Powered By Blogger

Minggu, 26 Desember 2021

SANTRI DAN PONDOK PESANTREN DI ERA DIGITAL

Sumber Gambar : https://digitalbisa.id/uploads/articles/dt-kesalehan-sosial-ala-santri-milenial-ZhufCSo1Xb.jpg

 

SANTRI DAN PONDOK PESANTREN DI ERA DIGITAL

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Santri identik dengan sarung, peci, dan al-Qur’an atau jilbab dan al-Qur’an bagi santriwati yang setiap hari aktivitasnya mempelajari ilmu-ilmu agama Islam. Menurut Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirodj, M.A., konon istilah “santri” berasal dari bahasa Sanskerta “shastri” yang artinya orang yang belajar kalimat suci dan indah. Para Wali Songo kemudian mengadopsi istilah tersebut sebagai “santri”. Salah pengucapan dalam hal ini biasa, misalnya, kata “syahadatayn” di Jawa menjadi “sekaten” dan seterusnya. Jadi, “shastri” atau “santri” adalah orang yang belajar kalimat suci dan indah, yang menurut pandangan Wali Songo berarti kitab suci Al-Qur’an dan hadis. Kalimat-kalimat suci tersebut kemudian diajarkan, dipahami dan dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari (Octavia, Syatibi, Ali, Gunawan, & Hilmi, 2014).

Santri dan santriwati memang merujuk pada anak-anak maupun remaja yang sedang menimba ilmu agama di pondok pesantren. Istilah santri sangat spesifik merujuk pada peserta didik di lembaga pendidikan agama Islam yang bernama Pesantren atau Pondok Pesantren. Kata santri dan pesantren tidak dapat dipisahkan karena keduanya sangat berkaitan. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang diselenggarakan oleh umat Islam. Keberadaan Pondok pesantren tidak bisa dipisahkan dari sejarah penyebaran agama Islam di bumi nusantara ini (Indonesia). Pada umumnya pondok pesantren didirikan oleh seorang ulama atau kyai di wilayah pemukiman pedesaan. Para santri pondok pesantren hidup dari bercocok tanam dan mengelola lahan pertanian/perkebunan sekitar pondok pesantren. Mungkin demikianlah gambaran yang tersirat dalam pikiran kebanyakan orang ketika mendengar kata santri atau pondok pesantren.

Pesantren adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya (baca: santri) semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Tahukah Anda bahwa kata pesantren sebenarnya berasal dari kata "santri" yang ditambahkan imbuhan "pe" dan akhiran "an". Kata "santri" menurut A. H. Johns berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan istilah santri digunakan untuk menyebut siswa di pesantren. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berkembang di negeri ini diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa (Kemdikbud, 2021).

Tahukah Anda bahwa kata “Pondok Pesantren” merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di beberapa wilayah istilah pondok pesantren memiliki penyebutan yang berbeda-beda. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut (Wikipedia, 2021).

Menurut penuturan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A. dalam kata pengantarnya di buku Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, “ Pesantren merupakan lembaga yang genuin dan tertua di Indonesia. Eksistensinya sudah teruji oleh zaman, sehingga sampai saat ini masih survive dengan berbagai macam dinamikanya. Ciri khas paling menonjol yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya adalah sistem pendidikan dua puluh empat jam, dengan mengkondisikan para santri dalam satu lokasi asrama yang dibagi dalam bilik-bilik atau kamar-kamar sehingga mempermudah mengaplikasikan sistem pendidikan yang total (Octavia et al., 2014).

Pondok pesantren dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu pondok pesantren tradisional dan pondok pesantren modern. Pondok pesantren tradisional lebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren salafi. Pondok pesantren salafi hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja. Sedangkan pondok pesantren modern merujuk pada pondok pesantren yang mengajarkan tidak hanya ilmu agama Islam saja tetapi juga ilmu-ilmu umum. Selain itu perbedaan antara kedua jenis pondok pesantren tersebut adalah dalam hal pengelolaannya atau manajemennya. Pondok pesantren salafi dikelola secara sederhana sedangkan pondok pesantren modern dikelola dengan menerapkan ilmu manajemen modern.

Kehidupan pesantren memang identik dengan kehidupan yang sederhana. Sikap-sikap yang menonjol yang ditampakkan oleh para penghuni pondok pesantren adalah sikap-sikap akhlakul karimah seperti sikap hidup sederhana, sikap tawadhu’ atau rendah hati, sikap toleransi, sikap kepedulian sosial yang tinggi, kepedulian terhadap sesama makhluk Tuhan, dan sikap-sikap mulia lainnya. Sikap-sikap mulia tersebut memang diajarkan dan dicontohkan oleh kyai pengasuh pondok pesantren agar para santri kelak menjadi pribadi-pribadi yang berakhlakul karimah.

Di pondok pesantren, para santri selain diajarkan ilmu tentang agama Islam, mereka juga diajarkan oleh kyai tentang ilmu kehidupan. Para santri diajarkan ilmu tentang bagaimana mereka nanti dapat hidup rukun dan harmonis dengan masyarakat di sekitarnya. Para santri diajarkan ilmu tentang bagaimana mereka nanti mampu mengimplementasikan ilmu-ilmu agamanya dalam kehidupan mereka. Para santri diajarkan ilmu tentang bagaimana mereka nanti dapat bertahan hidup di tengah persaingan yang begitu ketatnya. Jadi, di pondok pesantren para santri dididik, dibina, dilatih dan digembleng dengan sistem pendidikan yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh kyai pengasuh pondok pesantren agar kelak mereka memiliki jiwa yang tangguh dan sikap mental positif.

Seiring perkembangan zaman, khususnya di era industri 4.0 dan era society 5.0 yang sangat mengandalkan penggunaan teknologi digital di setiap bidang kehidupan, maka  pondok pesantren juga dituntut untuk melakukan pembenahan diri. Indonesia telah mengalami perubahan dari socio-agricultural menuju socio-industrial. Tarmidzi Taher memberikan gambaran era industrialisasi dengan kemajuan teknologi akan melahirkan masyarakat prural atau majemuk dimana dihadapkan disintegrasi (runtuhnya nilai-nilai moral) yang pernah dipegangnya. Karenanya pendidikan dipandang sebagai agen tunggal yang paling penting untuk mensosialisasikan kompetensi-kompetensi baru yang dituntut oleh kebutuhan masyarakat yang sedang berubah (Mu’awanah, 2003).

Sekarang mulai banyak pondok pesantren yang beralih menjadi pondok pesantren modern yang ditandai dengan memasukkan muatan ilmu-ilmu umum dalam proses pembelajarannya. Santri pondok pesantren sekarang sudah sangat akrab dengan teknologi digital. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler di pondok pesantren modern telah memasukkan ekstrakurikuler berkaitan dengan penggunaan teknologi informatika. Para santri sekarang sudah familier dengan penggunaan komputer dan internet. Bahkan saat ini sudah banyak para santri pondok pesantren yang menjuarai lomba-lomba robotic yang mengandalkan teknologi komputer.

Santri zaman sekarang yang lebih dikenal dengan sebutan santri millennial telah menampakkan sosok santri yang tidak gagap teknologi. Sekarang sudah banyak lulusan-lulusan pondok pesantren yang berprofesi atau berkarier di dunia pekerjaan yang menggunakan komputer. Juga sudah banyak channel-channel Youtube yang kontennya berisi dakwah agama Islam. Fenomena ini menunjukkan bahwa santri millenial sudah melek teknologi internet. Para santri millennial tersebut telah siap menyongsong kehidupan masa depan yang tidak bisa lepas dari yang namanya internet. Oleh karena itu sangatlah wajar jika sekarang ini animo masyarakat untuk mendaftarkan anak-anaknya ke pondok pesantren meningkat secara signifikan. Para orang tua telah banyak yang menyadari bahwa bekal ilmu agama sangat penting bagi pembentukan akhlak alkarimah anak-anaknya disamping penguasaan kompetensi di bidang ilmu umum atau sains.

Sudah waktunya pondok pesantren mempersiapkan diri menyongsong abad digital dengan melakukan perbaikan kurikulum dengan menambahkan muatan mata pelajaran yang berkaitan penguasaan teknologi digital. Terkait peranan pondok pesantren, Prof. Dr. Masdar Hilmy dalam kata pengantarnya di buku Aku, Buku dan Peradaban menyatakan bahwa. “Komunitas pesantren menempati salah satu segmen sosiologis yang turut berkontribusi dalam membentuk profil kedirian Muslim yang ideal di negeri ini. Pembentukan dan produksi konsep kedirian Muslim oleh komunitas pesantren menjadi mungkin berkat tradisi literasi yang dibangun sejak lama” (Yunus et al., 2018).

Para santri millennial sudah saatnya ikut menjadi agen perubahan peradaban yang sangat kental dengan teknologi digital. Metode dakwah agama Islam juga sudah saatnya beralih menjadi memanfaatkan teknologi digital sebagai media dan sarana mengajarkan ajaran Islam. Narasi-narasi bahwa Islam adalah agama yang dekat dengan teknologi digital harus mulai dibangun. Islam bukan agama konservatif yang tidak mau menerima kemajuan teknologi. Islam adalah agama yang sangat mendukung penggunaan teknologi digital untuk pemenuhan kebutuhan hidup umat manusia. Oleh karena itu sudah waktunya pondok-pondok pesantren menghasilkan santri-santri yang melek teknologi digital tanpa meninggalkan penguasaan ilmu agama. Jika meminjam perkataan Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag., santri-santriwati lulusan pondok pesantren diharapkan memiliki kualitas unggul keimanannya, unggul intelektualnya, unggul keterampilannya, anggun akhlaknya, dan bagus amalnya (Qomar, 2014). Wallahu a’alm. []

 

 

Daftar Pustaka

Kemdikbud. (2021). Pesantren. Retrieved October 14, 2021, from https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/Repositorys/pesantren/

Mu’awanah, E. (2003). Profil Guru Agama Era Globalisasi. In Meniti Jalan Pendidikan Islam (pp. 217–248). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Octavia, L., Syatibi, I., Ali, M., Gunawan, R., & Hilmi, A. (2014). Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren. Jakarta: ReneBook.

Qomar, M. (2014). Menggagas pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wikipedia. (2021). Pesantren. In Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Retrieved from https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pesantren&oldid=18926850

Yunus et al., M. (2018). Aku, Buku, dan Peradaban: Transformasi Pesantren Melalui Penguatan Literasi. Yogyakarta: CV. Istana Agency.

 

 

Biodata Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah alumni madrasah yang berprofesi sebagai dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Beliau adalah penulis lebih dari 65 judul buku, Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP, Peraih Juara 1 nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia di Kementerian Agama RI (2007), Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan Trainer Certified Indomindmap (Indonesia) and ThinkBuzan (UK) in field : Mind Map, Creativity and Innovation, Speed Reading, Super Memory, and Growth Mindset Coach. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Postingan Populer