MENAHAN DIRI
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Ketika anak lanang didiagnosis sakit Demam Berdarah oleh dokter dan harus menjalani rawat inap di RS UNS, maka berdasarkan diskusi dengan istri diputuskan saya yang menemani anak lanang selama menjalani pengobatan rawat inap di rumah sakit. Sementara istri di rumah menemani dan mengurus kebutuhan sekolah si kecil.
Selama menjaga dan menemani anak lanang di rumah sakit, saya tidak sempat mengaji (membaca Al-Qur'an) sehabis sholat Maghrib sebagaimana saya lakukan secara rutin setiap hari bersama keluarga. Anak lanang dirawat di RS UNS selama 5 hari sehingga selama 5 hari pula saya tidak membaca Al-Qur'an.
Setelah anak lanang boleh pulang karena kondisi kesehatannya sudah cukup membaik, maka sehabis sholat Maghrib saya membaca Al-Qur'an cukup banyak halaman hingga akhir juz 15. Nah, ketika si kecil juga selesai membaca Al-Qur'an, dia bertanya ke saya, "Papi baca berapa halaman?" Maka saya pun menjawab, "Papi sudah selesai juz 15, besok melanjutkan juz 16".
Mendengar jawaban papinya tersebut, tiba-tiba si kecil langsung menangis tersedu-sedu. Sambil terisak-isak menangis, dia berkata, "Kok papi ninggalin adek?" Saya lihat si kecil menangisnya serius, maka segera saya peluk si kecil dan berusaha menenangkannya. Sambil terus memeluk, saya berkata kepada dia, "Papi minta maaf ya, papi kira adek sudah selesai juz 15. Karena selama menunggui kakak di rumah sakit papi gak baca Al-Qur'an".
Perlu waktu cukup lama untuk menenangkan si kecil dari tangisannya. Sepertinya dia sangat shock mengetahui papinya telah membaca sampai akhir juz 15 karena dia masih kurang banyak halaman. Dia merasa tertinggal banyak halaman. Memang terakhir membaca Al-Qur'an sebelum kakaknya masuk rumah sakit, dia dan saya beberapa kali bersamaan jumlah halaman yang dibaca. Waktu itu dia begitu bahagianya bisa sama dengan papinya dalam jumlah halaman yang dibaca.
Setelah terus memeluk dan berkali-kali meminta maaf, akhirnya si kecil berhenti menangis. Saya berjanji kepada si kecil besok akan membaca sedikit halaman agar adek bisa menyamai saya. Dan besoknya apa yang terjadi?
Ternyata besoknya sehabis sholat Maghrib, si kecil seakan ingin membalas dendam mengejar ketertinggalannya dengan membaca Al-Qur'an banyak halaman. Ketika papi, mami, dan kakaknya telah selesai membaca Al-Qur'an, dia tetap terus membaca dengan suara keras sampai-sampai suaranya serak. Mungkin ada waktu setengah jam lebih dia membaca Al-Qur'an hingga akhirnya dapat menyelesaikan juz 15 dan menambah satu halaman juz 16.
Berangkat dari kesalahan saya tersebut, maka selanjutnya saya menahan diri untuk membaca Al-Qur'an tidak sampai melebihi jumlah halaman yang dibaca si kecil. Demi kebahagiaan dan memotivasi si kecil agar terus senang membaca Al-Qur'an, saya menyengaja hanya membaca sedikit halaman sehingga halaman bacaan si kecil berada di depan saya.
Saya berusaha menahan diri untuk tidak membaca banyak halaman Al-Qur'an agar tidak sampai melampaui jumlah halaman bacaan si kecil. Bagi saya, kebahagiaan si kecil ketika melantunkan keindahan ayat-ayat firman Allah SWT jauh lebih penting dibandingkan kenikmatan yang saya rasakan ketika membaca ayat-ayat-Nya. []
Gumpang Baru, 08 Juni 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar