Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Menciptakan. Semua
makhluk ciptaan Allah Swt adalah sempurna, tidak ada yang namanya produk gagal
dari setiap makhluk ciptaan-Nya. Tidak ada yang tidak sempurna dari setiap
ciptaan Allah Swt. Setiap ciptaan Allah Swt pasti mengandung hikmah dan
pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan manusia.
Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah Swt
yang memiliki keistimewaan. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah
dibekali potensi diri yang luar biasa. Manusia tidak pernah mampu mengukur
batas kemampuan/potensi yang dimiliki dirinya yang merupakan karunia sang
Khalik hingga ia meninggalkan dunia fana ini.
Manusia memiliki keistimewaan dibandingkan makhluk
ciptaan Allah Swt lainnya. Allah Swt mengistimewakan manusia dibandingkan
makhluk ciptaaan-Nya yang lain dengan membekali setiap bayi yang lahir ke dunia
ini dengan dua kenikmatan yaitu nikmat akal dan nikmat nafsu. Dengan dua nikmat
inilah manusia menjadi makhluk yang berbeda dengan makhluk-makhluk ciptaan
Allah Swt yang lain.
Allah Swt mengistimewakan manusia dibandingkan makhluk
lain dengan mengkaruniainya bentuk jasmani dengan sebaik-baik bentuk. Bukti
kasih sayang Allah Swt kepada manusia tersebut dapat kita temukan dalam
firman-Nya di dalam Al-Quran.
“Sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tiin
[95] : 4).
Disamping karunia bentuk jasmani yang bagus, Allah Swt
juga membekali setiap manusia dengan
karunia akal dan nafsu. Dengan akal, manusia memiliki kemampuan untuk menalar
segala informasi dan peristiwa/kejadian di alam. Dengan akal, manusia mampu memikirkan gejala
alam hingga mampu mengembangkan ilmu sains. Dengan karunia akal, manusia mampu
mengembangkan teknologi untuk mendukung kehidupannya. Karena memiliki nafsu,
maka manusia memiliki keinginan untuk hidup lebih baik lagi. Karena nafsu,
manusia memiliki keinginan untuk mengolah dan mengelola alam untuk mendukung
kehidupannya. Melalui bekal akal dan nafsu inilah, manusia diberi tugas oleh
Allah Swt sebagai khalifah fi al-ardhi. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam
Al-Quran.
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al
Baqarah [2] : 30).
Manusia
adalah makhluk terpilih yang dikehendaki Allah Swt untuk menghuni bumi. Walau
pada awalnya para malaikat ragu apakah manusia akan mampu menjadi khalifah
di bumi, tetapi Allah Swt segera membantah keraguan para malaikat tersebut
dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”(QS. Al Baqarah [2] : 30).
Allah
Swt telah mempercayakan bumi ini kepada kita, seluruh umat manusia. Allah Swt
telah memilih kita semua sebagai khalifah-Nya untuk mendiami dan mengelola bumi
ini. Allah Swt telah memberi kepercayaan penuh kepada seluruh umat manusia
untuk menjaga dan mengelola bumi ini dengan sebaik-baiknya. Untuk mendukung
tugas mulia tersebut, Allah Swt telah mengkaruniai nikmat akal dan nikmat nafsu
yang tidak diberikan kepada makhluk yang lain. Melalui dua nikmat Allah Swt
tersebut, diharapkan manusia mampu dan mau mengolah dan mengelola bumi beserta
seluruh isinya dengan sebaik-baiknya. Apakah kita tidak bangga dipilih menjadi
khalifah-Nya Allah Swt? Apakah kita tidak bangga menjadi makhluk yang diistimewakan
oleh Allah Swt? Apakah kita tidak malu jika tidak mampu menggunakan nikmat akal
dan nafsu secara bijaksana? Tidakkah kita malu jika kita belum maksimal
menggunakan bekal potensi diri yang dikarunaikan Allah Swt?
Kita
seharusnya bersyukur karena Allah Swt telah membekali diri kita dengan bekal
potensi diri yang luar biasa. Kita tidak pernah mampu mengukur sampai mana
batas potensi diri yang kita miliki. Hanya Allah saja yang mengetahui batas
kemampuan/kompetensi yang mampu diraih setiap manusia. Tugas manusia hanyalah
mengeksplorasi semua kemampuan/kompetensi yang dimilikinya untuk dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Satu-satunya cara untuk mengetahui potensi kemampuan/kompetensi
apa saja yang dimiliki, setiap orang harus mencobanya dengan belajar.
Seorang
anak kecil tidak akan pernah tahu apakah ia mampu mengendarai sepeda sampai ia
mau belajar mengendarai sepeda. Seorang anak tidak akan pernah tahu apakah ia
mampu berbicara dan berpidato di depan banyak orang hingga ia mau mulai mencoba
belajar berpidato di depan banyak orang. Demikian juga dalam hal kemampuan
menulis. Seseorang tidak akan pernah tahu apakah ia memiliki kemampuan menulis
sampai ia mau belajar dan memulai menulis.
Sebagai
ilustrasi, berikut ini adalah pengalaman pribadi penulis memulai aktivitas
menulis hingga sekarang. Penulis dulu tidak pernah berpikir untuk menjadi
seorang penulis. Penulis dulu tidak pernah membayangkan kalau suatu saat nanti
menekuni bidang kepenulisan. Dulu penulis hanyalah seorang anak desa yang
menjalani kehidupan bagaikan air mengalir, sekadar menjalankan tugas
perkembangan yang memang harus dijalani sebagai bentuk manifestasi kehendak
Allah Swt.
Awalnya
dulu waktu kecil penulis lebih menyukai aktivitas menggambar dan melukis.
Seiring waktu minat menggambar dan melukis mulai pudar dan secara pelan tapi
pasti penulis mulai tidak suka menggambar dan melukis lagi. Ketika menempuh
pendidikan tingkat sarjana, penulis mulai menyukai aktivitas menulis dengan
mulai sering mengikuti lomba-lomba karya tulis tingkat mahasiswa. Sewaktu
menempuh pendidikan S1, penulis pernah menjuarai beberapa lomba karya tulis mahasiswa. Pengalaman
menang lomba tersebut semakin memantapkan diri penulis untuk menekuni aktivitas
menulis.
Setelah
lulus S1, minat terhadap aktivitas menulis masih tetap berlanjut. Ketika
menjadi guru kimia SMA di kota Surakarta, penulis pernah memperoleh juara 1 pada
lomba karya tulis ilmiah tingkat guru di sekolah tempat penulis mengabdi.
Berbekal pengalaman memenangi lomba karya tulis ilmiah tersebut, penulis terus
dan semakin yakin menekuni aktivitas menulis dan bahkan mulai merambah ke belajar
menulis buku. Walau awalnya mengalami kegagalan karena masih minimnya bekal
kemampuan menulis buku, tetapi berkat semangat mengasah diri dengan terus
belajar meningkatkan kemampuan diri dengan terus berlatih menulis. Akhirnya perjuangan
belajar menulis buku tersebut membuahkan hasil dengan pernah menjadi juara 1 tingkat
nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA MA/SMA yang
diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI.
Melalui
aktivitas menulis [buku] inilah akhirnya penulis sekeluarga memetik buah manisnya
dengan mampu membeli sebuah rumah dari hasil royalty penerbitan buku. Rumah
yang sekarang penulis tempati bersama keluarga ini adalah bukti dari ketekunan
dan kesabaran penulis dalam mengeksplorasi dan menemukan potensi diri [yang
terpendam] yang dikaruniakan oleh sang Maha Pencipta. Maka, nikmat Allah manakah
yang masih akan kita dustakan? Wallahu a’lam
[].
Gumpang
Baru, 08/10/2019
*Staf Pengajar, Penulis Buku dan Pegiat Literasi di Universitas Sebelas Maret (UNS),
Surakarta
*Mahasiswa
S3-Program Studi Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta
1 komentar:
Mantap
Posting Komentar