Powered By Blogger

Kamis, 11 September 2025

JANGAN SUKA DIKASIHANI ORANG LAIN

 

JANGAN SUKA DIKASIHANI ORANG LAIN

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.



Salah satu orang yang sangat berperan penting dalam membentuk sikap dan kepribadian saya adalah kakak kandung pertama saya sendiri, yaitu mas Dr. Agus Fatuh Widoyo, S.Ag., M.S.I. Beliau lah yang waktu remaja ikut membentuk kepribadian saya saat masih kecil. Waktu masih remaja, kakak saya tersebut sudah memiliki sikap dan kepribadian seperti halnya orang dewasa. 


Kami dilahirkan di keluarga yang berkehidupan kurang. Ayah seorang PNS golongan rendah karena hanya lulusan sekolah PGA. Adapun ibu tidak lulus sekolah rakyat (setara SD) dan menjadi ibu rumah tangga. Karena sumber keuangan keluarga hanya berasal dari ayah yang gajinya kecil, maka praktis perekonomian keluarga sangat kurang. Asupan makanan yang kami makan sangat jauh dari kata bergizi. Kami sering makan dari sego aking ataupun nasi tiwul. Lauknya pun hanya dari adonan tepung beras diberi irisan kelapa yang digoreng. Waktu kecil badan saya kurus karena memang kurang makan makanan yang bergizi. 


Dengan kondisi kehidupan keluarga yang seperti itu, kami dituntut untuk tetap mampu hidup dengan tegar. Mas Agus sebagai anak pertama dipaksa harus lebih cepat berpikiran dewasa sebelum waktunya. Oleh karena itu, walaupun masih remaja, mas Agus sudah bisa berpikir dan bersikap sebagaimana layaknya orang dewasa. Kondisi kehidupan yang memaksanya harus begitu karena tidak ada pilihan lain. 


Dulu karena sesuatu hal terkait permasalahan keluarga, ayah dan ibu sempat berpisah tempat tinggal walaupun masih tetap dalam satu ikatan pernikahan. Ayah tinggal di rumah orang tuanya di Boyolali sedangkan ibu tinggal di rumah orang tuanya di Karanganyar. Anak-anaknya yang berjumlah lima orang pun dibagi menjadi dua. Saya dan mas Agus ikut tinggal bersama ayah di Boyolali sedangkan dua kakak perempuan dan adik saya tinggal bersama ibu di Karanganyar. 


Karena saya dan mas Agus tinggal bersama ayah, maka ayah berperan ganda sebagai ayah sekaligus ibu rumah tangga. Semua urusan kehidupan rumah tangga dilakukan ayah, seperti memasak,  mencuci baju, menyeterika seragam sekolah, dan lain-lain. Saya yang masih TK dan mas Agus yang masih sekolah MTs harus menjalani kehidupan tanpa kehadiran sosok ibu. Kami dipaksa harus menjalani kehidupan  dengan sikap orang dewasa. 


Saya yang masih TK pulang sekolah sebelum dhuhur, sehingga di rumah tidak ada orang. Mas Agus pulang sekolah jam 1 siang. Kami pulang sekolah sering tidak ada makanan di rumah. Kami makan siang menunggu ayah pulang untuk memasaknya. Ayah bekerja di kabupaten Karanganyar dan pulang sampai rumah jam 3 sore. Jadi kami biasa makan siang setelah waktu Ashar karena jam 3 sore ayah baru pulang dan masak dulu. 


Kondisi seperti itu hampir kami alami setiap hari. Makanya setiap kali pulang sekolah, setelah ganti baju saya langsung main dengan teman sampai sore. Ketika tiba waktu dhuhur, teman pulang untuk makan siang. Saya ikut main ke rumah teman karena di rumah tidak ada orang. Orang tua teman sering bertanya ke saya, "Apakah sudah makan siang?" Saya pun menjawab, "Belum karena ayah belum pulang". Mendengar jawaban saya, maka orang tua teman saya menawari saya ikut makan siang. Karena lapar, saya pun mengiyakan. Peristiwa seperti itu beberapa kali terjadi hingga suatu saat mas Agus yang sedang perjalanan pulang dari sekolah melihat saya sedang makan siang di rumah teman. 


Setelah kejadian tersebut, saat di rumah, mas Agus mengajak saya bicara dan menasihati saya. Mas Agus berkata, "Kita memang orang tidak punya. Keluarga kita memang miskin. Tetapi kita tidak boleh senang dikasihani orang lain. Kemiskinan kita tidak boleh kita jadikan alasan untuk menjadi lemah. Jadi jangan suka makan di rumah orang lain atau mau diberi makan orang lain". Perkataan mas Agus tersebut sangat menusuk dan membekas di hati dan pikiran saya. Saya yang waktu itu masih anak TK sudah bisa menangkap maksud perkataan kakak saya yang masih duduk di sekolah MTs tersebut. 


Oleh karena itu, sejak dinasehati oleh mas Agus tersebut, saya selalu menolak jika ditawari makan orang tua teman saya. Saya tidak mau menjadi orang yang lemah. Saya tidak mau menjadi orang yang mudah dikasihani orang lain. Saya ingin menjadi orang yang kuat, mandiri,  dan sukses. Dan Alhamdulillah akhirnya Allah SWT meridhoi doa-doa, harapan, dan cita-cita kami berdua. Saya dan mas Agus sekarang sama-sama menjalani profesi sebagai dosen. Kami berdua juga alhamdulillah sama-sama bisa menempuh pendidikan tinggi hingga jenjang doktor. Atas ridho dan iradah-Nya, kehidupan kami berdua sekarang telah jauh lebih baik dan lebih sejahtera di bandingkan kehidupan kami di masa kecil dulu. Alhamdulillah... []


Gumpang Baru, 11 September 2025

MENJADI PRIBADI YANG BERPRESTASI

Foto Aisyah Izzatunnisa Putri Nugroho 


MENJADI PRIBADI YANG BERPRESTASI 

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Di dalam perkuliahan, saya  selalu memotivasi mahasiswa agar selain fokus meningkatkan kompetensi akademik dengan mengikuti proses perkuliahan dengan sebaik-baiknya dan berusaha meraih IPK tinggi, saya juga mendorong mereka agar juga mengenali kemungkinan potensi non akademik yang tersembunyi dalam dirinya dan membangkitkannya dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat memperkuat softskill mereka. 


Motivasi tersebut saya sampaikan secara rasional karena mereka tidak tidak mengetahui, di masa depan nanti, manakah antara potensi akademik atau potensi non akademik yang akan menjadi jalan kesuksesan mereka. Jika mereka mampu memaksimalkan potensi akademik maupun potensi non akademiknya hingga menjadi kompetensi yang unggul, maka di masa depan nanti mereka bisa sukses melalui kedua potensi tersebut ataupun salah satunya. Tetapi yang terpenting adalah mereka telah memiliki bekal untuk meraih kesuksesan dengan bekal potensi titipan Tuhan dalam diri mereka. 


Tuhan membekali diri setiap orang berupa potensi diri. Potensi diri tersebut bersifat laten yang perlu dibangunkan pada waktunya. Potensi diri harus dibangunkan dan dibangkitkan menjadi kompetensi dan skill  yang menjadi bekal kehidupan. Masing-masing orang boleh jadi memiliki potensi diri yang berbeda-beda yang menjadi keistimewaan dirinya. Setiap orang adalah unik dan istimewa karena memiliki keunggulan sendiri-sendiri. 


Apakah setiap orang tahu potensi dirinya? Potensi diri merupakan kemampuan diri yang bersifat laten (tersembunyi). Setiap orang perlu mengenali potensi diri yang tersimpan dalam dirinya. Oleh karena itu, setiap orang harus mampu mengeksplorasi dan mengidentifikasi potensi-potensi yang tersimpan dalam dirinya. 


Bagaimana cara mengenali potensi diri? Cara untuk mengenali potensi diri dalam diri adalah melalui menjalani aktivitas-aktivitas baru. Dengan berani melakukan hal-hal baru, seseorang akan mampu mengidentifikasi jenis-jenis kemampuan dirinya. Melalui aktivitas-aktivitas baru, seseorang bisa menyadari jenis keahlian yang dikuasainya. 


Ada tipe orang yang mudah menguasai kompetensi bidang akademik dan ada tipe orang yang lebih mudah menguasai kompetensi bidang non akademik. Tetapi seseorang tidak bisa memastikan dirinya kelak akan sukses di bidang akademik atau bidang non akademik. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk sejak dini mengenali potensi dirinya cenderung ke bidang akademik atau ke bidang non akademik.


Mengenali jenis potensi diri lebih awal akan membuat seseorang dapat menyiapkan dirinya untuk menjadi ahli di bidang keahliannya dengan lebih awal dan lebih lama sehingga peluang dirinya sukses di bidang tersebut akan semakin besar. Keuntungan mengenali potensi diri lebih awal adalah dapat memiliki waktu yang lebih lama untuk melatih kemampuan dan skill sehingga dapat menjadi orang yang benar-benar ahli di bidangnya. 


Masa muda adalah waktu yang sangat berharga untuk proses mengenali dan memberdayakan potensi diri. Masa muda adalah waktu yang tepat untuk mencatatkan banyak prestasi di berbagai bidang ilmu dan keahlian. Capaian prestasi di masa muda akan menjadi catatan rekam jejak kemampuan seseorang yang akan berguna kelak ketika memasuki dunia kerja. Catatan rekam jejak prestasi diri dapat menjadi bukti pengalaman dan kemampuan diri. Dengan memiliki banyak bukti pencapaian prestasi diri di berbagai bidang, maka akan memudahkan pelaku dunia kerja mengenali kemampuan yang dimiliki seseorang, sehingga ia akan lebih cepat menemukan lapangan kerjanya. []


Surakarta, 11 September 2025


Postingan Populer