PROF.
DR. NGAINUN NAIM, “PROFESOR PENULIS” INSPIRASIKU
Oleh
:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Saya mengenal beliau
pertama kali melalui aplikasi Telegram di tahun 2017. Saat itu saya bertemu
dengan beliau secara daring (bertemu dan berinteraksi hanya melalui percakapan
di Telegram) di sebuah acara pelatihan
online menulis buku ajar dimana beliau adalah narasumbernya sedangkan saya
sebagai peserta pelatihan. Hari pertama mengikuti pelatihan menulis dengan
beliau, saya sudah merasa bahwa beliau adalah narasumber pelatihan menulis yang
berbeda dengan narasumber lain pada umumnya. Saya sudah sering mengikuti
pelatihan maupun workshop penulisan buku yang diselenggarakan di kampus. Saya mengamati
beliau mempunyai kekhasan tersendiri dalam menyampaikan materinya. Dari pertemuan
pertama tersebut, saya mendapatkan spirit baru dalam menulis melalui sebuah
kata yang sangat berkesan di hati saya yaitu “Klangenan”. Ya, kata “Klangenan”
beliau sampaikan sebagai motivasi diri untuk menulis. Beliau mengatakan bahwa
bagi beliau menulis adalah sebuah klangenan. Mendengar pernyataan beliau
tersebut terkait klangenan menulis, hati saya berdesir dan muncul rasa kekaguman
saya kepada beliau.
Siapapun pasti sepakat dengan
pernyataan bahwa menulis itu berat dan susah. Tidak banyak orang yang mampu
memiliki energi dan komitmen tinggi untuk rutin menulis, apalagi menganggapnya
sebagai sebuah klangenan atau kesenangan yang membahagiakan. Saya sangat kagum
dengan beliau dan semakin tertarik untuk mengenal profil beliau lebih jauh lagi.
Tahukah sahabat pembaca, siapakah sosok inspiratif yang sedang saya bicarakan
ini? Sosok pribadi inspiratif yang saya kagumi tersebut tidak lain dan tidak
bukan adalah Yth, Bapak Prof. Dr.
Ngainun Naim, M.HI., seorang dosen dan penulis hebat dari Universitas Islam
Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung atau disingkat UIN SATU. Di kampusnya,
saat ini beliau sedang diamanahi jabatan sebagai Ketua LP2M.
Pasca
pertemuan pertama di pelatihan online menulis buku ajar tersebut, akhirnya saya
berlanjut berteman dengan beliau di jejaring sosial Facebook. Dengan berteman
dengan beliau di Facebook, saya bisa mengikuti dan membaca tulisan-tulisan
beliau yang diposting di akun Facebooknya, dan demikian pula sebaliknya beliau
juga bisa mengikuti dan membaca tulisan-tulisan saya yang rutin saya posting di
akun Facebook saya. Terkadang beliau memberikan komentar positif terhadap
tulisan saya. Bagi saya pribadi yang sedang belajar menulis dan menjaga spirit
menulis, mendapatkan tanggapan berupa komentar positif dari beliau yang notabene
mentor dan motivator saya dalam pelatihan menulis merupakan kebahagiaan
tersendiri dan mampu membangkitkan semangat saya untuk terus menulis.
Selama
kurang lebih 2 tahun saya berinteraksi dengan Prof. Dr. Ngainun Naim hanya di
dunia maya saja. Saya belum pernah bertemu dan bertatap muka secara langsung
dengan beliau. Ada keinginan kuat di hati saya untuk suatu saat nanti dapat
bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan beliau, yang entah kapan waktunya
akan terwujud. Impian saya untuk bisa bertemu
secara langsung dengan beliau akhirnya menemukan momentumnya. Pada bulan Februari
2019 beliau mengirimkan pesan WhatsApp berupa informasi Seminar literasi dan
Kopdar 2 grup Sahabat Pena Kita (SPK) yang diselenggarakan di kampus UIN Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung (dulu masih bernama IAIN Tulungagung), kampus
dimana beliau mengabdi sebagai dosen. Mendapat informasi dan undangan beliau
tersebut, saya langsung menyatakan insyaAllah akan hadir dalam acara Seminar literasi
tersebut. Segera saya mengatur jadwal saya agar bisa menghadiri undangan beliau
tersebut dan dapat bertemu secara langsung dengan penulis profesional yang
telah menginspirasi saya untuk bangkit semangat menulis.
Sejak mengikuti
pelatihan menulis bersama beliau, saya dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun
telah mampu menerbitkan karya buku solo sebanyak 4 judul dan beberapa buku
antologi. Berkat kata “Klangenan” beliaulah saya dapat memiliki semangat tinggi
untuk menulis setiap hari dan menikmati proses kreatif menulis tersebut
bagaikan sebuah klangenan sebagaimana yang beliau rasakan. Saya benar-benar
menikmati aktivitas menulis setiap harinya dan tidak merasakan rasa berat atau bosan.
Saya benar-benar telah terhipnotis oleh beliau dengan kata “Klangenan”nya. Saking
berartinya makna kata ‘Klangenan” bagi perjalanan menulis saya, maka di salah
satu karya buku solo saya, saya berikan judul ‘Ketika Menulis Menjadi Sebuah
Klangenan”. Saya tidak terlalu peduli apakah pemilihan judul tersebut menarik
atau tidak, yang terpenting bagi saya adalah saya bisa mengabadikan kata “Klangenan”
dalam karya buku saya sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih saya kepada
beliau bapak Prof. Dr. Ngainun Naim yang telah mengenalkan kata tersebut dalam
ranah kepenulisan.
Impian
saya untuk dapat bertatap muka secara langsung dengan penulis yang sangat inspiratif
tersebut akhirnya benar-benar terwujud, dan pertemuan tersebut berlangsung di
kampus beliau sendiri. Saya akhirnya benar-benar bertemu dengan beliau dan
disambut dengan sambutan yang sangat hangat. Saya sangat bahagia dan bangga
akhirnya bisa melihat dan bertemu secara face
to face dengan beliau, seorang penulis sekaligus motivator menulis yang
sangat berarti bagi saya. Walaupun pertemuan saya dengan beliau hanya secara
singkat karena kesibukan beliau sebagai ketua panitia acara Seminar literasi dan
Kopdar 2 grup Sahabat Pena Kita (SPK), bagi saya itu tidak masalah. Saya sudah
cukup bahagia dan puas bisa bertemu langsung dengan beliau. Dalam kesempatan
pertemuan yang singkat tersebut, saya pergunakan kesempatan berharga tersebut untuk
menghadiahkan kepada beliau dua judul buku karya solo saya yang berjudul “Kimia
Kehidupan” dan “Ketika Menulis menjadi Sebuah Klangenan”.
Di lain waktu buku “Ketika
Menulis Menjadi Sebah Klangenan” pernah beliau buatkan ulasan singkat atau
resensi di salah satu tulisan yang beliau posting di blog pribadi beliau. Saya
sangat senang dan bangga karya buku sederhana saya diulas dan direview oleh
seorang penulis besar yang telah malang melintang di dunia kepenulisan dan
memiliki rekam jejak karya yang luar biasa banyaknya. Terbukti jumlah sitasi
akun Google Scholar beliau telah menembus angka 3000an, tepatnya 3312
pertanggal 10 Maret 2022. Saya sendiri walau masih tahap belajar menulis Alhamdulillah
telah memiliki jumlah sitasi di akun Google Scholar sebanyak 1073 pertanggal 10
Maret 2022.
Selain dapat bertemu
secara langsung dengan Prof. Dr. Ngainun Naim, di acara Seminar literasi
tersebut saya akhirnya bisa mengenal apa itu komunitas Sahabat Pena Kita (SPK).
Berkat beliau yang mengundang saya untuk menghadiri acara seminar literasi
tersebut, di lain waktu berikutnya saya akhirnya dapat bergabung menjadi
anggoat grup literasi Sahabat Pena Kita (SPK) tertanggal mulai 1 Maret 2019. Keputusan
saya untuk bergabung di komunitas literasi dimana inspirator menulis saya
menjadi salah satu dewan pembinanya, ternyata telah memberikan dampak positif
yang luar biasa bagi perjalanan menulis saya. Sejak bergabung di grup SPK,
hingga saat ini saya telah mampu mencatatkan rekam jejak berkarya berupa buku
sebanyak 75 judul buku, baik buku karya solo maupun buku-buku karya kolaborasi sesama
penulis dan akademisi. Selain karya buku, saya juga telah mencatatkan rekam
jejak berupa sertifikat hak cipta atau HAKI dari Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI sebanyak 15 buah.
Apa yang telah saya
capai tersebut juga tidak terlepas dari peranan Prof. Dr, Ngainun Naim yang
telah mampu membangkitkan semangat dan motivasi saya untuk terus menulis
melalui kata suci “Klangenan”. Saya merasakan betul bagaimana efek positif kata
“Klangenan” beliau tersebut mampu menggugah semangat saya untuk terus berkarya
dan menulis. Terima kasih Prof. Dr. Ngainun Naim, bapak memang pantas
menyandang gelar Professor yang sebenarnya. Bapak adalah seorang Profesor yang layak
menjadi panutan para akademisi karena memiliki rekam jejak berkarya yang luar
biasa. Semoga suatu saat nanti saya bisa mengikuti jejak bapak menjadi seorang
Profesor yang aktif berkarya dan memiliki rekam jejak berkarya yang menginspirasi
banyak orang. Salam sehat, sukses dan bahagia selalu njih Prof, Ngainun Naim.
Amin. []
Gumpang Baru, 10 Maret 2022
Biodata
Penulis
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh
di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.)
ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis
tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang
pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 75 judul buku
(baik buku solo maupun buku kolaborasi), Peraih Juara 1 nasional lomba
penulisan buku pelajaran kimia di Kementerian Agama RI (2007), Peraih SPK Award
Peringkat 1 (2021), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP, Konsultan
penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi
SINTA 2 dan 3, dan Trainer tersertifikasi Indomindmap Certified Trainer-ICT
(Indonesia), Indomindmap Certified Growth Mindset Coach-GMC (Indonesia), ThinkBuzan
Certified iMindMap Leader (UK), ThinkBuzan Certified Applied Innovation
Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK),
ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan ThinkBuzan Certified Mind
Map Facilitator (UK). Sejak 2019 beliau aktif menulis di komunitas penulis
Sahabat Pena Kita (SPK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp
+6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis
dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website :
https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar