Sumber Gambar : PUASA MEMBENTUK PRIBADI TAQWA MENGHINDARKAN SAKIT JIWA - BKPP Kabupaten Demak (demakkab.go.id) |
PUASA DAN PERUBAHAN MINDSET
Oleh :
Agung Nugroho
Catur Saputro
Setiap tahun
kita bertemu bulan Ramadhan. Dan setiap tahun pula kita berpuasa sebulan penuh.
Walaupun puasa Ramadhan itu berat, tetapi umat Islam tetap rela melakukannya.
Mengapa? Mungkin bisa karena puasa Ramadhan hukumnya wajib. Bisa juga karena
takut dosa jika tidak berpuasa Ramadhan. Atau bisa pula karena ketaatannya
menjalankan perintah Allah Swt. Manakah alasan yang kita pakai? Mari kita
renungkan!
Puasa Ramadhan adalah ibadah rutinitas yang setiap tahun kita jalankan. Hal penting yang perlu kita pikirkan dan renungkan adalah apakah tujuan hakikat dari perintah puasa Ramadhan? Jika kita sudah bertahun-tahun menjalankan ibadah puasa Ramadhan ini, apakah tujuan dari berpuasa di bulan Ramadhan sudah kita capai? Masih ingatkah kita dengan tujuan puasa Ramadhan yaitu agar kita menjadi hamba Allah Swt yang muttaqin atau orang yang bertakwa.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa (QS. Al-Baqarah [02] :
183).
Setelah
bertahun-tahun kita menjalankan ibadah puasa Ramadhan, apakah sekarang kita
sudah merasa menjadi seorang muttaqin (orang bertakwa)? Jika kita merasa belum
menjadi seorang muttaqin, apakah bisa dimaknai bahwa puasa Ramadhan kita selama
ini belum diterima Allah Swt? Jika kita merasa sudah menjadi seorang muttaqin,
lantas buat apa kita berpuasa Ramadhan lagi? Apakah itu tidak termasuk
perbuatan sia-sia karena kita sudah mendapatkan tujuannya. Benarkah pemikiran demikian
ini? Mari kita diskusikan.
Sahabat pembaca
dan saudara seiman. Penting untuk kita sadari bersama bahwa perintah-perintah
dalam ajaran agama Islam bertujuan untuk kebersinambungan amal ibadah, bukan
mencapai kondisi akhir. Kondisi akhir adalah ketika maut atau kematian telah
menghampiri kita. Sedangkan amalan-amalan ibadah bukan untuk mencapai kematian,
melainkan untuk menjaga agar kita tetap selalu dalam kondisi beribadah kepada
Allah Swt -sebagaimana tujuan manusia diciptakan Allah Swt untuk menyembah
kepada-Nya- hingga sang malaikat maut menjemput kita. Jadi tujuan amalan ibadah
dalam ajaran Islam adalah lebih berorientasi ke proses (process oriented),
bukan ke orientasi produk/final (final oriented). Hal ini sebagai sabda
Rasulullah Saw bahwa Allah Swt menyukai amal kebaikan yang kecil tetapi
kontinyu (dilakukan terus-menerus) daripada amal kebaikan yang besar tetapi dilakukan
hanya sekali. Hadis ini jangan dimaknai bahwa Allah Swt tidak menyukai amal
kebaikan yang besar, tetapi harus dimaknai sebagai motivasi agar kita bisa
beramal kebaikan yang besar secara terus-menerus, kalau belum bisa kontinyu
dengan amalan besar minimal dengan amalan kecil tapi kontinyu. Dari hadis ini
kita jadi paham bahwa Allah Swt lebih meridhai amalan kebaikan yang
berkesinambungan. Allah Swt lebih berorientasi ke proses yang berkesinambungan,
bukan kondisi akhir saja. Proses yang baik pasti akhirnya juga baik.
Analogi dengan
alur pemikiran tersebut di atas, maka tujuan perintah puasa Ramadhan bukanlah
agar kita menjadi bertakwa, tetapi agar kita tetap bertakwa sepanjang hidup. Oleh
karena itu, sangat masuk akal mengapa kita diperintahkan setiap tahun untuk
menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Dan juga masuk akal mengapa Allah Swt
menjelaskan tujuan dari puasa Ramadhan agar kita bertakwa. Takwa itu adalah
sebuah proses, bukan hasil akhir. Untuk menjadi seorang dengan derajat
muttaqin, maka kita harus terus berusaha tetap di jalan kebaikan dengan
menjalankan perintah-perintah Allah Swt dan sekuat tenaga menjauhi segala
larangan-Nya. Demikianlah mindset (pola pikir) kita yang harus berubah dalam
menjalankan amalan ibadah dari final oriented bergeser ke process oriented. Wallahu a’lam bish-shawab. []
Gumpang Baru, 16 April 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar