Sumber Gambar : http://rdk.fidkom.uinjkt.ac.id/index.php/2020/11/25/pentingnya-pendidikan-tinggi-bagi-perempuan/ |
PENDIDIKAN DAN LITERASI PEREMPUAN INDONESIA
Oleh:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Awal bulan Mei ini bangsa
Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (hardiknas). Walaupun
peringatan Hardiknas tahun ini terasa kurang berkesan karena semua orang lebih
fokus dan konsentrasi pada acara mudik hari raya Idul Fitri 1443 H, tetaplah
peringatan hardiknas harus dimaknai. Adapun tema yang diangkat dalam Hari
Pendidikan Nasional 2022 adalah “Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka
Belajar” (Duan, 2022).
Penting untuk diketahui bahwa saat ini Indonesia sedang berusaha
menyukseskan program SDGs atau Sustainable Development Goals. SDGs
adalah suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk
Indonesia, untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi
lingkungan. SDGs berisi 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai
pada tahun 2030. Salah satu target SDGs adalah pendidikan yang bermutu. Cara mewujudkan
pendidikan yang bermutu adalah dengan memastikan terlaksananya pendidikan yang
inklusif dan berkualitas setara, serta mendukung kesempatan belajar seumur
hidup bagi semua orang. Pemerataan pendidikan yang dimaksud tentu bukan hanya
pemerataan di desa atau kawasan terpencil saja, namun juga pemerataan
pendidikan baik bagi perempuan ataupun laki-laki di Indonesia (Az-Zahro,
2022).
Isu
permasalahan pendidikan yang berlangsung sejak dulu dan masih berlangsung
hingga sekarang adalah terkait persamaan hak untuk mengakses pendidikan. Di
daerah-daerah terpencil, hak memperoleh pendidikan belum sepenuhnya terpenuhi.
Di daerah-daerah pedesaan masih terdapat pembatasan hak mengakses pendidikan
untuk orang-orang tertentu, salah satunya adalah perempuan. Masih ditemukan
pandangan di masyarakat tertentu bahwa perempuan tidak perlu sekolah
tinggi-tinggi karena pada akhirnya kodrat perempuan adalah menjadi istri dan
ibu rumah tangga untuk melayani suami dan keluarganya.
Perempuan juga seakan tidak diizinkan untuk
berada di sektor publik. Apabila ada keluarga yang hanya bisa membiayai satu
anak untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dapat dipastikan
bahwa kesempatan tersebut akan diberikan pada anak laki-laki. Diskriminasi perempuan dalam
sektor pendidikan akibat dari budaya feodal patriarki menyebabkan tingginya
angka putus sekolah pada perempuan di Indonesia. Di daerah pesisir Madura
misalnya, masyarakat pesisir Madura menganggap bahwa posisi perempuan berada di
bawah laki-laki (Az-Zahro,
2022).
Dalam
Islam, kesempatan mencari ilmu terbuka lebar baik untuk laki-laki maupun untuk
perempuan. Islam tidak membeda-bedakan gender dalam kesempatan menuntut ilmu
pengetahuan (mengakses pendidikan). Laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan
kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan. Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.
Hadis ini menegaskan bahwa setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib
menuntut ilmu tanpa terkecuali.
Mengapa
dalam Islam wajib bagi setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut
ilmu? Hazhira Qudsy (2021) memberikan
alasannya, yaitu karena ada banyak keutamaan ilmu. Beberapa keutamaan ilmu di antaranya
adalah:
1.
Ilmu adalah kekhususan, ilmu adalah
keistimewaan yang Allah Swt khususkan hanya untuk manusia semata. Selain
ilmu, manusia dan hewan memiliki kesamaan.
2.
Ilmu dapat mengantarkan seseorang menuju
kepada kebajikan dan ketaqwaan. Dan sebab ketaqwaan itu, seseorang dapat
memperoleh kemuliaan di sisi Allah Swt dan kebahagiaan abadi.
Di era sekarang yang
serba mengandalkan teknologi digital, kemampuan literasi sangat penting
dimiliki, khususnya kemampuan literasi informasi dan literasi digital.
Kemampuan literasi seseorang sangat berkorelasi dengan pengetahuan dan tingkat
pendidikannya.
Di
era digital sekarang ini sangat diperlukan kemampuan memahami informasi melaui
media digital. Kemampuan ini sering disebut dengan kecakapan literasi digital. Literasi
digital adalah kemampuan untuk memahami dan memakai informasi dari berbagai
sumber, yang bisa diakses melalui komputer. Dari buku “Literasi Digital”,
UNESCO menjelaskan tentang literasi digital yang berhubungan dengan life skills (kecakapan). Kemampuan ini
tak hanya melibatkan teknologi saja, tetapi kemampuan untuk belajar, berpikir
kritis, kreatif, dan inovatif untuk kompetensi digital (Fajri, 2021). Steve Wheeler dalam tulisannya yang berjudul Digital Literacies for Engagement in
Emerging Online Cultures (2012) menyatakan bahwa terdapat sembilan komponen
penting yang termuat dalam literasi digital. Sembilan komponen tersebut
yakni social networking,
transliteracy, maintaining privacy, managing identify, creating content,
organising and sharing content, reusing/repurposing content, filtering and
selecting content, serta self
broadcasting (Kurniasih, 2021).
Literasi berkaitan
dengan aktivitas membaca dan menulis, walaupun jika dipahami lebih mendalam
lagi juga berkaitan dengan aktivitas menelaah dan menyunting suatu teks bacaan.
Menurut kamus online Merriam – Webster, literasi ialah suatu kemampuan atau
kualitas melek aksara di dalam diri seseorang dimana di dalamnya terdapat
kemampuan membaca, menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara
visual. Sedangkan menurut literasi ialah seperangkat keterampilan nyata,
terutama ketrampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang
mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. Sementara itu, National
Institute for Literacy, mendefinisikan literasi sebagai “kemampuan individu
untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada
tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.”
Definisi ini memaknai literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari
definisi ini terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada
keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu (Anonim, 2020).
Literasi adalah
kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses
membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi ternyata berevolusi mengikuti perkembangan zaman. Jika
dulu definisi literasi selalu dikaitkan dengan
kemampuan membaca dan menulis, maka kini ungkapan literasi memiliki
banyak variasi, seperti literasi media, literasi komputer, literasi sains,
literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam
masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, meliputi,
menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemua verba
tersebut merujuk pada kompetensi atau
kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis (Intan, 2021).
Kemampuan literasi seseorang
sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya. Kedalaman pengetahuan dan wawasan yang
luas terhadap berbagai bidang ilmu akan membuat seseorang memiliki tingkat
literasi yang tinggi pula. Kedalaman pengetahuan sangat berkorelasi dengan
tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
pengetahuannya juga semakin tinggi dan mendalam. Oleh karena itu, perempuan
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga relatif akan memiliki
kemampuan literasi yang tinggi pula. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Sari (2018) yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan literasi
dengan kompetensi inti pengetahuan siswa, dengan arah korelasi positif, artinya
semakin tinggi kemampuan literasi maka semakin tinggi pula kompetensi inti
pengetahuan yang diperoleh siswa.
Persamaan hak dan
kesempatan untuk mendapatkan akses pendidikan yang seluas-luasnya bagi
perempuan agar memiliki tingkat kemampuan literasi yang tinggi perlu terus
diupayakan dan diperjuangkan oleh semua pihak. Perjuangan RA Kartini dalam
menyuarakan emansipasi perempuan dalam memperoleh pendidikan harus terus
dilanjutkan. RA Kartini adalah sosok perempuan inspiratif karena kemampuan
literasinya yang tinggi sehingga membuatnya memiliki kepekaan terhadap kondisi
para perempuan yang dibatasi dalam mengaktualisaikan diri. Karena tingkat
literasinya yang tinggi juga membuat RA Kartini memiliki permikiran-pemikiran
yang maju dan visioner tentang kondisi bangsanya, khususnya terkait kesempatan
memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya bagi perempuan.
Di era digital ini,
kemampuan literasi digital bagi kaum parempuan memegang peran penting.
Perempuan sangat dekat dengan dunia pendidikan, karena di unit masyarakat
terkecil yaitu keluarga, kaum ibulah yang menjadi madrasah (sekolah) pertama
bagi anak-anaknya. Di samping itu juga banyak kaum perempuan yang menjadi
pendidik di lembaga-lembaga pendidikan formal. Hal ini menunjukkan bahwa
peranan perempuan dan kemampuan literasi digitalnya sangat penting dalam
mendukung proses pendidikan yang sekarang ini sangat mengandalkan teknologi
digital (internet).
Staf Khusus Menteri
Komunikasi dan Informatika Bidang Literasi Digital, Dedy Permadi mengatakan,
"Rata-rata hanya 20% perempuan Indonesia memiliki akses internet, dan di
antara mereka hanya 26% yang mengutarakan pendapat secara daring untuk mencari
informasi yang kritis mengenai hak perempuan dan hanya 5% dari jumlah tersebut
yang menggunakan internet untuk mengekspresikan pandangannya guna mendapatkan
informasi di website sebagai penunjang mendapatkan hak kesetaraan.” Pernyataan
ini diperkuat oleh hasil survei tahun 2018 oleh World Wide Web Foundation
bertajuk "Women's Rights Online", yang menyatakan bahwa ada
kesenjangan gender yang besar di bidang digital di Indonesia (Hope, 2022).
Berdasarkan alur
pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perempuan-perempuan Indonesia
harus mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengakses pendidikan
bahkan sampai jenjang pendidikan tertinggi. Perempuan-perempuan Indonesia harus
memiliki kemampuan literasi yang setinggi-tingginya, terutama kemampuan
literasi digital karena mereka akan
berperan dalam mendukung kemajuan pembangunan nasional melalui perananya dalam
proses pendidikan formal maupun pendidikan keluarga. Kita ingat sebuah pepatah
yang mengatakan bahwa jika ingin melihat kemajuan suatu bangsa maka lihatlah
bagaimana perempuannya karena perempuan adalah cerminan dari suatu bangsa. Wallahu a’lam. []
Gumpang Baru, 24 Mei 2022
Referensi
Anonim. (2020,
October 14). Pengertian Literasi Menurut Para Ahli, Tujuan, Manfaat, Jenis dan
Prinsip. Retrieved May 22, 2022, from SEVIMA website:
https://sevima.com/pengertian-literasi-menurut-para-ahli-tujuan-manfaat-jenis-dan-prinsip/
Az-Zahro, D. N.
(2022, January 15). Diskriminasi Perempuan dalam Bidang Pendidikan. Retrieved
May 11, 2022, from Yoursay.id website:
https://yoursay.suara.com/kolom/2022/01/15/090000/diskriminasi-perempuan-dalam-bidang-pendidikan
Duan, F. (2022,
Mei , 15:35 WIB). Hari Pendidikan
Nasional 2022: Ini Arti Logo, Tema, dan Jadwal Pelaksanaan Upacara Hardiknas -
Pikiran Rakyat Depok. Retrieved May 10, 2022, from
https://depok.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-094396166/hari-pendidikan-nasional-2022-ini-arti-logo-tema-dan-jadwal-pelaksanaan-upacara-hardiknas
Fajri, D. L.
(2021, December 29). Pengertian Literasi Digital Menurut Para Ahli dan
Manfaatnya—Nasional Katadata.co.id. Retrieved May 11, 2022, from Katadata.co.id
website:
https://katadata.co.id/intan/berita/61cc3dc639d4e/pengertian-literasi-digital-menurut-para-ahli-dan-manfaatnya
Hope, J. F.
(2022, April 13). Perempuan dan Literasi Digital Indonesia. Retrieved May 24,
2022, from VIVA.CO.ID website: https://www.viva.co.id/vstory/opini-vstory/1466604-perempuan-dan-literasi-digital-indonesia
Intan, N. (2021,
February 10). Pengertian Literasi: Jenis, Tujuan, Manfaat, Contoh, dan
Prinsipnya. Retrieved May 22, 2022, from Penerbit Deepublish website:
https://penerbitdeepublish.com/pengertian-literasi/
Kurniasih, W.
(2021, November 23). Pengertian Literasi Digital: Komponen, Manfaat, Dan Upaya
Peningkatan - Gramedia Literasi. Retrieved May 11, 2022, from Gramedia Blog
website: https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-literasi-digital/
Qudsy, H. (2021,
August 17). Bersungguh-Sungguh Dalam Menuntut Ilmu. Retrieved May 11, 2022,
from Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) UII website:
https://kemahasiswaan.uii.ac.id/bersungguh-sungguh-dalam-menuntut-ilmu/
Sari, N. A. M.
Y. (2018). Hubungan antara Kemampuan Literasi dengan Kompetensi Inti
Pengetahuan Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara
Tahun Pelajaran 2017/2018. Indonesian Journal Of Educational Research and
Review, 1(2), 94–103. doi: 10.23887/ijerr.v1i2.14708
BIODATA PENULIS
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menempuh Pendidikan S1 (S.Pd) di
Universitas Sebelas Maret dan Pendidikan S2 (M.Sc.) di Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di
Program Studi S3 Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Selain sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang
telah menerbitkan lebih dari 75 judul buku (baik buku solo maupun buku
kolaborasi), Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia
MA/SMA (2007), Peraih SPK AWARD Peringkat 1 (2021), Peraih INOVASI DAN P2M
AWARD LPPM UNS Peringkat 2 (2022), Peraih INDONESIA TOP 5000 SCIENTISTS (2022),
Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP (2020), Konsultan penerbitan buku
pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan 3,
dan Trainer tersertifikasi Indomindmap Certified Trainer-ICT & Indomindmap Certified Growth Mindset Coach
(Indonesia), ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator (UK),
ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified
Memory Practitioner (UK), dan ThinkBuzan Certified Mind Map Facilitator (UK).
Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email :
anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook
: Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar