Powered By Blogger

Senin, 29 September 2025

MEMANDANG ILMU KIMIA DARI KACAMATA RELIGIUS


MEMANDANG ILMU KIMIA DARI KACAMATA RELIGIUS

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Ilmu kimia merupakan salah satu bidang ilmu sains yang khusus mempelajari materi. Kajian dalam ilmu kimia mengkhususkan tentang susunan atom-atom penyusun materi, komposisi atom-atom pembentuk materi, sifat materi dampak dari struktur komponen atom-atom penyusunnya, perubahan materi atau reaksi kimia, dan perubahan energi yang menyertai reaksi kimia yang terjadi materi. Secara umum, kimia dapat juga sebut ilmu tentang materi.

Ilmu kimia berkembang dengan ditopang oleh hasil kajian teoritis dan pengalaman praktis di laboratorium. Konsep-konsep dalam ilmu kimia merupakan hasil kesimpulan para ahli kimia terhadap gejala, fenomena, dan peristiwa yang diamati saat proses eksperimen kimia di laboratorium. Sifat dan perubahan materi yang teramati ketika proses eksperimen di laboratorium disimpulkan memiliki keterkaitan dengan perlakuan yang diberikan pada materi. Gejala dan fenomena yang teramati oleh para ahli kimia ada keterkaitannya dengan hokum sebab akbat. Perlakuan yang diberikan saintis pada suatu materi akan menyebabkan munculmya perubahan pada materi. Perubahan materi yang terjadi pada materi juga akan diiringi dengan terjadinya perubahan kandungan energi dalam materi.

Kimia diasosiasikan dengan reaksi kimia. Reaksi kimia dikaitkan dengan peristiwa tumbukan antar atom-atom yang berikatan membentuk senyawa kimia baru. Hanya tumbukan yang memiliki jumlah energi tertentu saja yang akan menghasilkan reaksi kimia. Jumlah energi tumbukan minimal yang memungkinkan terjadinya reaksi kimia dinamakan energi aktivasi (Ea). Setiap reaksi memiliki tingkat energi aktivasi yang berbeda-beda. Energi aktivasi ini dapat diubah dengan cara mengubah mekanisme reaksi melalui penggunaan suatu katalis. Penggunaan zat katalis efektif untuk memangkat tingkat energi aktivasi menjadi beberapa tingkat energi aktivasi yang lebih kecil. Hasilnya adalah laju reaksi meningkat lebih cepat sehingga sangat menguntungkan dalam industri kimia.

Dalam pandangan aliran filsafat rasionalisme, terjadinya reaksi kimia tidak mungkin hanya dipengarungi oleh faktor materi saja yaitu atom-atom dan kecukupan energi aktivasi, melainkan pasti karena ada peran dari sang pemilik kebenaran mutlak yaitu Tuhan. Atom-atom saling bertumbukan dan mengadakan reaksi kimia karena digerakkan oleh Tuhan pencipta alam semesta. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa atom adalah benda mati yang tidak mungkin memiliki kehendak layaknya seperti makhluk hidup untuk mengadakan ikatan kimia dengan atom lain. Pemikiran yang logis adalah pasti ada sesuatu energi di alam yang mampu menggerakan atom-atom yang mati tersebut untuk mengadakan ikatan kimia. Dan energi yang mahakuat tersebut adalah yang paling mungkin milik sang pencipta alam, yaitu Tuhan yang Mahapencipta.

Atom-atom bergerak mendekati satu sama lain dan kemudian saling berikatan dengan jenis ikatan kimia tertentu karena adanya sifat-sifat tertentu pada masing-masing atom. Ada atom yang memiliki sifat sangat elektropositif dan ada atom yang sangat elektronegatif. Selain itu juga ada atom-atom yang tingkat elektropositif maupun elektronegatifnya relatif sedang. Perbedaan tingkat elektropositif dan elektronegatif pada atom-atom itulah yang mendorong atom-atom mampu saling berinteraksi dan mengadakan ikatan kimia. Tetapi pertanyaan yang kemudian muncul adalah darimana datangnya sifat elektropositif dan elektronegatif dari atom-atom tersebut? Siapakah yang memberikan sifat-sifat tersebut pada atom? Mungkinkah atom-atom mampu memproduksi sendiri sifat-sifatnya? Mengapa atom-atom bisa memiliki sifat elektropositif dan elektronegatif yang berbeda-beda? Apa tujuan atom-atom memiliki sifat-sifat yang berbeda tersebut? Apakah mungkin atom-atom merencanakan tujuannya dengan memunculkan sifat-sifat tertentu di dirinya? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mungkin dapat dijawab dengan menggunakan pendekatan berpikir aliran filsafat empirisme karena aliran filsafat empirisme tidak mengakui wujud nonmaterial. Aliran filsafat empirisme hanya mengakui wujud material semata. Di luar wujud material, aliran filsafat empirisme tidak mengakui sebagai kebenaran hakiki. Aliran filsafat empirisme hanya mengakui kebenaran yang mampu dijangkau dengan indrawi. Sebaliknya, jika menggunakan pendekatan aliran filsafat rasionalisme, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dan dijelaskan dengan mudah. Hal itu dikarenakan aliran filsafat rasionalisme mengakui kebenaran yang berasal dari logika berpikir dan keberadaan wujud nonmaterial. Jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah karena faktor keberadaan wujud nonmaterial yang mengatur seluruh alam semesta ini yaitu Tuhan Yang Mahapencipta.

Dengan menggunakan pendekatan filsafat rasionalisme, kita menolak argumentasi bahwa atom-atom bergerak saling berikatan membentuk berbagai senyawa baru karena keinginan sendiri dari atom-atom tersebut. Logika kita pasti menolak argumentasi bahwa atom-atom dapat menciptakan sifat-sifatnya sendiri (sifat elektropositif, sifat elektronegatif, sifat logam, sifat nonlogam, dll) sehingga akhirnya mampu saling berikatan membentuk senyawa baru. Logika kita lebih mudah menerima argumentasi bahwa atom-atom ada yang memberikan sifat-sifat dan menggerakan mereka untuk saling berikatan untuk membentuk senyawa baru. Dalam lingkup makroskopis, logika kita lebih mudah menerima argumentasi bahwa seluruh materi di alam semesta ini dan segala proses yang terjadi di alam semesta ini ada yang mengaturnya melalui penciptaan hukum-hukum alam. Kekuatan mahakuasa yang mampu mengatur seluruh proses yang terjadi di alam semesta ini tidak lain adalah Sang Mahapencipta yaitu Tuhan Yang Mahakuasa.

Tuhan menciptakan alam semesta ini pasti memiliki tujuan yang pasti, yaitu untuk menjadi bahan pembelajaran bagi umat manusia. Tuhan mengajari umat manusia melalui penetapan hokum-hukum alam yang mengatur bagaimana alam semesta ini berproses. Dengan mengamati, merenungkan, menghayati, dan menemukan ibrah atau hikmah kebaikan di balik setiap proses alam semesta, manusia akan mampu menangkap ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Tuhan. Jadi alam semesta ini, termasuk materi yang menjadi focus kajian ilmu kimia, adalah media perantara ciptaan Tuhan untuk mengajari umat manusia mengenal ilmu-ilmu-Nya. Ilmu sains pada hakikatnya adalah ilmu Tuhan yang dititipkan di setiap materi di alam semesta ini untuk menjadi bahan pembelajaran umat manusia yang mau mengungkapnya. Oleh karena itu, para ilmuwan sains adalah manusia-manusia istimewa yang terpilih untuk menemukan dan mengungkap rahasia ilmu-ilmu Tuhan yang tersimpan di alam semesta.

Dengan menggunakan pendekatan pola pikir seperti tersebut, maka dapat dipahami bahwa ilmu kimia pada hakikatnya adalah ilmu yang bersumber dari Tuhan yang tersimpan di dalam materi di alam semesta ini. Untuk dapat menemukan ilmu-ilmu-Nya lainnya yang terkandung di dalam setiap materi, maka manusia perlu mempelajari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah jembatan untuk menemukan ilmu-ilmu Tuhan. Ilmu kimia hakikatnya adalah ilmu untuk mengenal Tuhan melalui pendekatan pengamatan empiris terhadap materi di tingkat mikroskopik atau atomik. Setiap gejala dan fenomena yang teramati di balik materi merupakan pesan-pesan tersirat dari Tuhan. Dengan dukungan pendekatan berpikir filsafat empirisme dan rasionalisme sekaligus, maka kita akan mampu mengungkap ilmu-ilmu Tuhan baik yang tersurat maupun yang tersirat. Dengan mampu mengungkap ilmu-ilmu Tuhan yang tersurat dan tersirat, maka kita akan mampu mengenai Allah SWT.

Untuk mengenal Allah SWT. dengan memikirkan ciptaan-Nya, kita perlu melakukan tafakur atau tadabbur, yaitu merenungkan kebesaran dan keagungan-Nya yang tercermin dalam setiap detail alam semesta, mulai dari langit dan bumi hingga tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan menggunakan akal dan panca indera, kita mengamati tanda-tanda kebesaran-Nya, menyadari bahwa semua itu tidak mungkin ada dengan sendirinya, dan memahami bahwa ada Zat Maha Kuasa, Maha Penyayang, dan Maha Bijaksana sebagai penciptanya. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah SWT. dengan firman-Nya dalam surat Ali Imron ayat 190-191:
"(190). Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (191). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron [03]: 190-191).

Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mempelajari ilmu kimia itu tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan berpikir dengan akal saja tetapi juga perlu melibatkan hati nurani. Belajar ilmu kimia tidak cukup hanya menggunakan cara berpikir aliran filsafat empirisme saja tetapi juga perlu menggunakan cara berpikir aliran filsafat rasionalisme. Mempelajari ilmu kimia tidak cukup hanya menggandalkan kemampuan indrawi tetapi juga perlu menggunakan kemampuan spiritual. Belajar ilmu kimia tidak hanya dengan melakukan pengamatan empiris terhadap reaksi-reaksi kimia yang terjadi, tetapi juga perlu memikirkan, merenungkan dan menghayati apa tujuan hakiki dari setiap reaksi kimia yang terjadi. Wallahu a’lam bish-shawab. []


Gumpang Baru, 29 September 2025

MENGAGUMI KEPRIBADIAN RASULULLAH MUHAMMAD SAW.


 MENGAGUMI KEPRIBADIAN RASULULLAH MUHAMMAD SAW.

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.





Tahun 1987 Dr. Michael H. Hart pernah menerbitkan sebuah buku yang sangat mengejutkan seluruh dunia yaitu berjudul "The 100" yang di Indonesia diterjemahkan menjadi "100 Orang paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah". Buku tersebut sangat mengejutkan dunia karena Michael H. Hart telah menempatkan Rasulullah Muhammad Saw di urutan pertama dari daftar 100 tokoh dunia paling berpengaruh dalam sejarah. Mengapa Rasulullah Muhammad Saw bisa ditempatkan di urutan nomor wahid mengalahkan tokoh-tokoh besar dunia lainnya? Michael H. Hart menjelaskan alasannya. Dia meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih kesuksesan luar bisaa baik ditinjau dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi (King, 2008).


Apa yang dilakukan oleh Michael H. Hart tersebut tidaklah berlebihan. Apa yang dikatakannya adalah benar adanya. Selain Michael H. Hart, banyak ahli sejarah dunia yang memiliki pemikiran dan pandangan yang senada dengan pendapatnya. Allan Menzies (1845), Profesor of Divinity and Biblical Criticism, University of St Andrews, Edinburgh, Skotlandia dalam bukunya "History of Religion" memaparkan apa yang paling luar bisaa tentang Islam adalah kecepatan pertumbuhannya. Muhammad Saw mengawali hidupnya sebagai seorang penggembala miskin, dan pada saat wafatnya mewariskan kepada umat Islam sebuah negara yang dalam waktu singkat mampu mengalahkan negara-negara besar lain. Dalam setengah abad, Islam telah menjadi agama bangsanya yang semula menentangnya, dan tidak hanya bangsanya sendiri, tetapi banyak negara lainnya. Dalam waktu yang singkat, agama yang dibawanya (Islam) telah menjadi agama nasional, dan bahkan telah melampaui nasional ke tahap universal, dimana hanya dua agama lain yang telah mencapainya. Kemajuan yang dicapai Kristen yang perlu waktu berabad-abad, dicapai Islam dalam beberapa dekade. Gelar Islam sebagai agama universal tidak dapat dipungkiri (Menzies, 2015).


Pendapat lain tentang luar biasanya Rasulullah Muhammad Saw disampaikan oleh Philip K. Hitti (1886) dalam bukunya "The Arabs : A Short History". Philip K. Hitti menggambarkan kekagumannya pada sosok Rasulullah Muhammad Saw dengan ungkapan kalimat, ”Dalam rentang hidupnya yang singkat, dan beranjak dari lingkungan yang tidak menjanjikan, Muhammad telah mengilhami terbentuknya satu bangsa yang tidak pernah bersatu sebelumnya, di sebuah negeri yang hingga saat ini hanyalah satu ungkapan geografis; membangun sebuah agama yang luas wilayahnya mengalahkan Kristen dan Yahudi, serta diikuti sejumlah besar manusia; ia telah meletakkan landasan bagi sebuah imperium yang dalam waktu singkat berhasil memperluas batas wilayahnya dan membangun berbagai kota yang kelak menjadi pusat-pusat peradaban dunia” (Hitti, 2018).


Beberapa pendapat para penulis sejarah dunia tersebut di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Muhammad Saw adalah seorang nabi dan rasul yang memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Keistimewaan yang ada pada diri Rasulullah Saw tercermin dalam akhlak dan kepribadian beliau. Akhlak dan segala tindakan yang dilakukan Rasulullah Saw adalah berdasarkan wahyu dari Allah swt yang mengandung ajaran penting bagi umat Islam. Segala tindakan, sikap, dan ketetapan beliau merupakan penjelasan Al-Quran, yang dikenal dengan al-Hadis atau sunah rasul. Aisyah r.a. pernah mengatakan bahwa jika ingin melihat Al-Qura’an berjalan, maka lihatlah akhlak Rasulullah Muhammad Saw. Perkataan istri beliau tersebut menunjukkan bahwa akhlak Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari tidak berdasarkan keinginan dan nafsu pribadi beliau tetapi semuanya adalah didasarkan atas wahyu yang diwahyukan.


Berangkat dari pemikiran di atas, sudah sepatutnya kita umat Islam untuk meneladani dan mencontoh akhlak Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku, sikap dan tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita nisbatkan pada akhlak Rasulullah Saw. Mencontoh akhlak Rasulullah Saw tidak hanya sebatas pada lingkup tuntutan ibadah, tetapi juga sampai hal-hal kecil dalam kehidupan. Amal ibadah dan akhlak kita hendaknya mencontoh kepada ibadah dan akhlak Rasulullah Saw.


Bagi para pemimpin bisa mencontoh bagaimana beliau memimpin umat Islam. Bagi para pemuda bisa mencontoh bagaimana akhlak beliau ketika masih muda. Bagi para pebisnis dan pedagang bisa mencontoh bagaimana cara beliau berdagang. Bagi para pendidik bisa mencontoh bagaimana beliau mendidik para sahabat dan umat Islam sehingga menjadi umat yang disegani dunia. Bagi para pejabat pemerintahan bisa mencontoh bagaimana beliau menjalankan roda pemerintahan. Bagi para suami bisa mencontoh bagaimana akhlak beliau kepada keluarganya. Bagi para aktivis dakwah bisa mencontoh bagaimana cara beliau mendakwahkan agama Islam. Dan lain sebagainya. Hampir semua lini kehidupan ada contohnya pada diri Rasulullah Saw.


Rasulullah Saw memang diturunkan ke dunia untuk menyempurnakan akhlak yang baik (akhlak al-karimah). Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah, beliau telah menunjukkan akhlak yang mulia. Bukti bagaimana ketinggian akhlak beliau adalah kaum Quraisy di Mekkah memberi beliau gelar “al-Amin” yang artinya orang yang terpercaya. Gelar tersebut tidak mungkin disematkan ke beliau jika beliau bukan orang yang bisa dipercaya dan bahkan sangat bisa dipercaya. Gelar penghormatan tersebut hanya mungkin beliau peroleh jika beliau memang orang yang sangat bisa dipercaya atau sangat jujur, dan orang-orang di sekitarnya yang pernah berinteraksi dengan beliau mengetahui dan menyaksikan sendiri bagaimana keluhuran akhlak budi pekerti beliau.


Ketika Rasulullah saw berusia 35 tahun, kaum Quraisy mengadakan pertemuan dalam rangka perbaikan bangunan Ka’bah. Mereka bermaksud memberi atap pada Ka’bah. Bangunan Ka’bah pada saat itu terdiri atas batu-batu yang disusun bertumpang-tindih, tanpa dicampur dengan tanah, dengan bangunan yang tinggi. Oleh karena itu, harus dihancurkan dan dibuat bangunan yang baru (Hasani an-Nadwi, 2020 : 179). Proses perbaikan bangunan Ka’bah awalnya baik-baik dan lancar-lancar saja hingga akhirnya terjadi perselisihan yang hebat dan hampir berujung pada pertumpahan darah antar suku. Apakah gerangan yang diperselisihkan oleh para kepala suku di Mekkah hingga hampir terjadi pertumpahan darah di antara mereka? Ternyata sumber terjadinya perselisihan adalah siapakah yang paling berhak untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Setiap kepala suku mengklaim dirinya dan sukunya sebagai yang paling terhormat sehingga paling berhak untuk mengembalikan batu mulia tersebut ke tempatnya. Karena semua suku saling mengklaim dirinya yang paling berhak meletakkan Hajar Aswad, maka terjadilah perselisihan hebat dan hampir berakhir dengan pertumpahan darah.


Perselisihan yang hebat dan hampir menumpahkan darah tersebut akhirnya dapat dihentikan dengan adanya kesepakatan di antara mereka bahwa orang pertama yang masuk dari pintu Masjidil Haram akan memutuskan perselisihan di antara mereka. Dan ternyata orang pertama yang masuk dari pintu Masjidil Haram adalah Rasulullah Muhammad saw. Ketika mereka melihatnya, mereka berkata, “Ia orang yang tepercaya, kami rela! Ia adalah Muhammad.” (Hasani an-Nadwi, 2020 : 180). Semua kepala suku menyetujui Rasululah saw yang meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya. Semua kepala suku menyetujui dipilihnya Rasulullah saw karena mereka semua mengetahui bahwa Rasulullah saw adalah orang yang sangat dapat dipercaya. Rasulullah saw adalah orang yang sangat jujur dan berbudi pekerti yang baik. Rasulullah saw adalah orang yang paling tepat untuk memperoleh kehormatan mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya semula.


Berdasarkan kesepakatan para kepala suku tersebut, kemudian Rasulullah saw meminta sehelai kain. Beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di atas kain dengan tangan beliau sendiri. Kemudian beliau berkata, “Setiap (pemimpin) suku hendaknya memegang sudut kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama.” Mereka melakukan perintah Rasulullah saw. Ketika sampai pada tempatnya, beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula. Selanjutnya pembangunan diteruskan hingga selesai. Tindakan Rasulullah saw melibatkan semua kepala suku dalam proses peletakkan Hajar Aswad menunjukkan keluhuran akhlak beliau. Beliau tetap menghormati para kepala suku dengan mengikutkan serta dalam peletakkan Hajar Aswad ke tempat semula (Hasani an-Nadwi, 2020: 180).


Rasulullah saw memiliki akhlak yang luhur. Keluhuran akhlak Rasulullah saw bahkan mendapat pengakuan dari Allah swt sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al Qalam [68]: 4.
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al Qalam [68]: 4)
Juga firman Allah dalam Q.S. Al Ahzab [33]: 21
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al Ahzab [33]: 21)

Tentang keluhuran budi pekerti Rasulullah Saw, Syekh Mahmud al-Mishri dalam bukunya Sirah Rasulullah: Perjalanan Hidup Manusia Mulia menuliskan bahwa “Budi pekerti Nabi Muhammad saw yang agung sangat tampak dalam kesehariannya, seperti 1). Memiliki keistimewaan berupa lisan yang fasih dan mengena dalam berbicara., 2). Sosok yang penyantun, penyabar, dan pemaaf. Sifat-sifat tersebut merupakan didikan langsung dari Allah. Setiap penyantun dikenal kebaikannya dan terjaga dari kesalahan. Rasulullah saw memiliki kesabaran luar biasa meskipun makin banyak yang menyakitinya. Begitu juga, beliau selalu bersikap santun terhadap perbuatan berlebihan yang dilakukan orang-orang jahil terhadapnya” (Al-Mishri, 2014: 10).


Bukti-bukti tentang keluhuran akhlak dan kemuliaan kepribadian baginda Rasulullah Muhammad saw banyak diriwayatkan oleh para ulama. Dalam beberapa literatur diceritakan bagaimana luhur dan mulianya akhlak Rasulullah saw. Rasulullah saw adalah seorarng yang dermawan. Bukti dari sifat dermawan beliau adalah selalu memberi tanpa ada rasa takut menjadi fakir. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi saw adalah orang yang paling dermawan, apalagi di bulan Ramadhan, yaitu saat malaikat Jibril menemuinya. Malaikat Jibril sendiri menemui beliau setiap malam di bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Quran. Rasulullah lebih cepat dalam menggapai kebaikan daripada angina yang berhembus (HR. Bukhori) (Al-Mishri, 2014: 10).


Rasulullah saw adalah seorang yang sangat pemberani dan seorang pemimpin yang melindungi keselamatan rakyatnya. Anas mengatakan bahwa tatkala penduduk Madinah dikagetkan pada suatu malam, mereka mendatangi sumber suara. Rasulullah menjumpai mereka-setelah mendahului mereka dalam mendatangi sumber suara-, beliau dalam keadaan menunggang kuda milik Abu Thalhah yang berkalung pedang di lehernya. Beliau pun bersabda, “Kalian belum terjaga, kalian belum terjaga” (HR. Bukhari, Muslim, dan Turmudzi) (Al-Mishri, 2014: 11).


Rasulullah saw adalah seorang pendidik. Rasulullah saw telah mendefiniskan tugas asasinya, “Sesungguhnya aku hanya diutus untuk memberi pengajaran”. Al-Quran al-Karim dengan sangat tegas juga menyebut tugas asasi Rasulullah saw ini dalam firman-Nya,
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Q.S. Al-Jum’ah [62]: 2).
Ayat ini menyebutkan bahwa tugas Rasulullah saw adalah mengajar, mendidik, mengajarkan Al-Kitab dan hikmah, serta mendidik orang berdasarkan keduanya. Sebagian terbesar kehidupan Rasul saw dihabiskan untuk ini, karena dari hal inilah segala kebaikan akan lahir (Hawwa, 2002: 212).


Rasulullah saw adalah orang yang rendah hati dan bersahaja. Dalam kitab Bathalul Abthaal, penulisnya mengatakan, “Sifat yang dimiliki seorang pahlawan terdepan, dari dulu hingga kini masih hidup, jelas sepanjang sejarah kepribadiannya yang mulia yaitu kesahajaan dan kerendahan hati. Dengan keduanya Muhammad saw menjadi contoh nyata, seorang yang mulia, yang lahir dari lubuk hatinya dan tidak dibuat-buat dengan cara menipu. Muhammad adalah kesahajaan yang menjelma dalam bentuk manusia, lahir dari lubuk hatinya yang paling dalam. Menghapus gemerlapnya pemimpin dari kerajaan, perhiasan dan kepongahan, serta ucapan dan perbuatan yang menipu manusia. Muhammad adalah seorang yang dekat, mudah, dan bersahaja. Mengunjungi orang-orang yang terjauh dan yang terdekat, sahabat-sahabatnya, musuh-musuhnya, anggota keluarganya. Menemui delegasi-delegasi dari berbagai Negara tanpa dibuat-buat atau bersandiwara, tetapi dengan sebenarnya, tanpa bersandiwara (Hawwa, 2002: 181).


Demikian tulisan singkat yang memotret tentang keluhuran akhlak dan kepribadian Rasulullah Muhammad saw. Dengan membaca sejarah kehidupan beliau yang penuh hikmah semoga kita dapat meneladani akhlak mulia beliau. Marilah kita selalu membaca shalawat kepada Rasulullah saw. Allahumma shalli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa shallaita ‘alaa aali ibraahim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarakta ‘alaa aali ibraahim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.” []



Referensi
Al-Mishri, S. M. (2014). Sirah Rasulullah: Perjalanan Hidup Manusia Mulia. Surakarta: Tinta Medina.
Hasani an-Nadwi, A. H. al-Ali. (2020). Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw. Yogyakarta: DIVA Press.
Hawwa, S. (2002). Ar-Rasul Muhammad Saw. Surakarta: Media Insani Press.
Hitti, P. K. (2018). A Short History of The Arabs: Sejarah Ringkas Peradaban Arab-Islam (Terjemahan dari The Arabs: A Short History diterbitkan MacMillan, London, 1960). Jakarta: Qalam.
King, J. C. (2008). Revolusi Kepemimpinan: Everyday Greatness. Jakarta: KJL Press.
Menzies, A. (2015). History of Religion: Sejarah Kepercayaan dan Agama-Agama Besar Dunia (Terjemahan dari History of Religion, diterbitkan New York Charles Scribner’s Son, New York, 1895). Yogyakarta: Penerbit INDOLITERASI.

MENJAGA KESEIMBANGAN DUNIA ANAK

 


MENJAGA KESEIMBANGAN DUNIA ANAK

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.





Suatu hari, putri kecil kami yang bernama Aisyah Izzatunnisa Putri Nugroho atau biasa dipanggil Icha, siswa kelas 2 SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura bercerita bahwa teman-temannya banyak yang ikut les. Dia juga pernah cerita kalau pernah ditanya gurunya apakah ikut ngaji di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an)? Ketika dia menjawab tidak, gurunya heran dan kayak tidak percaya jika Icha tidak ikut TPA.


Dia memang pernah bertanya kenapa tidak ikut les TPA. Maka saya jelaskan bahwa adek tidak ikut les TPA karena adek sudah bisa membaca Al-Quran. Teman-teman adek ikut les TPA karena mereka belum bisa membaca Al-Quran. Dengan penjelasan tersebut, si kecil Icha akhirnya bisa memahami.


Kami memang tidak ingin si kecil Icha ikut les TPA ataupun les yang lain. Kami tidak ingin dia terforsir energinya untuk belajar dari pagi sampai sore. Kami tidak ingin dia kehilangan masa kecilnya untuk bermain-main. Kami sadar bahwa dunia anak kecil adalah bermain dan bersenang-senang. Oleh karena itu, karena dia sudah sekolah full day dari pagi hingga sore, kami tidak ingin menambah lagi beban belajarnya di sekolah maupun tempat les. Kami ingin sepulang dari sekolah di sore hari, si kecil Icha masih bisa bermain-main dan mengembangkan bakat minatnya.


Aktivitas si kecil Icha setiap hari setelah pulang sekolah adalah bermain atau tidur siang. Sore setelah sholat Ashar melanjutkan aktivitas bermain atau pengembangan bakat minat seperti menggambar, mewarnai, atau membaca buku-buku cerita. Saat ini di kecil Icha memang sedang senang membaca buku-buku cerita. Buku seratusan halaman bisa dibacanya dengan cepat. Saya senang dengan aktivitas dia sekarang. Saya pun mendukung aktivitas membaca bukunya dengan membelikan buku-buku bacaan yang baru.


Malam setelah sholat Maghrib, bersama keluarga dia membaca Al-Qur'an, lanjut makan malam dan belajar materi pelajaran sekolah dengan didampingi maminya. Sebelum belajar materi sekolah, terlebih dahulu dia membaca buku iqro dan muraja'ah hafalan Al-Quran dengan didampingi maminya atau papinya.


Setelah sholat Isya barulah si kecil tidur. Terkadang setelah sholat Isya karena belum mengantuk dia masih melanjutkan aktivitas pengembangan bakat minat atau bermain. Jika malam hari tidak sempat belajar materi sekolah karena sangat mengantuk, maka saat pagi sambil sarapan pagi si kecil Icha belajar materi sekolah.


Saya dan istri memang berusaha memantau perkembangan proses belajar si kecil Icha. Kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk terus membersamai dan memberikan perhatian dan pendampingan dalam proses belajarnya. Saat belajar bersama tersebut, kami membuat suasana belajar terasa santai dengan candaan dan gurauan. Dengan demikian, si kecil Icha tidak merasa tertekan dalam belajar. Dan sampai sejauh ini, kami melihat si kecil Icha menjalani proses belajarnya dengan santai dan ceria. Setiap pagi ia berangkat ke sekolah juga dengan riang gembira. Dan setiap pulang dari sekolah, ia selalu semangat bercerita tentang kejadian-kejadian di sekolahnya. []



Gumpang Baru, 28 September 2025

Kamis, 11 September 2025

JANGAN SUKA DIKASIHANI ORANG LAIN

 

JANGAN SUKA DIKASIHANI ORANG LAIN

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.



Salah satu orang yang sangat berperan penting dalam membentuk sikap dan kepribadian saya adalah kakak kandung pertama saya sendiri, yaitu mas Dr. Agus Fatuh Widoyo, S.Ag., M.S.I. Beliau lah yang waktu remaja ikut membentuk kepribadian saya saat masih kecil. Waktu masih remaja, kakak saya tersebut sudah memiliki sikap dan kepribadian seperti halnya orang dewasa. 


Kami dilahirkan di keluarga yang berkehidupan kurang. Ayah seorang PNS golongan rendah karena hanya lulusan sekolah PGA. Adapun ibu tidak lulus sekolah rakyat (setara SD) dan menjadi ibu rumah tangga. Karena sumber keuangan keluarga hanya berasal dari ayah yang gajinya kecil, maka praktis perekonomian keluarga sangat kurang. Asupan makanan yang kami makan sangat jauh dari kata bergizi. Kami sering makan dari sego aking ataupun nasi tiwul. Lauknya pun hanya dari adonan tepung beras diberi irisan kelapa yang digoreng. Waktu kecil badan saya kurus karena memang kurang makan makanan yang bergizi. 


Dengan kondisi kehidupan keluarga yang seperti itu, kami dituntut untuk tetap mampu hidup dengan tegar. Mas Agus sebagai anak pertama dipaksa harus lebih cepat berpikiran dewasa sebelum waktunya. Oleh karena itu, walaupun masih remaja, mas Agus sudah bisa berpikir dan bersikap sebagaimana layaknya orang dewasa. Kondisi kehidupan yang memaksanya harus begitu karena tidak ada pilihan lain. 


Dulu karena sesuatu hal terkait permasalahan keluarga, ayah dan ibu sempat berpisah tempat tinggal walaupun masih tetap dalam satu ikatan pernikahan. Ayah tinggal di rumah orang tuanya di Boyolali sedangkan ibu tinggal di rumah orang tuanya di Karanganyar. Anak-anaknya yang berjumlah lima orang pun dibagi menjadi dua. Saya dan mas Agus ikut tinggal bersama ayah di Boyolali sedangkan dua kakak perempuan dan adik saya tinggal bersama ibu di Karanganyar. 


Karena saya dan mas Agus tinggal bersama ayah, maka ayah berperan ganda sebagai ayah sekaligus ibu rumah tangga. Semua urusan kehidupan rumah tangga dilakukan ayah, seperti memasak,  mencuci baju, menyeterika seragam sekolah, dan lain-lain. Saya yang masih TK dan mas Agus yang masih sekolah MTs harus menjalani kehidupan tanpa kehadiran sosok ibu. Kami dipaksa harus menjalani kehidupan  dengan sikap orang dewasa. 


Saya yang masih TK pulang sekolah sebelum dhuhur, sehingga di rumah tidak ada orang. Mas Agus pulang sekolah jam 1 siang. Kami pulang sekolah sering tidak ada makanan di rumah. Kami makan siang menunggu ayah pulang untuk memasaknya. Ayah bekerja di kabupaten Karanganyar dan pulang sampai rumah jam 3 sore. Jadi kami biasa makan siang setelah waktu Ashar karena jam 3 sore ayah baru pulang dan masak dulu. 


Kondisi seperti itu hampir kami alami setiap hari. Makanya setiap kali pulang sekolah, setelah ganti baju saya langsung main dengan teman sampai sore. Ketika tiba waktu dhuhur, teman pulang untuk makan siang. Saya ikut main ke rumah teman karena di rumah tidak ada orang. Orang tua teman sering bertanya ke saya, "Apakah sudah makan siang?" Saya pun menjawab, "Belum karena ayah belum pulang". Mendengar jawaban saya, maka orang tua teman saya menawari saya ikut makan siang. Karena lapar, saya pun mengiyakan. Peristiwa seperti itu beberapa kali terjadi hingga suatu saat mas Agus yang sedang perjalanan pulang dari sekolah melihat saya sedang makan siang di rumah teman. 


Setelah kejadian tersebut, saat di rumah, mas Agus mengajak saya bicara dan menasihati saya. Mas Agus berkata, "Kita memang orang tidak punya. Keluarga kita memang miskin. Tetapi kita tidak boleh senang dikasihani orang lain. Kemiskinan kita tidak boleh kita jadikan alasan untuk menjadi lemah. Jadi jangan suka makan di rumah orang lain atau mau diberi makan orang lain". Perkataan mas Agus tersebut sangat menusuk dan membekas di hati dan pikiran saya. Saya yang waktu itu masih anak TK sudah bisa menangkap maksud perkataan kakak saya yang masih duduk di sekolah MTs tersebut. 


Oleh karena itu, sejak dinasehati oleh mas Agus tersebut, saya selalu menolak jika ditawari makan orang tua teman saya. Saya tidak mau menjadi orang yang lemah. Saya tidak mau menjadi orang yang mudah dikasihani orang lain. Saya ingin menjadi orang yang kuat, mandiri,  dan sukses. Dan Alhamdulillah akhirnya Allah SWT meridhoi doa-doa, harapan, dan cita-cita kami berdua. Saya dan mas Agus sekarang sama-sama menjalani profesi sebagai dosen. Kami berdua juga alhamdulillah sama-sama bisa menempuh pendidikan tinggi hingga jenjang doktor. Atas ridho dan iradah-Nya, kehidupan kami berdua sekarang telah jauh lebih baik dan lebih sejahtera di bandingkan kehidupan kami di masa kecil dulu. Alhamdulillah... []


Gumpang Baru, 11 September 2025

MENJADI PRIBADI YANG BERPRESTASI

Foto Aisyah Izzatunnisa Putri Nugroho 


MENJADI PRIBADI YANG BERPRESTASI 

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Di dalam perkuliahan, saya  selalu memotivasi mahasiswa agar selain fokus meningkatkan kompetensi akademik dengan mengikuti proses perkuliahan dengan sebaik-baiknya dan berusaha meraih IPK tinggi, saya juga mendorong mereka agar juga mengenali kemungkinan potensi non akademik yang tersembunyi dalam dirinya dan membangkitkannya dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat memperkuat softskill mereka. 


Motivasi tersebut saya sampaikan secara rasional karena mereka tidak tidak mengetahui, di masa depan nanti, manakah antara potensi akademik atau potensi non akademik yang akan menjadi jalan kesuksesan mereka. Jika mereka mampu memaksimalkan potensi akademik maupun potensi non akademiknya hingga menjadi kompetensi yang unggul, maka di masa depan nanti mereka bisa sukses melalui kedua potensi tersebut ataupun salah satunya. Tetapi yang terpenting adalah mereka telah memiliki bekal untuk meraih kesuksesan dengan bekal potensi titipan Tuhan dalam diri mereka. 


Tuhan membekali diri setiap orang berupa potensi diri. Potensi diri tersebut bersifat laten yang perlu dibangunkan pada waktunya. Potensi diri harus dibangunkan dan dibangkitkan menjadi kompetensi dan skill  yang menjadi bekal kehidupan. Masing-masing orang boleh jadi memiliki potensi diri yang berbeda-beda yang menjadi keistimewaan dirinya. Setiap orang adalah unik dan istimewa karena memiliki keunggulan sendiri-sendiri. 


Apakah setiap orang tahu potensi dirinya? Potensi diri merupakan kemampuan diri yang bersifat laten (tersembunyi). Setiap orang perlu mengenali potensi diri yang tersimpan dalam dirinya. Oleh karena itu, setiap orang harus mampu mengeksplorasi dan mengidentifikasi potensi-potensi yang tersimpan dalam dirinya. 


Bagaimana cara mengenali potensi diri? Cara untuk mengenali potensi diri dalam diri adalah melalui menjalani aktivitas-aktivitas baru. Dengan berani melakukan hal-hal baru, seseorang akan mampu mengidentifikasi jenis-jenis kemampuan dirinya. Melalui aktivitas-aktivitas baru, seseorang bisa menyadari jenis keahlian yang dikuasainya. 


Ada tipe orang yang mudah menguasai kompetensi bidang akademik dan ada tipe orang yang lebih mudah menguasai kompetensi bidang non akademik. Tetapi seseorang tidak bisa memastikan dirinya kelak akan sukses di bidang akademik atau bidang non akademik. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk sejak dini mengenali potensi dirinya cenderung ke bidang akademik atau ke bidang non akademik.


Mengenali jenis potensi diri lebih awal akan membuat seseorang dapat menyiapkan dirinya untuk menjadi ahli di bidang keahliannya dengan lebih awal dan lebih lama sehingga peluang dirinya sukses di bidang tersebut akan semakin besar. Keuntungan mengenali potensi diri lebih awal adalah dapat memiliki waktu yang lebih lama untuk melatih kemampuan dan skill sehingga dapat menjadi orang yang benar-benar ahli di bidangnya. 


Masa muda adalah waktu yang sangat berharga untuk proses mengenali dan memberdayakan potensi diri. Masa muda adalah waktu yang tepat untuk mencatatkan banyak prestasi di berbagai bidang ilmu dan keahlian. Capaian prestasi di masa muda akan menjadi catatan rekam jejak kemampuan seseorang yang akan berguna kelak ketika memasuki dunia kerja. Catatan rekam jejak prestasi diri dapat menjadi bukti pengalaman dan kemampuan diri. Dengan memiliki banyak bukti pencapaian prestasi diri di berbagai bidang, maka akan memudahkan pelaku dunia kerja mengenali kemampuan yang dimiliki seseorang, sehingga ia akan lebih cepat menemukan lapangan kerjanya. []


Surakarta, 11 September 2025


Postingan Populer