SPIRIT NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
Oleh
:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia sering dikaitkan dengan peristiwa Sidang BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 1 Juni
1945. Dan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 24 Tahun
2016 tentang Hari Lahir Pancasila, ditetapkan bahwa tanggal 1 Juni 1945 sebagai
Hari Lahir Pancasila. Dalam Keppres tersebut juga menetapkan pada setiap
tanggal 1 Juni sebagai hari libur nasional. Ditetapkannya tanggal 1 Juni
sebagai Hari Lahir Pancasila dikarenakan pada tanggal 1 Juni 1945, kata
Pancasila pertama kali disebut oleh Presiden Pertama RI, Soekarno dalam Sidang BPUPKI
(Kemenkumham
RI, 2022).
Istilah Pancasila
diperkenalkan oleh Ir. Soekarno atau Bung Karno saat membacakan usulan dasar
negara di Sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 (Parandaru, 2021). Bung Karno di
dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 tersebut juga sempat menghubungkan hal
simbolis dengan Pancasila yang berisi lima butir falsafah. Kata Bung Karno, ia
senang pada sesuatu yang simbolis. Rukun Islam ada lima jumlahnya. Begitu juga
jari dan panca indra manusia, juga lima jumlahnya. Bung Karno menjelaskan
alasan mengapa ia memberi nama Pancasila:
Saudara-saudara!
Dasar-dasar Negara telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma?
Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajibann, sedang
kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula.
Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai pancaindra.
Apa lagi yang lima bilangannya? (Seorang
yang hadir menjawab : Pandawa Lima!). Pandawa pun lima orangnya. Sekarang
banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan
ketuhanan lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi-saya
namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa-namanya ialah
Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita
mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. (tepuk tangan riuh). (Sukarno
dalam De Jonge, 2015 : 238).
Dalam sidang BPUPKI
tersebut, sebelum Bung Karno mengenalkan istilah dasar negara Pancasila, para
tokoh yang berpidato sebelumnya tidak ada satupun yang menjelaskan tentang
dasar negara. Ketika giliran Bung Karno tiba, beliau berpidato selama kurang
lebih satu jam untuk menjawab pertanyaan ketua BPUPKI yang menanyakan apa dasar
negara yang mau didirikan nanti. Karena ternyata tidak ada satupun peserta sidang
yang menjawab pertanyaan ketua BPUPKI tersebut, hanya Bung Karno yang
menjawabnya sebagaimana isi pidato di awal sebagai berikut:
Maaf, beribu
maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan
hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia, yaitu
bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh
Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda philosofische grondslag daripada Indonesia Merdeka. Philosofische grondslag itulah fundamen,
filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya
untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi (Sukarno
dalam De Jonge, 2015 : 230).
Pancasila
telah ditetapkan sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh para
pendiri bangsa Indonesia. Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang telah berusia ribuan tahun. Pancasila bukan sekadar
lima sila tersebut, melainkan hakikatnya merupakan perasan atau intisari dari dari
berbagai pandangan, filsafat, budaya, dan nilai-nilai luhur kehidupan bangsa
Indonesia yang heterogen yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan agama. Oleh
karena itu selayaknya nilai-nilai Pancasila merasuk dan menjadi ruh penggerak
atas segala sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Jika bangsa Indonesia diibaratkan
sebagai sebuah tubuh atau jasad jasmani, maka yang menjadi ruh atau spirit-nya
adalah Pancasila. Pancasila lah yang menjadi elemen kehidupan yang menggerakkan
tubuh bangsa Indonesia. Tanpa keberadaan Pancasila dalam tubuh bangsa
Indonesia, maka bangsa Indonesia tidak ada kehidupan. Sebegitu pentingnya
Pancasila bagi bangsa Indonesia, maka sudah sepantasnya jika hari kelahiran
Pancasila sebagai dasar negara diperingati secara resmi dan terus-menerus
setiap tahun. Bangsa Indonesia butuh Pancasila. Pancasila adalah ruh penggerak kehidupan
bagi bangsa Indonesia.
Bagaimana caranya agar
Pancasila benar-benar menjadi ruh penggerak bangsa Indonesia? Caranya tidak
lain adalah dengan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam seluruh
sendi kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila pada hakikatnya adalah
nilai-nilai luhur berupa pandangan hidup dan filsafat kehidupan dari bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, sudah seharusnya nilai-nilai luhur Pancasila
menjadi spirit penggerak kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sebagai
dasar negara tidak hanya sekadar formalitas simbol kenegaraan, tetapi merupakan
spirit kehidupan bangsa Indonesia yang sebenarnya. Pancasila harus menjadi
landasan hokum yang berlaku di Indonesia. Pancasila harus menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang baldatun
thayyibatun wa rabbun ghofur, yakni sebuah negeri yang mengumpulkan
kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya (Rustiana, 2021). Pancasila
tidak berafiliasi ke suku bangsa dan agama tertentu, tetapi berafiliasi ke jati
diri bangsa Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Untuk dapat menjadi
spirit kehidupan bangsa Indonesia, nilai-nilai luhur Pancasila harus dapat
terwujud dalam sikap dan perilaku nyata bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur
Pancasila harus menjadi dasar fundamental dari sikap dan karakter bangsa
Indonesia, baik dalam kehidupan bernegara maupun kehidupan masyarakat Indonesia
sehari-hari. Pancasila harus dikenalkan dan diajarkan ke setiap anak Indonesia.
Selain diajarkan melalui dunia pendidikan, nilai-nilai Pancasila juga harus
dilatihkan dan dibiasakan setiap waktu bagi anak-anak Indonesia agar menjadi karakter
mereka. Oleh karena itu, pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila
harus menjadi muatan esensial dalam sistem pendidikan nasional. Berbagai
program dan kegiatan sebagai rangkaian dari pendidikan karakter Pancasila harus
disusun dan dilaksanakan secara serius dan berkesinambungan agar nilai-nilai
luhur Pancasila yang hakikatnya adalah ruh bangsa Indonesia benar-benar meresap
dan melebur dalam pikiran, sikap, dan perilaku manusia Indonesia. InsyaAllah.
Amin. []
Gumpang Baru, 16 September 2022
Sumber
Referensi
De
Jonge, W. W. (2015). Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan.
Yogyakarta: Galang Pustaka.
Kemenkumham
RI. (2022, June 1). Peringati Hari Lahir Pancasila dengan Perkokoh Persatuan.
Retrieved September 16, 2022, from Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia website:
https://www.kemenkumham.go.id/berita/peringati-hari-lahir-pancasila-dengan-perkokoh-persatuan
Parandaru,
I. (2021, May 31). Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara. Retrieved June 20,
2021, from Kompaspedia website:
https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/kronologi/sejarah-pancasila-sebagai-dasar-negara/
Rustiana,
S. H. (2021). Indonesia yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur, Sebuah
Impian? Retrieved September 17, 2022, from Universitas Muhammadiyah Jakarta
website:
https://umj.ac.id/opini/indonesia-yang-baldatun-thoyyibatun-wa-robbun-ghofur-sebuah-impian/
BIODATA PENULIS
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. (ICT, C.MMF,
C.AIF, C.GMC, C.CEP, C.MIP, C.SRP, C.MP) adalah dosen di Program Studi
Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menempuh Pendidikan
S1 (S.Pd) di Universitas Sebelas Maret dan Pendidikan S2 (M.Sc.) di Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa
doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan
penulis yang telah menerbitkan lebih dari 80 judul buku (baik buku solo maupun
buku kolaborasi) dan memiliki 28 sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
berupa hak cipta buku, Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran
kimia MA/SMA (2007), Peraih SPK AWARD Peringkat 1 (2021), Peraih Inovasi dan P2M
Award LPPM UNS Peringkat 2 (2022), Peraih Indonesia Top 5000 Scientists ”AD
Scientific Index” (2022), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP (2020),
Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah
terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan Trainer tersertifikasi Indomindmap Certified
Trainer-ICT, Indomindmap Certified
Growth Mindset Coach, Indomindmap Certified Multipe Intelligences Practitioner,
Indomindmap Certified Character Education Practitioner, ThinkBuzan Certified
Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading
Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan
ThinkBuzan Certified Mind Map Facilitator (UK). Penulis dapat dihubungi melalui
nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.
Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur
Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.