRA
EDUKASI INSTITUTE pada tanggal 27 Juni 2021 melalui Aplikasi Zoom Meeting.
**Tentang Penulis
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan SINTA 3, Auditor internal Certified Internal Quality Audit ISO 9001 : 2008, Official Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), International Certified as an Official ThinkBuzan iMindMap Leader (UK), dan International Certified as a ThinkBuzan Facilitator in Applied Innovation-CTFAI (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar