Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Rabu (15/04/2020) sore, datanglah pegawai
PT. POS Indonesia yang mengantar sebuah paket untuk penulis. Seperti biasanya
kalau ada suara bel pintu pagar berbunyi, bagian anak lanang yang melihat siapa
yang datang dan membukakan pintu pagar. Penulis cukup mengawasi dari dalam
rumah untuk melihat siapa yang datang. Setelah membukaan pintu pagar, beberapa
saat kemudian anak lanang kembali masuk ke dalam rumah dengan membawa sebuah
bungkusan paket. Setelah saya lihat pengirimnya ternyata paket kiriman dari
bapak Dr. Abd. Azis Tata Pangarsa. Dalam hati penulis berkata, “Oh kiriman buku
tentang almarhum kyai Vicky sudah datang”. Alhamdulillah.
Beberapa saat kemudian penulis membuka
bungkus paket buku tersebut. Penulis keluarkan satu buku dari sepuluh buku yang
penulis pesan untuk segera ingin tahu isi dalamnya. Penulis sangat penasaran
dengan isi buku tersebut. Buku tersebut merupakan buku antologi karya
teman-teman penulis di grup Sahabat Pena Kita (SPK) yang khusus berisi refleksi
anggota grup SPK tentang almarhum kyai Vicky. Alhamdulillah penulis ikut
menyumbangkan tulisan refleksi atau kenangan bertemu dan berinteraksi dengan
almarhum. Penulis memesan buku tersebut sebanyak 10 eksemplar karena penulis
ingin mengabadikan kenangan bersama kyai Vicky dan menyebarluaskan kesaksian
para sahabat-sahabat almarhum di grup Sahabat Pena Kita (SPK) ke beberapa orang.
Penulis membeli buku-buku karya bersama penulis lain memang niatnya bukan untuk
dijual lagi, tetapi untuk koleksi pribadi dan juga sebagian untuk disedekahkan
kepada orang-orang yang menurut pandangan penulis layak untuk dihadiahi
buku-buku tersebut.
Penulis sangat bersyukur kepada Allah
Swt karena melalui sarana menulis buku, Allah memberikan rezeki finansial yang
cukup banyak kepada penulis melalui jalan yang tidak disangka-sangka. Allah Swt
selalu punya cara tersendiri untuk memberikan rezeki kepada hamba-Nya. Sejak tiga
tahun ini, setelah sempat beberapa tahun vakum menulis buku, penulis kembali
menekuni aktivitas menulis buku dengan niat semata-semata untuk mengabadikan
ide, gagasan dan pemikiran penulis. Di samping itu juga untuk sharing pemikiran dan berbagi ilmu
pengetahuan. Penulis teringat dengan pesan
bapak Dr. Ngainun Naim ketika
penulis mengikuti pelatihan menulis buku ajar dimana beliau menjadi narasumbernya.
Bapak Ngainun Naim mengatakan bahwa menulis itu sebaiknya dilakukan dengan
senang hati, tidak karena terpaksa. Jadikan aktivitas menulis bagaikan seperti
hobi atau klangenan. Kalaupun dari menulis itu nanti kita mendapatkan
keuntungan finansial (royalty), anggaplah sebagai bonus saja. Jadi jangan
menulis untuk orientasi keuntungan finansial semata, tetapi nikmatilah aktivitas
menulis tersebut.
Sejak mendapatkan pencerahan dari sang
motivator menulis tersebut, penulis merasa telah menemukan tujuan hakiki dari menulis.
Memang, dulu penulis menulis (buku) semata-mata untuk tujuan mencari keuntungan
finansial karena kondisi perekonomian penulis yang lemah. Walaupun penulis
telah dan pernah menikmati hasil dari menulis buku tersebut, tetapi selama itu
penulis belum mengganggap menulis sebagai sebuah kesenangan, hiburan, hobi ataupun
klangenan. Penulis menulis buku dengan memaksakan diri untuk menulis karena
ingin mendapatkan sejumlah uang. Dari aktivitas menulis buku yang pernah
penulis jalani tersebut, alhamdulillah
penulis dapat membelikan rumah baru untuk keluarga, merenovasi rumah, dan juga
membelikan sebuah motor baru untuk istri tercinta.
Namun, sejak bertemu dengan sang
motivator menulis bapak Dr. Ngainun Naim, saya mencoba merubah orientasi saya
dalam menulis. Selama satu tahun setelah bertemu dengan bapak Ngainun Naim, saya
mencoba belajar menikmati proses menulis setiap harinya hingga akhirnya di
tahun kedua lahirlah empat buku solo karya penulis. Pasca menerbitkan empat
buku solo tersebut melalui penerbit indie, penulis merasakan kebahagiaan dan
kebanggaan yang amat sangat. Muncul perasaan sangat puas dengan capaian
tersebut. Penulis merasa semakin mencintai aktivitas menulis. Sampai saat itu
penulis hanya berpikiran yang penting berkarya dan terus menulis. Penulis tidak
terlalu memikirkan apakah nanti mendapat keuntungan finansial atau tidak.
Penulis tidak terlalu memikirkan apakah nanti buku-buku tersebut ada yang
meminati atau tidak. Penulis percaya bahwa setiap tulisan pasti akan menemukan
pembacanya sendiri.
Tetapi, ternyata Allah Swt menghendaki
lain. Selang tidak berapa lama Allah Swt menunjukkan kemurahan-Nya. Allah Swt memperlihatkan
jalan lain untuk memberi rezeki kepada penulis dari aktivitas menulis buku. Alhamdulilah selama dua tahun ini,
setiap tahun penulis mendapat bonus rezeki puluhan juta rupiah dari aktivitas menulis
buku dan juga dari honor sebagai konsultan di sebuah penerbit buku pelajaran. Tanpa
menggantungkan dari penjualan buku, alhamdulilah
Allah Swt memberikan tambahan bonus rezeki sebagaimana dinasihatkan bapak
Ngainun Naim. Ternyata kalau kita meluruskan niat dan bersungguh-sungguh dalam
menekuni keahlian kita, Allah Swt akan memberikan rezeki dari jalan yang tidak
pernah kita sangka-sangka. Oleh karena itu, penulis tidak terlalu berobsesi
harus dapat menerbitkan buku di penerbit mayor. Bagi penulis yang penting terus
menulis dan dapat menerbitkan buku setiap tahunnya. Walaupun jika menerbitkan buku di penerbit indie penulis
harus mengeluarkan biaya sendiri, tetapi ternyata Allah Swt malah menggantinya
dengan berlipat ganda. Di sinilah rahasia pintu rezeki Allah Swt yang terkadang
sulit kita duga. Wallahu a’lam.
Kembali ke buku kiriman pak Dr. Abd.
Azis Tata Pangarsa. Buku yang berjudul “Mengenang Sang Guru” tersebut merupakan
kumpulan refleksi anggota grup Sahabat Pena Kita (SPK) terhadap almarhum bapak
Dr. H.M. Taufiqi,SP.,M.Pd. Almarhum merupakan salah satu penggagas grup
literasi Sahabat Pena Kita (SPK) yang awalnya bernama Sahabat Pena Nusantara
(SPN). Almarhum semasa hidupnya banyak menginspirasi orang, khususnya di bidang
literasi. Karya-karya buku almarhum banyak diminati orang sehingga menjadi karya
best seller dan bahkan ada yang mega best seller. Almarhum merupakan
sosok muslim yang inspiratif. Aktivitas almarhum semasa hidupnya selain sebagai
dosen, master trainer, coach, penulis., beliau juga menduduki beberapa jabatan
penting seperti Direktur Pascasarjana Universitas Raden Rahmat (UNIRA) Malang,
Kepala sekolah SMK An-Nur Bululawang Malang, Ketua Lembaga Kajian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdhatul Ulama (Lakpesdam NU) kabupaten
Malang, Presiden Direktur Bravo Viec Malang, dan juga sebagai brand ambassador Lazis PW NU Jawa Timur.
Di buku “Mengenang Sang Guru” tersebut, terdapat
22 orang penulis yang menyumbangkan artikel tulisan refleksi tentang kyai Vicky
yang kesemuanya adalah anggota grup Sahabat Pena Kita (SPK). Penulis yang baru
pertama kali bertemu dengan kyai Vicky juga ikut menyumbangkan tulisan kenangan
penulis dengan beliau. Tulisan penulis tentang beliau berjudul “Perkenalan dan
Perjumpaan yang Singkat : Mengenang Dr. H.M. Taufiqi,SP.,M.Pd.”. Isi tulisan penulis adalah sebagai berikut :
*********************************************
PERKENALAN
DAN PERJUMPAAN YANG SINGKAT:
Mengenang
Dr. H. M. Taufiqi, S.P.,M.Pd.
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Pada hari Jumat, 6
Maret 2020 pukul 19.00 wib di grup WhatsApp Sahabat Pena Kita (SPK) ada berita
duka cita yang diposting oleh Prof. Imam Suprayogo. Isi berita duka citanya
adalah telah dipanggilnya ke rahmatullah bapak Dr. H. M. Taufiqi, S.P., M.Pd.
yang biasa dipanggi Mr. Vicky atau Kyai
Vicky. Semua anggota grup SPK sangat kaget membaca berita duka cita tersebut.
Secara bergantian semua anggota grup SPK menuliskan ungkapan rasa sedih dan
duka citanya. Semua anggota SPK kaget dan tidak percaya kalau pak kyai Vicky
telah berpulang. Saya sendiri juga mengucapkan belasungkawa dan mendoakan yang
terbaik untuk almarhum. Saya memang belum begitu mengenal almarhum dan bahkan
saya mengenalnya juga belum lama. Saya mulai mengenal beliau sejak bergabung di
grup Sahabat Pena Kita (SPK) setahun yang lalu.
Tulisan ini saya
persembahkan untuk mengenang almarhum Kyai Vicky. Beliau merupakan orang yang
sangat dihormati di grup SPK. Beliau merupakan salah satu penggagas grup
Sahabat Pena Kita (SPK) yang sebelumnya bernama Sahabat Pena Nusantara (SPN),
dan beliau diamanahi sebagai Dewan
Penasehat. Beliau orang baik yang banyak berkiprah di dunia literasi. Banyak
banyak memotivasi para guru yang jumlahnya ribuan orang. Beliau adalah seorang
Master Trainer Inovasi Pendidikan, Coach, Penulis buku, dan Direktur
Pascasarjana Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) Malang. Selain itu beliau
merupakan Presiden Direktur Bravo VIEC Malang dan juga Kepala Sekolah SMK
Unggulan An Nur, Bululawang, Malang. Bagaimana gambaran tentang beliau,
harian online radarmalang.id dalam
pemberitaan tanggal 20 Maret 2018 yang berjudul “Dr. Taufiqi, S.P., M.Pd., Peraih
Penghargaan Guru Inspiratif Tingkat Nasional” mendeskripsikan beliau sebagai berikut.
Dr Taufiqi, S.P., M.Pd. adalah tokoh yang kompleks. Pada
suatu waktu, dia menggebu-gebu di hadapan ribuan peserta seminar motivasi. Pada
waktu yang lain, dia bersarung untuk menghadiri rapat organisasi keagamaan. Dan
pada kesempatan lain dia memimpin rapat di kampus dan sekolah.
Kira-kira seperti itulah kesibukan Taufiqi saban hari. Dia
memotivasi lantaran dirinya adalah Presiden Direktur Bravo Viec Malang, sebuah
lembaga pelatihan dan hipnoterapi yang bermarkas di Bululawang, Kabupaten
Malang. Sementara organisasi sosial keagamaannya adalah Lembaga Kajian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kabupaten
Malang. Di lembaga yang merupakan think-thank NU tersebut Taufiqi menjabat
sebagai ketua. Sedangkan di lembaga pendidikan, dia merupakan Kepala SMK
Unggulan An Nur, Bululawang, dan Direktur Pascasarajana Universitas Raden
Rahmad (Unira) Malang. Cukup? Ternyata tidak. Taufiqi juga menjadi brand ambassador Lazis PW NU Jawa Timur.
Nah, di tengah kesibukannya itu, Taufiqi masih bisa menebar
inspirasi. Terbukti, dia dinobatkan sebagai The Best Inspiring Teacher of the
Year tingkat nasional yang digelar di Semarang, Februari lalu. Penghargaan ini
adalah penghargaan nasional yang digelar setiap tahun oleh majalah Indonesia
Inspire.
Sumber
:
(https://radarmalang.id/dr-taufiqi-sp-mpd-peraih-penghargaan-guru-inspiratif-tingkat-nasional/)
Awal mula saya mengenal
Dr. H.M. Taufiqi, S.P., M.Pd. adalah ketika saya bergabung menjadi anggota grup
komunitas literasi Sahabat Pena Kita (SPK). Awalnya saya tidak mengenal beliau.
Di grup WA SPK nama beliau tertulis Bravo Vic, tetapi dalam obrolan-obrolan
teman-teman anggota di grup, teman-teman anggota grup memanggil beliau dengan
sebutan Kyai Vicky atau Mr. Vicky. Setiap beliau memposting gambar pasti berisi
foto beliau dengan latar belakang banyak sekali peserta yang mengacungkan buku
dengan diiringi caption seminar dengan sekian ribu peserta. Ternyata foto itu
adalah kegiatan seminar belau yang diikuti ribuan peserta dan setiap peserta
harus membeli buku karya beliau yang menjadi materi seminar. Sampai sekitar
lima bulan saya tahunya hanya itu. Saya tidak tahu siapa beliau karena saya
anggota baru di grup SPK. Yang saya tahu, teman-teman penulis di grup SPK
sangat menghormati beliau. Lama-kelamaan saya akhirnya mengetahui bahwa
ternyata beliau merupakan salah satu penggagas berdirinya komunitas literasi
Sahabat Pena Kita yang sebelumnya bernama Sahabat Pena Nusantara (SPN).
Saya
melihat dan mengenal beliau secara langsung ketika acara Kopdar 3 SPK di Universitas
Negeri Semarang pada akhir bulan Juli 2019. Saat itu saya datang di gedung
rektorat UNNES hampir bersamaan dengan beliau, tepatnya mobil saya dibelakang
mobil beliau. Saya waktu itu belum mengetahui kalau orang yang baru saja turun
dari mobil tersebut adalah pak Viqi. Setelah masuk ke ruang tempat acara
seminar kepenulisan dalam rangka Kopdar 3 grup SPK, ada acara launching buku
antologi kedua grup SPK yang berjudul Literasi di Era Disrupsi. Setelah MC
menyebutkan nama orang yang akan melaunching buku tersebut, barulah saya tahu
bahwa beliau adalah orang yang tadi
turun dari mobil ketika mobil saya menunggu untuk lewat.
Selama
acara seminar dan launching buku antologi SPK, saya belum pernah berbicara
langsung dengan beliau. Kebetulan waktu itu karena saya datang terlambat dan
acara sudah dimulai, saya duduk di barisan belakang. Tepat di depan saya
ternyata yang duduk adalah istri beliau dan putra beliau yang masih kecil.
Ketika acara seminar kepenulisan itulah saya mulai mengetahui siapa dan bagaimana
kiprah bapak Dr. M. Taufiqi. Nama beliau disebut-sebut oleh bapak M. Khoiri
(pak Emcho) yang sedang menjadi narasumber. Dari mendengarkan paparan materi
pak Emcho, saya jadi mengetahui kalau pak Vicky adalah seorang penulis
sekaligus motivator dan master trainer. Beliau memiliki sebuah lembaga pelatihan dan hipnoterapi yang bermarkas di Bululawang,
Kabupaten Malang yang bernama Bravo
Viec, dimana beliau sendiri sebagai Presiden Direkturnya. Beliau juga menjabat
sebagai Direktur Pascasarjana Universitas Raden Rahmad (UNIRA) Malang. Satu hal
yang saya kagumi dari beliau adalah beliau memperlihatkan diri sebagai seorang
yang energik dan visioner. Beliau adalah seorang master trainer dan motivator
yang sukses. Setiap seminar yang beliau selenggarakan diikuti ribuan peserta
dan hebatnya adalah semua peserta membawa buku karya tulis beliau.
Saya
mengenal atau mengetahui beliau lebih dalam lagi adalah ketika acara musyawarah
atau kopdar anggota SPK di malam hari setelah acara seminar dan launching buku
selesai. Dalam acara musyawarah tersebut, beliau memberikan penjelasan tentang
bagaimana langkah-langkah agar SPK dapat menjadi lembaga yang besar dan
mempunyai kiprah yang luas. Pandangan-pandangan beliau tentang bagaimana
mengelola sebuah lembaga begitu jelas, detail,
dan mudah dipahami. Hal itu menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang
visioner dan memiliki keahlian dalam manajemen.
Ada
satu kenangan saya dengan almarhum ketika acara wisata di Eling Bening di hari
kedua Kopdar 3 SPK. Waktu itu, setelah semua rombongan anggota grup SPK tiba di
lokasi wisata Eling Bening, panitia mengajak untuk berfoto bersama di objek
wisata tersebut dan di beberapa spot menarik lainnya. Karena saat itu almarhum
bersama istri dan anaknya yang masih kecil, sehingga beliau membawa koper dan
mengalami kebingungan mau ditaruh dimana kopernya karena tidak mungkin dibawa
jalan-jalan. Saya yang waktu itu membawa mobil sendiri segera menawarkan ke
almarhum untuk menitipkan koper bawaannya di bagasi mobil saya. Beliau
menyambut gembira tawaran saya dan segera memasukkan kopernya di bagasi mobil
saya. Ketika momen itulah beliau menyebut nama saya “dengan pak Agung ya?”.
Saya pun menimpali “Betul pak, saya Agung dari UNS Solo”. Setelah acara wisata
di Eling Bening Selesai, beliau mengambil kopernya dari bagasi mobil saya dan
mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Saya pun membalasnya dengan ucapan
“Sama-sama pak Vicky”. Itulah momen pertama saya berkenalan dan berbicara
secara langsung dengan beliau. Ternyata pertemuan tersebut merupakan pertemuan
pertama dan juga menjadi pertemuan terakhir saya dengan beliau. Ternyata Allah
Swt telah mentakdirkan saya hanya sekali itu bertemu dan berbicara dengan beliau. Allah Swt ternyata telah memanggil
beliau untuk menghadap-Nya. Semoga beliau memperoleh tempat yang terbaik di
sisi-Nya. Aamiin.
Demikian
sekelumit kisah perkenalan dan perjumpaan saya dengan sang Master Trainer dan
Motivator Super. Saya bersaksi bahwa beliau adalah orang baik yang banyak
menyebarkan manfaa, kebaikan dan inspirasi ke banyak orang. Saya bersyukur
dapat mengenal beliau walau sesaat saja. Saya mendoakan semoga almarhum
memperoleh kedudukan yang mulia di sisi Allah Swt. Semoga ibadah dan amal-amal
kebaikan beliau diterima Allah Swt dan diampuni dosa-dosa dan kesalahan beliau
serta Allah Swt menempatkannya di Jannah-Nya
besok di yaum al akhir. Aamiin.
****************************************
Demikianlah sumbangan tulisan penulis
untuk mengenang kyai Vicky dalam buku “Mengenang Sang Guru” tersebut. Tulisan
tersebut merupakan bentuk kesaksian penulis terhadap almarhum kyai Vicky semasa
hidupnya yang ditulis sepanjang pengetahuan penulis. Bersama 21 orang penulis lainnya
di dalam buku tersebut, semuanya bersaksi bahwa kyai Vicky adalah orang yang
baik. Semua anggota grup Sahabat Pena Kita (SPK) bersaksi bahwa almarhum kyai
Vicky semasa hidupnya adalah orang baik dan banyak menebar manfaat. Persaksian
seluruh penulis buku dan juga seluruh anggota grup Sahabat Pena Kita (SPK)
tentang kyai Vicky semoga didengar Allah Swt dan dapat menambah amal kebaikan
almarhum. Semua orang di grup Sahabat Pena Kita (SPK) mencintai dan mendoakan
semoga almarhum kyai Vicky diterima di sisi-Nya dan mendapatkan tempat yang
terbaik. Aamiin.
Demikianlah kekuatan sebuah tulisan yang
mampu mengabadikan nama seseorang yang telah tiada. Kenangan tentang kyai Vicky
akan selalu diingat oleh banyak orang melalui buku kumpulan tulisan kesaksian
para sahabatnya. Ternyata sebuah tulisan mampu mengabadikan seseorang untuk
selalu dikenang dan juga dapat menjadi bukti kesaksian orang lain. Begitu
hebatnya kekuatan sebuah tulisan hingga mampu menembus batas-batas ruang dan
waktu.
Saat ini penulis menuliskan kenangan
tentang almarhum kyai Vicky. Suatu saat nanti mungkin penulis juga akan ditulis
dan dikenang orang lain melalui peninggalan tulisan-tulisan penulis. Semoga
tulisan-tulisan penulis saat ini kelak dapat menjadi bukti keberadaan penulis
di dunia ini dan menjadi sarana keabadian nama penulis. Harimau mati
meninggalkan belang. Gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati meninggalkan
nama. Marilah kita tinggalkan nama kita nanti yang melekat pada karya-karya
tulis kita. Sekarang kita menulis, nanti giliran kita yang akan ditulis. Semoga
tulisan dan kenangan tentang diri kita nanti hanya berisi kisah-kisah kebaikan.
Aamiin.[]
Gumpang Baru, 21 April 2020
*Staf
Pengajar, Penulis Buku dan Pegiat Literasi di Universitas Sebelas Maret (UNS),
Surakarta
*Mahasiswa
S3-Program Studi Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta
1 komentar:
Menulis untuk keabadian. Mantap.
Posting Komentar