BERSIKAP POSITIF
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita akan bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang yang sikap dan perilakunya berbeda-beda. Terkadang perilaku orang lain tersebut kurang elok dalam pandangan standar etika kita. Lalu, bagaimana sebaiknya kita menyikapi fenomena tersebut? Apakah kita membiarkannya atau berusaha mengubahnya sesuai standar kita?
Sebagai bagian dari masyarakat yang heterogen, kita harus menyadari bahwa setiap orang punya standar sikap dan perilaku yang berbeda-beda. Karena setiap orang punya agama, keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman hidup yang berbeda-beda, maka dimungkinkan bisa punya pandangan dan standar hidup berbeda. Potensi munculnya masalah adalah ketika seseorang menggunakan standar dirinya untuk menilai atau memaksakan standar dirinya kepada orang lain.
Dikarenakan standar nilai orang lain bisa saja berbeda, maka terjadilah penghakiman sepihak. Di sinilah terjadi konflik sosial yang berpotensi mengganggu kerukunan hidup bermasyarakat. Padahal, andaikan setiap orang bisa menahan diri dari keinginan melakukan penghakiman sepihak, maka kerukunan hidup bermasyarakat akan tetap terjaga.
Dalam menjalani hidup bermasyarakat diperlukan sikap saling menghormati dan menghargai sesama. Kita harus membiasakan diri bersikap positif terhadap adanya perbedaan di masyarakat. Perbedaan adalah sesuatu yang biasa terjadi di masyarakat karena kita hidup di negara yang heterogen, baik dari sisi agama, kepercayaan, suku, bahasa, adat istiadat, dan budaya.
Sikap bisa menerima perbedaan memang tidak mudah, tapi harus terus dilatih dan dibiasakan. Harus ditanamkan dalam diri bahwa perbedaan tidak sama dengan permusuhan. Orang yang berbeda sikap dan pandangan hidup dengan kita tidak berarti musuh kita.
Orang yang berbeda agama dan keyakinan dengan kita tidak selalu menjadi musuh kita. Dalam hidup bermasyarakat, yang harus dikedepankan adalah mencari teman sebanyak-banyaknya, bukan mencari musuh sebanyak-banyaknya. Ada pepatah yang perlu kita renungkan yaitu teman seribu masih kurang tapi musuh satu kebanyakan. Sikap tidak mudah memaksakan pendapat dan kehendak kepada orang lain harus terus kita dilatih. Dan demikian juga sikap menerima dan menghormati perbedaan harus terus kita biasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Perbedaan yang menyangkut keimanan dan kepercayaan biasanya mudah memicu konflik karena masing-masing pihak merasa paling benar. Perbedaan pandangan ataupun keyakinan yang berhubungan dengan aspek transenden memang krusial memicu konflik. Padahal kebenaran itu tidak bisa diterimakan melalui pemaksaan. Kebenaran hanya bisa diterima melalui kesadaran diri dan penerimaan secara suka rela.
Oleh karena itu, marilah kita saling berlomba-lomba menyampaikan kebenaran melalui cara yang baik dan dengan melalui pemberian contoh perilaku dan sikap hidup yang baik. Sikap dan perilaku hidup kita mencerminkan pandangan hidup dan nilai-nilai hidup yang kita percayai. []
Gumpang Baru, 07 Juli 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar