https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2023/06/22/idul-adha_169.jpeg?w=700&q=90
Sumber Gambar:
HIKMAH
IDUL ADHA:
MELEPASKAN
CINTA BERLEBIHAN PADA DUNIA UNTUK MENDEKATKAN DIRI PADA ALLAH SWT.
Oleh:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Manusia dilahirkan ke dunia ini dengan
dibekali nafsu mencintai dunia. Dengan memiliki rasa cinta pada dunia, manusia
berusaha menciptakan kehidupan dunia yang nyaman. Melalui proses belajar dan
mengeksplorasi potensi sumber daya alam yang tersedia di alam, manusia dengan
kemampuan berpikirnya akhirnya mampu menemukan ilmu sains dan teknologi modern.
Seiring dengan ditemukannya teknologi-teknologi baru yang terus semakin
canggih, kehidupan manusia di dunia juga semakin nyaman.
Manusia secara fitrah memang akan
mencintai kehidupan dunia. Komponen kehidupan dunia yang dicintai semua orang
adalah harta, tahta, dan wanita. Ketiga hal tersebut merupakan perhiasan
kehidupan di dunia. Tidak ada salah ketika seseorang mencintai ketiga perhiasan
dunia tersebut. Justru rasa cinta pada ketiga perhiasan dunia tersebut akan
mendorong manusia mengerahkan segenap kemampuan dan potensi dirinya untuk
bertumbuh dan berkembang menjadi sosok manusia yang tangguh, berkualitas, dan pantang
menyerah. Semangat pantang menyerah dan keinginan menjadi manusia yang tangguh
dan hebat inilah yang menjadi faktor pendorong manusia mampu mengalahkan segala
tantangan, hambatan, dan masalah kehidupan.
Mencintai kehidupan dunia dengan segala
isinya memang tidak salah. Justru rasa cinta kepada dunia inilah yang membuat
kehidupan manusia menjadi dinamis. Tetapi ketika rasa cinta kepada kenikmatan
kehidupan dunia itu berlebihan, itulah awal terjadinya masalah. Mengapa? Karena
ketika manusia terlalu cinta pada kehidupan dunia, dia akan menjadi lupa pada
kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan alam akhirat. Kehidupan di dunia
hanya sementara, yaitu sepanjang umur manusia. Tetapi kehidupan di alam akhirat
berlangsung selamanya alias abadi. Oleh karena itu, terlalu mencintai kehidupan
dunia hingga melupakan kehidupan alam akhirat adalah sebuah kesalahan. Setiap
orang harus menyadari potensi terjadinya kesalahan tersebut dan berusaha
menjalani pola kehidupan yang seimbang antara kepentingan hidup di dunia dengan
kepentingan kehidupan di akhirat.
Apakah kita bisa menjalani kehidupan di
dunia dengan sebaik-baiknya tanpa melupakan kebutuhan untuk menjalani kehidupan
di akhirat? Jawabnya tentu saja bisa. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan
menjalani kehidupan di dunia dengan sebaik-baiknya dalam rangka mempersiapkan
bekal kehidupan di akhirat. Segala perbuatan dan aktivitas di kehidupan dunia
diniatkan untuk beribadah kepada Allah Swt. dan melakukan kebaikan. Berbuat
kebaikan dapat dicirikan dengan apakah yang dilakukan tersebut membawa manfaat
atau tidak? Tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bermanfaat
bagi orang lain. Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah
yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain” (HR. Ahmad).
Kunci menjalani kehdupan yang baik
adalah dengan berusaha meniatkan segala aktivitas hidup kita di dunia ini dalam
rangka memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri dan orang-orang
lain di sekitar kita. Berbuat baik kepada orang lain tidak ada ruginya. Harta,
tenaga, waktu, ataupun pikiran kita yang hilang untuk membantu orang lain akan
dibalas oleh Allah Swt. dengan pahala kebaikan yang berlipat ganda. Jadi jangan
pernah takut menjadi miskin gara-gara sering bersedekah atau membantu orang
lain.
Selain meniatkan segala aktivitas dan
perbuatan untuk kebaikan, kita juga harus memiliki sikap hidup positif yaitu
mau berkurban untuk orang lain. Mau berkurban untuk kepentingan diri sendiri
itu wajar dan sangat biasa, tetapi mau berkurban untuk kepentingan orang lain
itu barulah luar biasa. Berkurban untuk kepentingan orang lain dengan
mengesampingkan kepentingan sendiri itu tidaklah mudah. Mau mendahulukan
kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri merupakan sebuah sikap
hidup positif yang sangat luar biasa. Hanya orang-orang yang akhirat oriented saja yang mau dan mampu
melakukan hal baik tersebut. Sebaliknya, orang-orang yang dunia oriented pasti akan sangat berat dan sulit melakukan kebaikan
tersebut.
Oleh karena itu, maka bersyukurlah jika
kita memiliki hati dan pikiran yang selalu mengarah kepeda kepentingan akhirat oriented. Sebaliknya, jika hati
dan pikiran kita belum secara otomatis mengarah kepada akhirat oriented, maka kita harus berlatih mengubahnya. Bagaimana
cara mengubahnya? Dengan melatih membangkitkan empati dan rasa kepedulian kita
pada orang lain. Kita biasakan untuk melihat lingkungan di sekitar kita yang
kehidupan orang-orangnya jauh di bawah standar hidup kita. Lihat dan bayangkan
bagaimana beratnya kehidupan orang-orang dhuafa tersebut, dan kemudian
bandingkan dengan kehidupan kita yang serba cukup dan nyaman. Apa yang hati
kita rasakan? Kalau hati kita merasa bergetar dan muncul perasaan seperti ikut
merasakan penderitaan hidup mereka, maka berarti kita punya potensi kembali
menjadi manusia yang fitrah.
Momen peringatan hari raya Idul Adha
atau hari raya Idul Kurban merupakan kesempatan yang tepat untuk merefresh
pikiran dan hati kita menjadi manusia yang fitrah, yakni manusia yang memiliki kepedulian
dan kasih sayang pada sesama. Berkurban tidak hanya bermakna sebatas
menyembelih kambing atau sapi, tetapi lebih kepada menyembelih kecintaan yang
berlebihan pada kenikmatan duniawi. Kambing atau sapi sebagai simbol
kepemilikan pada kenikmatan duniawi disembelih (dibunuh) dalam rangka
pengabdian pada Allah Swt. Maka hikmah dari merayakan Idul Adha dapat juga
dimaknai sebagai momen untuk membunuh (memutus) rasa cinta berlebihan pada
kenikmatan kehidupan dunia untuk dialihkan kepada rasa cinta dan pengabdian
kepada Allah Swt. Karena Allah Swt. suka dengan amalan kebaikan, maka ber-Idul
Adha dapat juga dimaknai sebagai momen untuk kembali menjadi manusia yang baik,
yaitu sosok manusia yang hati dan pikirannya hanya tertuju untuk beribadah
kepada Allah Swt. dan menyebarkan kemanfaatan kepada sesama umat manusia. Wallahu A’lam. []
Gumpang Baru, 30 Juni 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar