Powered By Blogger

Minggu, 29 Mei 2022

PENDIDIKAN DAN LITERASI PEREMPUAN INDONESIA

Sumber Gambar : http://rdk.fidkom.uinjkt.ac.id/index.php/2020/11/25/pentingnya-pendidikan-tinggi-bagi-perempuan/
 

PENDIDIKAN DAN LITERASI PEREMPUAN INDONESIA

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Awal bulan Mei ini bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (hardiknas). Walaupun peringatan Hardiknas tahun ini terasa kurang berkesan karena semua orang lebih fokus dan konsentrasi pada acara mudik hari raya Idul Fitri 1443 H, tetaplah peringatan hardiknas harus dimaknai. Adapun tema yang diangkat dalam Hari Pendidikan Nasional 2022 adalah “Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka Belajar” (Duan, 2022).

Penting untuk diketahui bahwa saat ini Indonesia sedang berusaha menyukseskan program SDGs atau Sustainable Development Goals. SDGs adalah suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Salah satu target SDGs adalah pendidikan yang bermutu. Cara mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah dengan memastikan terlaksananya pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, serta mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang. Pemerataan pendidikan yang dimaksud tentu bukan hanya pemerataan di desa atau kawasan terpencil saja, namun juga pemerataan pendidikan baik bagi perempuan ataupun laki-laki di Indonesia (Az-Zahro, 2022)

            Isu permasalahan pendidikan yang berlangsung sejak dulu dan masih berlangsung hingga sekarang adalah terkait persamaan hak untuk mengakses pendidikan. Di daerah-daerah terpencil, hak memperoleh pendidikan belum sepenuhnya terpenuhi. Di daerah-daerah pedesaan masih terdapat pembatasan hak mengakses pendidikan untuk orang-orang tertentu, salah satunya adalah perempuan. Masih ditemukan pandangan di masyarakat tertentu bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya kodrat perempuan adalah menjadi istri dan ibu rumah tangga untuk melayani suami dan keluarganya.

             Perempuan juga seakan tidak diizinkan untuk berada di sektor publik. Apabila ada keluarga yang hanya bisa membiayai satu anak untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dapat dipastikan bahwa kesempatan tersebut akan diberikan pada anak laki-laki. Diskriminasi perempuan dalam sektor pendidikan akibat dari budaya feodal patriarki menyebabkan tingginya angka putus sekolah pada perempuan di Indonesia. Di daerah pesisir Madura misalnya, masyarakat pesisir Madura menganggap bahwa posisi perempuan berada di bawah laki-laki (Az-Zahro, 2022).

            Dalam Islam, kesempatan mencari ilmu terbuka lebar baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan. Islam tidak membeda-bedakan gender dalam kesempatan menuntut ilmu pengetahuan (mengakses pendidikan). Laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan. Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”. Hadis ini menegaskan bahwa setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib menuntut ilmu tanpa terkecuali.

Mengapa dalam Islam wajib bagi setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu? Hazhira Qudsy (2021) memberikan alasannya, yaitu karena ada banyak keutamaan ilmu. Beberapa keutamaan ilmu di antaranya adalah:

1.        Ilmu adalah kekhususan, ilmu adalah keistimewaan yang Allah Swt khususkan hanya untuk manusia semata. Selain ilmu, manusia dan hewan memiliki kesamaan.

2.        Ilmu dapat mengantarkan seseorang menuju kepada kebajikan dan ketaqwaan. Dan sebab ketaqwaan itu, seseorang dapat memperoleh kemuliaan di sisi Allah Swt dan kebahagiaan abadi.

Di era sekarang yang serba mengandalkan teknologi digital, kemampuan literasi sangat penting dimiliki, khususnya kemampuan literasi informasi dan literasi digital. Kemampuan literasi seseorang sangat berkorelasi dengan pengetahuan dan tingkat pendidikannya.

            Di era digital sekarang ini sangat diperlukan kemampuan memahami informasi melaui media digital. Kemampuan ini sering disebut dengan kecakapan literasi digital. Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan memakai informasi dari berbagai sumber, yang bisa diakses melalui komputer. Dari buku “Literasi Digital”, UNESCO menjelaskan tentang literasi digital yang berhubungan dengan life skills (kecakapan). Kemampuan ini tak hanya melibatkan teknologi saja, tetapi kemampuan untuk belajar, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif untuk kompetensi digital (Fajri, 2021).  Steve Wheeler dalam tulisannya yang berjudul Digital Literacies for Engagement in Emerging Online Cultures (2012) menyatakan bahwa terdapat sembilan komponen penting yang termuat dalam literasi digital. Sembilan komponen tersebut yakni social networking, transliteracy, maintaining privacy, managing identify, creating content, organising and sharing content, reusing/repurposing content, filtering and selecting content, serta self broadcasting (Kurniasih, 2021).

Literasi berkaitan dengan aktivitas membaca dan menulis, walaupun jika dipahami lebih mendalam lagi juga berkaitan dengan aktivitas menelaah dan menyunting suatu teks bacaan. Menurut kamus online Merriam – Webster, literasi ialah suatu kemampuan atau kualitas melek aksara di dalam diri seseorang dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual. Sedangkan menurut literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama ketrampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. Sementara itu, National Institute for Literacy, mendefinisikan literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu (Anonim, 2020).

Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi ternyata  berevolusi mengikuti perkembangan zaman. Jika dulu definisi literasi selalu dikaitkan dengan  kemampuan membaca dan menulis, maka kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, meliputi, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemua verba tersebut  merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis (Intan, 2021).

Kemampuan literasi seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya. Kedalaman pengetahuan dan wawasan yang luas terhadap berbagai bidang ilmu akan membuat seseorang memiliki tingkat literasi yang tinggi pula. Kedalaman pengetahuan sangat berkorelasi dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuannya juga semakin tinggi dan mendalam. Oleh karena itu, perempuan yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga relatif akan memiliki kemampuan literasi yang tinggi pula. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Sari (2018) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan literasi dengan kompetensi inti pengetahuan siswa, dengan arah korelasi positif, artinya semakin tinggi kemampuan literasi maka semakin tinggi pula kompetensi inti pengetahuan yang diperoleh siswa.

Persamaan hak dan kesempatan untuk mendapatkan akses pendidikan yang seluas-luasnya bagi perempuan agar memiliki tingkat kemampuan literasi yang tinggi perlu terus diupayakan dan diperjuangkan oleh semua pihak. Perjuangan RA Kartini dalam menyuarakan emansipasi perempuan dalam memperoleh pendidikan harus terus dilanjutkan. RA Kartini adalah sosok perempuan inspiratif karena kemampuan literasinya yang tinggi sehingga membuatnya memiliki kepekaan terhadap kondisi para perempuan yang dibatasi dalam mengaktualisaikan diri. Karena tingkat literasinya yang tinggi juga membuat RA Kartini memiliki permikiran-pemikiran yang maju dan visioner tentang kondisi bangsanya, khususnya terkait kesempatan memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya bagi perempuan.

Di era digital ini, kemampuan literasi digital bagi kaum parempuan memegang peran penting. Perempuan sangat dekat dengan dunia pendidikan, karena di unit masyarakat terkecil yaitu keluarga, kaum ibulah yang menjadi madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anaknya. Di samping itu juga banyak kaum perempuan yang menjadi pendidik di lembaga-lembaga pendidikan formal. Hal ini menunjukkan bahwa peranan perempuan dan kemampuan literasi digitalnya sangat penting dalam mendukung proses pendidikan yang sekarang ini sangat mengandalkan teknologi digital (internet).

Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Literasi Digital, Dedy Permadi mengatakan, "Rata-rata hanya 20% perempuan Indonesia memiliki akses internet, dan di antara mereka hanya 26% yang mengutarakan pendapat secara daring untuk mencari informasi yang kritis mengenai hak perempuan dan hanya 5% dari jumlah tersebut yang menggunakan internet untuk mengekspresikan pandangannya guna mendapatkan informasi di website sebagai penunjang mendapatkan hak kesetaraan.” Pernyataan ini diperkuat oleh hasil survei tahun 2018 oleh World Wide Web Foundation bertajuk "Women's Rights Online", yang menyatakan bahwa ada kesenjangan gender yang besar di bidang digital di Indonesia (Hope, 2022).

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perempuan-perempuan Indonesia harus mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengakses pendidikan bahkan sampai jenjang pendidikan tertinggi. Perempuan-perempuan Indonesia harus memiliki kemampuan literasi yang setinggi-tingginya, terutama kemampuan literasi digital  karena mereka akan berperan dalam mendukung kemajuan pembangunan nasional melalui perananya dalam proses pendidikan formal maupun pendidikan keluarga. Kita ingat sebuah pepatah yang mengatakan bahwa jika ingin melihat kemajuan suatu bangsa maka lihatlah bagaimana perempuannya karena perempuan adalah cerminan dari suatu bangsa. Wallahu a’lam. []

 

Gumpang Baru, 24 Mei 2022

 

Referensi

Anonim. (2020, October 14). Pengertian Literasi Menurut Para Ahli, Tujuan, Manfaat, Jenis dan Prinsip. Retrieved May 22, 2022, from SEVIMA website: https://sevima.com/pengertian-literasi-menurut-para-ahli-tujuan-manfaat-jenis-dan-prinsip/

Az-Zahro, D. N. (2022, January 15). Diskriminasi Perempuan dalam Bidang Pendidikan. Retrieved May 11, 2022, from Yoursay.id website: https://yoursay.suara.com/kolom/2022/01/15/090000/diskriminasi-perempuan-dalam-bidang-pendidikan

Duan, F. (2022, Mei  , 15:35 WIB). Hari Pendidikan Nasional 2022: Ini Arti Logo, Tema, dan Jadwal Pelaksanaan Upacara Hardiknas - Pikiran Rakyat Depok. Retrieved May 10, 2022, from https://depok.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-094396166/hari-pendidikan-nasional-2022-ini-arti-logo-tema-dan-jadwal-pelaksanaan-upacara-hardiknas

Fajri, D. L. (2021, December 29). Pengertian Literasi Digital Menurut Para Ahli dan Manfaatnya—Nasional Katadata.co.id. Retrieved May 11, 2022, from Katadata.co.id website: https://katadata.co.id/intan/berita/61cc3dc639d4e/pengertian-literasi-digital-menurut-para-ahli-dan-manfaatnya

Hope, J. F. (2022, April 13). Perempuan dan Literasi Digital Indonesia. Retrieved May 24, 2022, from VIVA.CO.ID website: https://www.viva.co.id/vstory/opini-vstory/1466604-perempuan-dan-literasi-digital-indonesia

Intan, N. (2021, February 10). Pengertian Literasi: Jenis, Tujuan, Manfaat, Contoh, dan Prinsipnya. Retrieved May 22, 2022, from Penerbit Deepublish website: https://penerbitdeepublish.com/pengertian-literasi/

Kurniasih, W. (2021, November 23). Pengertian Literasi Digital: Komponen, Manfaat, Dan Upaya Peningkatan - Gramedia Literasi. Retrieved May 11, 2022, from Gramedia Blog website: https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-literasi-digital/

Qudsy, H. (2021, August 17). Bersungguh-Sungguh Dalam Menuntut Ilmu. Retrieved May 11, 2022, from Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) UII website: https://kemahasiswaan.uii.ac.id/bersungguh-sungguh-dalam-menuntut-ilmu/

Sari, N. A. M. Y. (2018). Hubungan antara Kemampuan Literasi dengan Kompetensi Inti Pengetahuan Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2017/2018. Indonesian Journal Of Educational Research and Review, 1(2), 94–103. doi: 10.23887/ijerr.v1i2.14708

 

 

 

BIODATA PENULIS

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menempuh Pendidikan S1 (S.Pd) di Universitas Sebelas Maret dan Pendidikan S2 (M.Sc.) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 75 judul buku (baik buku solo maupun buku kolaborasi), Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia MA/SMA (2007), Peraih SPK AWARD Peringkat 1 (2021), Peraih INOVASI DAN P2M AWARD LPPM UNS Peringkat 2 (2022), Peraih INDONESIA TOP 5000 SCIENTISTS (2022), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP (2020), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan Trainer tersertifikasi Indomindmap Certified Trainer-ICT &  Indomindmap Certified Growth Mindset Coach (Indonesia), ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan ThinkBuzan Certified Mind Map Facilitator (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer