Powered By Blogger

Rabu, 29 Januari 2025

KEUNTUNGAN MENULIS BUKU

 


KEUNTUNGAN MENULIS BUKU

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Buku merupakan salah satu media untuk mendiseminasikan ide, gagasan, pemikiran dan menyebarkan ilmu pengetahuan ke masyarakat. Buku menjadi media yang efektif untuk menyebarkan informasi karena masyarakat sudah sangat familier dengan buku. Ada banyak jenis buku, tergantung jenis buku yang mana yang ingin digunakan penulis untuk membagikan pengetahuan, ide, gagasan dan pemikirannya ke publik.

            Dalam dunia pendidikan, peran buku pelajaran menjadi sangat urgen. Buku pelajaran menjadi panduan utama bagi peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran. Buku pelajaran juga bisa menjadi alat bantu guru untuk mendorong peserta didik lebih mendalami materi pelajaran yang disampaikan secara mandiri (self learning). Tanpa keberadaan buku pelajaran, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan maksimal dan tujuan pembelajaran juga akan lebih sulit tercapai. Walaupun ada sumber melimpah di internet, tetapi materi pelajaran yang disajikan dalam buku pelajaran lebih sistematis, terstruktur, dan mendukung aktivitas belajar peserta didik.

            Sejak kecil saya menaruh ketertarikan untuk menjadi penulis buku. Setiap kali melihat buku yang halamannya tebal berisi ratusan hingga ribuan halaman, muncul rasa kagum dan takjub di hati saya, betapa hebatnya sang penulis buku tersebut. Saya penasaran bagaimana caranya sang penulis buku tersebut mampu menulis sekian banyak halaman. Saya sangat takjub betapa tinggi dan mendalam ilmu yang dimiliki sang penulis buku sehingga mampu menuangkan pengetahuan dan pemikirannya ke dalam halaman-halaman buku yang jumlahnya sangat banyak.

            Saya ingin sekali bisa menulis buku seperti para penulis buku yang hebat-hebat tersebut. Saya selalu merasa kagum dengan kehebatan para penulis buku. Saya ingin bisa seperti mereka yang mampu menulis berates-ratus hingga beribu-ribu halaman. Saya sangat mengidolakan para penulis yang hebat-hebat tersebut. Bagi saya, penulis buku itu sangat keren, hebat, dan pastinya orang pintar. Karena kalau bukan orang pintar atau berilmu tinggi, bagaimana mungkin mereka mampu menulis buku dengan jumlah halaman yang sangat banyak. Entah sampai kapan keinginan saya untuk menjadi seorang penulis buku dapat terwujud.

            Hingga saya lulus sarjana S1, keinginan untuk bisa menulis buku masih hanya sebatas angan-angan saja. Saya belum tahu ilmunya bagaimana cara menulis sebuah buku. Selama menempuh pendidikan S1 saya belum pernah ikut kursus atau pelatihan menulis buku. Saya baru pernah mengikuti pelatihan menulis karya tulis ilmiah dan memenangkan beberapa kejuaraan lomba penulisan karya tulis ilmiah. Bekal ilmu dari mengikuti pelatihan menulis karya tulis ilmiah dan pengalaman menjadi juara lomba karya tulis ilmiah belum mampu menjadikan saya bisa menulis buku.

            Ketika bekerja sebagai guru Kimia SMA setelah lulus sarjana S1, saya pernah mendapatkan undangan dari sebuah penerbit buku untuk menulis buku pelajaran Kimia SMA. Waktu itu saya menerima undangan menulis buku pelajaran Kimia SMA dari penerbit tersebut. Dengan berbekal pengalaman menulis karya tulis ilmiah, saya mencoba menulis buku pelajaran Kimia SMA kelas X. Setelah beberapa waktu berlalu, ternyata saya belum mampu menghasilkan satu bab pun.

            Saya benar-benar mengalami kesulitan dan kebuntuan ide untuk menyelesaikan penulisan buku pelajaran Kimia SMA kelas X. Akhirnya saya menyatakan menyerah dan tidak melanjutkan proses penulisan buku pelajaran Kimia SMA. Meskipun undangan penulisan buku pelajaran tersebut merupakan kesempatan langka dan berharga sekali karena ada jaminan kepastian buku akan diterbitkan oleh penerbit, tetapi saya harus menerima kenyataan pahit bahwa saya belum mampu menulis buku. Demikian pengalaman pertama saya mencoba menulis buku dan berakhir dengan sebuah kegagalan.

            Kesempatan menulis buku kedua datang berupa penawaran untuk menulis buku pelajaran Kimia SMA tetapi dalam bentuk buku LKS (Lembar Kerja Siswa). Mendapatkan tawaran tersebut, saya menyanggupinya dan berusaha sekuat tenaga menyelesaikan naskah buku LKSnya. Setelah berjuang dengan sekuat tenaga dan bersungguh-sungguh, akhirnya saya mampu menyelesaikan satu naskah buku LKS Kimia SMA dengan baik. Pengalaman pertama menulis buku LKS Kimia SMA ini akhirnya menjadi bekal saya untuk menyelesaikan projek-projek penulisan buku pelajaran berikutnya. Master dokumen buku LKS Kimia SMA yang saya buat tersebut juga kelak akan saya pergunakan untuk bahan menulis buku pelajaran Kimia SMA pada ajang lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI.

            Setelah menjadi dosen PNS di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, saya bersama-sama dengan kolega dosen di Program Studi Pendidikan Kimia menulis buku pelajaran Kimia SMA. Buku pelajaran Kimia SMA yang kami hasilkan tersebut akhirnya dibeli hak ciptanya  oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional RI dan statusnya menjadi BSE (Buku Sekolah Elektronik) yang dapat diunduh dan dicetak oleh siapapun dan bahkan bebas diperjual belikan dengan mengikuti HET (Harga Eceran Tertinggi) yang ditetapkan pemerintah. Royalti bagi hasil dari pembelian hak cipta buku tersebut kemudian saya pergunakan untuk membelikan motor baru untuk istri tercinta.

            Pengalaman menulis buku pelajaran Kimia SMA/MA berikutnya adalah ketika saya dan teman Studi Pascasarjana S2 mengikuti lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI. Saya mengerjakan projek penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA untuk kepentingan lomba tersebut saat sedang menempuh pendidikan studi lanjut Pascasarjana Kimia di Program Studi S2 Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alhamdulillah buku yang kami tulis mendapatkan apresiasi dan penghargaan sebagai juara 1 Nasional. Dari memenangkan lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA tersebut, saya mendapatkan hadiah uang yang jumlahnya cukup besar. Uang hadiah memenangkan lomba penulisan buku pelajaran MIPA tersebut kemudian saya pergunakan untuk membeli sebuah rumah yang kami tempati hingga sekarang ini.

            Setelah memenangkan lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI tersebut, kami mendapat undangan dari panitia lomba untuk membahas rencana penerbitan buku-buku pemenang lomba. Dikarenakan sejak awal di pengumuman lomba dinyatakan bahwa hak cipta buku pemenang lomba ada pada penulis, maka ketika buku kami diterbitkan oleh Kementerian Agama RI melalui proyek pengadaan buku pelajaran MIPA untuk MA seluruh Indonesia, maka kami selaku penulis buku berhak atas royalty dari biaya pengadaan buku tersebut. Alhamdulillah dari penerbitan buku tersebut, saya mendapatkan royalty yang cukup besar dan kemudian saya pergunakan untuk biaya merenovasi rumah yaitu menambah luas bangunan rumah.

            Setelah lulus studi lanjut Pascasarjana S2, saya mengikuti lomba penulisan buku pengayaan yang diselenggarakan oleh Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional RI. Walaupun tidak memperoleh juara, tetapi saya mendapatkan bantuan sosial berupa uang beberapa juta rupiah untuk memperbaiki kualitas buku dan biaya penerbitan buku. Buku tersebut di kemudian hari saya terbitkan di sebuah penerbit buku di kota Malang.

            Di kampus saya, kemudian ada penawaran pemberian insentif penulisan buku ajar untuk mendukung perkuliahan. Mendengar informasi tersebut, saya langsung tertarik mengikutinya. Alhamdulillah akhirnya saya dapat menyelesaikan satu naskah buku ajar untuk mata kuliah yang saya ajar dan mendapatkan insentif uang beberapa juta rupiah. Di kemudian hari, buku ajar tersebut saya terbitkan di penerbit buku di kota Yogyakarta. Hingga saat ini, buku ajar saya tersebut masih dicetak dan diperjualbelikan. Dan setiap tahun saya masih mendapatkan royalty dari hasil penjualan buku ajar kimia yang saya tulis tersebut.

            Sejak pengalaman-pengalaman menyenangkan dalam menulis buku tersebut, saya semakin semangat dalam menulis buku. Saya semakin produktif menulis dan menerbitkan buku setiap tahunnya. Selain menulis buku tunggal, saya juga banyak menulis buku-buku kolaborasi bersama kolega penulis maupun dosen-dosen di seluruh Indonesia. Hingga artikel ini ditulis, saya tercatat telah menulis dan menerbitkan buku sebanyak 121 judul buku, baik buku tunggal maupun buku kolaborasi. Selain itu saya juga telah memiliki sertifikat hak cipta buku dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI sebanyak 46 buah. Untuk mendukung kompetensi saya sebagai penulis buku secara forma, saya telah memiliki sertifikat kompetensi sebagai penulis buku non fiksi dari BNSP [1].

            Demikian cerita keuntungan-keuntungan yang saya peroleh setelah menjalani aktivitas menulis buku. Saya merasa sangat bersyukur sekali karena dari aktivitas menulis yang semula hanya sebuah hobi atau kesenangan belaka akhirnya bisa menjadi sumber pendapatan alternatif selain penghasilan rutin selaku dosen PNS. Selain mendapatkan keuntungan material berupa keuntungan finansial, setelah menekuni aktivitas menulis buku saya juga mendapatkan keuntungan immaterial yaitu berupa kepuasan dan kebanggaan serta kebahagiaan karena cita-cita dan keinginan saya terdahulu untuk mampu menulis buku akhirnya terwujud. Dari aktif menulis buku tersebut, akhirnya saya juga bisa mengenal banyak penulis hebat lain sehingga bermanfaat memotivasi spirit menulis saya.

Sebagai seorang akademisi yang bekerja di perguruan tinggi, aktivitas menulis buku yang saya jalani sangat mendukung profesi sebagai dosen. Berkat ketekunan saya dalam menulis buku, baik buku tunggal maupun buku-buku kolaborasi dengan para kolega dosen dari berbagai perguruan tinggi, profil Google Scholar saya memiliki jumlah sitasi dan h-indeks yang relative tinggi. Hingga saat artikel ini ditulis, tercatat akun Google Scholar saya memiliki jumlah kutipan: 4.086, indeks-h: 36, dan indeks-i10: 69 [2].

Dari ketekunan menulis buku juga saya pernah dua kali mendapatkan penghargaan Rektor Universitas Sebelas Maret sebagai “Inovasi dan P2M Award” Peringkat 2 dan 3 Kategori Lektor Bidang Sainstek pada tahun 2022 dan 2023. Selain itu, berkat aktif menulis buku nama saya juga masuk dalam daftar Indonesia Top 10.000 Scientists yang dikeluarkan oleh lembaga pengindeks dari USA yakni AD Scientific Index. Awal tahun 2025 ini, di daftar World Scientist and University Ranking 2025 yang dirilis oleh AD Scientific Index, saya menduduki posisi peringkat 1 di bidang Chemical Sciences dan Natural Sciences tingkat Universitas. Di tingkat Nasional, saya menduduki peringkat 8 bidang Chemical Sciences dan peringkat 40 bidang Natural Sciences [3]. []

 

 

Surakarta, 30 Januari 2025

 

Tautan pendukung artikel:

[1]

https://sharing-literasi.blogspot.com/2024/11/profil-penulis-agung-nugroho-catur.html

[2]

https://scholar.google.co.id/citations?hl=id&user=SVzbvn4AAAAJ&view_op=list_works&sortby=pubdate&gmla=AGd7smHKVMe22xVNZoCcONyKS1fXsYfxhKHxwLwJU5klwA1zlbp2j5BMOLuFk6oBXWPB-1foglnV6txbHhQDWmVur_kamyNpwJBiNWmbPA6tXtU6OrtV4QRaSg&sciund=6561976900141841353

[3]

https://www.adscientificindex.com/scientist/agung-nugroho-catur-saputro/301914

 

Kamis, 23 Januari 2025

KEAJAIBAN INTI ATOM DAN MISTERI HARI KEBANGKITAN

 Seri Filsafat Kimia (10)



KEAJAIBAN INTI ATOM DAN MISTERI HARI KEBANGKITAN

Oleh: 

Agung Nugroho Catur Saputro 



Hari kebangkitan merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus diimani atau diyakini oleh setiap orang Islam. Keyakinan terhadap sesuatu yang belum terjadi terkadang memang sulit dilakukan, kecuali ada bukti yang cukup kuat untuk mendukung keyakinan tersebut. Demikian juga halnya dengan keyakinan terhadap adanya hari kebangkitan (kiamat).


Mungkin banyak orang yang tidak mempercayai adanya hari kebangkitan. Hari kebangkitan adalah hari di mana semua makhluk dibangkitkan lagi setelah mati dan hancur jasadnya. Pertanyaan yang mungkin sering muncul adalah "bagaimana mungkin kita dibangkitkan kembali, sedangkan tubuh kita sudah hancur dan menjadi tanah? Bagaimana caranya bagian-bagian penyusun tubuh kita akan disatukan kembali, sedangkan tubuh kita sudah terurai menjadi atom-atom?" 


Ketidakpercayaan terhadap adanya hari kebangkitan juga diungkapkan oleh orang-orang kafir sebagaimana diceritakan dalam Al Quran : 

"Dan orang-orang kafir berkata," Hari kebangkitan (kiamat) itu tidak akan datang kepada kami." Katakanlah, "Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang gaib, hari kebangkitan itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sekalipun seberat zarrah, baik yang di langit maupun yang di bumi, yang lebih kecil dari itu atau yang lebih besar, semuanya (tertulis) dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)". (QS. Saba [34] : 3).

Jadi bagi orang-orang kafir, hari kebangkitan (kiamat) itu tidak akan terjadi, mereka tidak beriman pada adanya hari akhir.


Menurut mereka yang tidak mempercayai hari akhir, hari kebangkitan itu tidak pernah ada. Menurut persepsi mereka, kalau mereka nanti sudah meninggal dan dikuburkan dalam tanah, maka tubuh mereka akan hancur dan berubah atau bercampur dengan tanah. Bagaimana caranya bagian-bagian tubuh mereka yang sudah terurai menjadi atom-atom akan disatukan kembali menjadi tubuh utuh?


Orang yang tidak percaya hari akhir berpendapat bahwa tidak mungkin tubuh yang sudah hancur dan terurai menjadi atom-atom dapat disatukan kembali. Benarkah demikian? Bagaimanakah cara Allah Swt memberitahukan kepada manusia bahwa membangkitkan manusia yang sudah meninggal dan menjadi tanah itu merupakan suatu perkara yang mudah bagi-Nya? Bagaimana para ilmuwan sains mengungkap ilmu Allah Swt tersebut? Bagaimanakah mekanisme Allah Swt dalam membangkitkan manusia pada hari akhir nanti? Silakan lanjutkan membaca artikel ini.


Saat ini, para ilmuwan sains telah mendata dan menyusun semua unsur yang dikenal dalam bentuk Tabel Periodik Unsur. Selain itu, ilmuwan sains juga telah mampu mengidentifikasi  proton dalam inti atom sebuah atom hidrogen dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Nah, belum lama ini suatu penemuan telah membuktikan bahwa medan magnetik yang terdapat pada inti atom sebagian besar dipengaruhi oleh medan magnetik luar. 


Intensitas medan magnetik pada suatu inti atom merupakan suatu fungsi dari elektron-elektron yang mengelilingi inti atom dan juga dipengaruhi oleh elektron-elektron dari atom-atom lain yang berdekatan. Interaksi elektron-elektron dengan medan magnetik luar menyebabkan perubahan medan magnetik inti atom, sehingga menimbulkan apa yang disebut "chemical shift" (pergeseran kimia). 


Pada suatu medan magnetik luar tertentu, setiap inti atom dari suatu spesies tertentu yang secara kimia berbeda beresonansi pada frekuensi yang sedikit berbeda. Ini menyebabkan timbulnya puncak-puncak resonansi magnetik yang berbeda, yang dapat dilihat melalui Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS).


Sebagaimana MRI menghasilkan gambaran anatomis, MRS menghasilkan informasi kimiawi secara kuantitatif. Sekarang ini dapat diberikan dalam format gambar dan disebut sebagai Magnetic Resonance Spectroscopic Imaging (MRSI).


Jadi, meskipun inti atom dari unsur-unsur yang berbeda terdiri dari proton-proton yang pada dasarnya serupa, efek terhadap mereka dari elektron-elektron luar yang mengelilinginya dan juga elektron-elektron dari atom-atom yang berdekatan, menyebabkan mereka menghasilkan resonansi dengan frekuensi-frekuensi berbeda yang dapat dibedakan. 


Teknik tersebut di atas dan banyak teknik lainnya ada pada sang Pencipta. Allah Swt memiliki daftar semua atom yang menyusun alam semesta ini. Oleh karena itu, pada hari kebangkitan, Allah Swt tidak akan kesulitan dalam merekonstruksi setiap makhluk hidup.


Berdasarkan ulasan di atas, dapat kita pahami bahwa inti atom dalam setiap atom memiliki resonansi yang berbeda-beda tergantung dengan atom apa dia berdekatan. Jadi setiap atom di alam semesta ini seolah-olah memiliki sensor untuk mendeteksi atom lain yang pernah berikatan dengannya. 


Dengan cara seperti itulah pada hari kebangkitan nanti Allah Swt akan menyatukan dan merekonstruksi kembali jasad manusia yang telah hancur dan terurai menjadi atom-atom. Tidak ada yang sulit bagi Allah Swt. Ibaratnya Allah Swt tinggal "mengaktifkan" sensor magnetik tersebut, maka setiap atom akan bergerak sendiri mencari atom-atom pasangannya yang dulu pernah berikatan dan menyatu kembali membentuk jasad tubuh yang utuh. Ya, memang tidak ada yang mustahil bagi Allah Swt. Jika berkehendak, maka Allah Swt cukup berfirman "Kun" (jadilah), maka "fayakun" (maka menjadilah) apa yang menjadi semua kehendak-Nya. Wallahu a'lam. []


Sumber Bacaan: 

Adel M.A. Abbas, 2000, Singgasana-Nya di Atas Air, Jakarta: Penerbit Lentera.


*) Staf Pengajar Kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS)

Sabtu, 18 Januari 2025

PAHALA DAN SELF-IMPROVEMENT



 PAHALA DAN SELF-IMPROVEMENT

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Dalam ajaran Islam banyak ditemukan dorongan untuk melakukan perbuatan baik. Balasan perbuatan baik dijanjikan balasan berupa "pahala" dan surga. Allah Swt lebih suka memberi pahala daripada memberi dosa. Allah Swt suka melipatgandakan pahala suatu perbuatan kebaikan, tetapi tidak demikian dengan perbuatan keburukan.

Dalam Islam banyak dijumpai keterangan tentang keutamaan suatu perbuatan dibandingkan perbuatan lain, misalnya hadits tentang "Tangan di atas (memberi) "lebih baik" daripada tangan di bawah (meminta-minta)". Hadits ini memberikan dorongan kepada umat Islam agar suka memberi (membantu orang lain), karena memberi itu perbuatan yang lebih mulia dibandingkan meminta-minta.

Tetapi hadits di atas jangan kemudian dimaknai bahwa meminta-minta itu hukumnya haram dan perbuatan yang dibenci Allah Swt dan pantas untuk dihina. Tidak seperti itu dalam memaknai isi hadits tersebut. Islam itu agama yang menentramkan, agama yang mengutamakan kemuliaan, tidak pernah menyuruh umatnya untuk mengejek dan menghina umat lain.

Dalam Islam, seseorang tidak diharamkan untuk meminta "sedekah" pada orang yang kaya kalau dia termasuk kategori fakir dan miskin, tetapi tetap pada batas kewajaran dan cara yang baik. Mengapa meminta-minta sedekah tidak diharamkan? Karena pada harta orang kaya terkandung sebagian hak fakir miskin yang harus diberikan, dan justru itu menjadi kewajiban bagi orang kaya untuk menunaikannya.

Pada kasus di atas, jika seseorang yang fakir miskin tersebut tidak mau mengambil haknya dengan meminta sedekah dan "lebih suka" bekerja, maka itu lebih utama dan lebih mulia serta lebih disukai Allah Swt. Hal ini seiring dengan hadits lain yang menyatakan keutamaan bekerja, "Sedekah yang paling baik adalah yang berasal dari hasil tangan sendiri (bekerja)".

Dalam redaksional lain, terkadang Allah Swt menggunakan kata " melipatgandakan pahala" untuk mendorong umat Islam berbuat baik, misalnya "Setiap harta yang disedekahkan akan dibalas dengan kelipatan 700 kali bahkan bisa lebih kalau Allah Swt berkehendak. Contoh lain adalah "Puasa Ramadhan yang dilanjutkan puasa enam hari di bulan Syawal pahalanya seperti puasa satu tahun penuh".

Dari beberapa hadits tersebut di atas, tampak sekali bahwa Allah Swt tidak menggunakan "ukuran kuantitatif" dalam membalas perbuatan baik, tetapi Allah Swt selalu menggunakan "ukuran kualitatif". Allah Swt tidak pernah membalas suatu perbuatan baik karena perbuatan itu sendiri dengan mengatakan perbuatan itu "pahalanya sekian" (ukuran kuantitatif), tetapi selalu membandingkan dengan perbuatan lain (ukuran kualitatif). Apa makna tersirat dari ajaran-ajaran Islam tersebut?

Ajaran-ajaran dalam Islam tersebut mengisyaratkan bahwa setiap umat Islam itu harus selalu melakukan perbuatan yang "lebih baik", setiap umat Islam harus mengerjakan pekerjaannya maupun kewajibannya dengan lebih baik. Atau dengan redaksional lain, Islam sangat menjunjung tinggi aktivitas "perbaikan diri" dan "peningkatan kualitas diri" (self-improvement).

Islam tidak menganjurkan umatnya untuk cepat berpuas diri dengan capaian prestasinya. Islam tidak menganjurkan umatnya "merasa" sudah lebih baik dibandingkan umat lain yang bisa mengakibatkan sifat sombong dan takabur. Justru Islam sangat peduli dengan sikap "ahsan" atau "profesional" dalam setiap aktivitas atau pekerjaan. Ya, sikap PROFESIONAL adalah ciri khas kinerja umat Islam yang sangat disukai Allah Swt. Bagaimana kenyataan di kehidupan sehari-hari? Bagaimana kondisi kinerja umat Islam secara umum? Mari kita renungkan bersama. WaAllahu a'lam. []


*) Staf Pengajar Kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS)

Jumat, 17 Januari 2025

MENGAPA AGAMA DAN SAINS PERLU DIINTEGRASIKAN?

Sumber Gambar: https://piuii17.blogspot.com/2018/08/islamisasi-dan-integrasi-ilmu-kajian.html
 

MENGAPA AGAMA DAN SAINS PERLU DIINTEGRASIKAN?

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Agama dan sains adalah dua topik pembicaraan yang masih hangat untuk didiskusikan. Mengapa dua istilah ini menarik untuk dibahas? Karena sampai saat ini masih ada saja orang yang mempertanyakan bagaimana hubungan antara agama dan sains? Apakah agama dan sains itu selaras atau bertentangan? Bagaimana mensikapi keadaan ketika dijumpai ada ayat-ayat dalam kitab suci yang tampak bertentangan dengan teori sains yang telah diterima kebenarannya? Mana yang lebih dipercaya kebenarannya, antara kebenaran agama atau kebenaran sains? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang membuat topik hubungan agama dan sains tidak habis-habisnya untuk terus dikaji dan didiskusikan.

 

Sebenarnya kalau semua orang memahami dan menyadari bahwa agama dan sains itu memiliki karakteristik yang berbeda dan unik, maka tidak akan ada yang akan mempermasalahkan hubungan antara agama dan sains. Dasar penentuan kebenaran antara agama dan sains sudah jelas berbeda. Kebenaran agama didasarkan atas kandungan isi kitab suci yang merupakan firman-firman Tuhan, sedangkan kebenaran sains didasarkan atas pengamatan empiris dan pengujian mengikuti metode yang sistematis. Agama membahas masalah keimanan, ibadah, akhlak, pekerti, dan nilai-nilai spiritual. Sedangkan sains membahas masalah sifat-sifat dan gejala yang terjadi pada materi fisik di alam semesta. Jadi kedua bidang tersebut memiliki kapling kajian yang berbeda dan metode pemerolehan yang berbeda pula, sehingga keduanya memang tidak perlu dipertentangkan.

 

Apakah agama dan sains saling bertentangan ataukah saling selaras? Jika dipandang dari dasar asalnya kebenaran, maka seharusnya agama dan sains tidak bertentangan. Agama dan sains harusnya saling melengkapi sehingga pemahaman dan penghayatan kita terhadap kehidupan menjadi komprehensif. Agama dan sains bagi manusia merupakan kebutuhan asasi. Artinya, keduanya merupakan kebutuhan pokok bagi hidup dan sistem kehidupan manusia. Agama bagi manusia sebagai pedoman, petunjuk, kepercayaan, dan keyakinan bagi pemeluknya untuk hidup sesuai dengan fitrah manusia yang dibawa sejak lahir (Muhaimin et al., 2001 : 282). Eksistensi sains bagi agama berfungsi sebagai pengukuh dan penguat agama bagi pemeluknya, karena dengan sains mampu mengungkap rahasia-rahasia alam semesta dan seisinya, sehingga akan menambah khidmat dan khusyuk dalam beribadah dan bermuamalah. Sains bermanfaat untuk mendapatkan kedamaian hidup secara individual dan secara kolektif bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kemanfaatan sains luar biasa dan akan menjadikan manusia dekat dengan Tuhan, hidup lebih nikmat, bahagia, dan sejahtera (Maksudin, 2013: 2).

 

Terkait hubungan antara agama dan sains, Maksudin (2013) menganalogikan hubungan agama dan sains ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa berdiri sendiri dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Di samping itu, bila dikaji menurut fitrah manusia, agama dan sains keduanya pada hakikatnya sama-sama berasal dari Tuhan. Hal ini sebagaimana ditekankan oleh Ibnu Rusyid bahwa “Kebenaran (wahyu) tidak bisa bertentangan dengan hikmah (filsafat, metode rasional dengan pembuktian); sebaliknya, keduanya mesti saling sepakat dan saling mendukung” (Guessoum, 2020: 128).  Lebih lanjut, Maksudin (2013) menyatakan bahwa agama sebagai dasar-dasar petunjuk Tuhan untuk dipatuhi dan diamalkan dalam hidup dan sistem kehidupan manusia, sedangkan sains diperolehnya melalui abilitas dan kapasitas atau potensi manusia yang dibawanya sejak lahir (h.3). Agama tidak menjadikan pemeluknya menjauhi sains dan demikian juga sains bagi saintis tidak meninggalkan agama, akan tetapi agamawan dan ilmuwan saintis saling memperkuat, memperkukuh, dan saling mengisi kekurangan dan kelemahan sehingga yang ada saling fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan) (h.4). Tegasnya, kata Maksudin melanjutkan, agama dan sains dimiliki bagi setiap manusia secara utuh, terintegrasi, menyatu padu, sehingga benar-benar menjadi manusia yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kecerdasan keberagamaannya, atau disebut menjadi manusia saleh individual sekaligus saleh sosial (h.5).

 

Berkaitan dengan tujuan membentuk manusia yang saleh individual dan saleh sosial, maka wacana pengintegrasian agama dan sains menjadi semakin urgen untuk dilakukan .  Sudah banyak ahli dan pemikir yang mencoba merumuskan bagaimana formula untuk mengintegrasikan agama dan sains. Upaya mengintegrasikan agama dengan sains ini ada yang menyebutnya dengan istilah islamisasi ilmu, sains yang islami, maupun sains berbasis wahyu.

 

Penulis sendiri memiliki pandangan bahwa agama dan sains harus diintegrasikan, tetapi bukan integrasi kontennya karena keduanya jelas berbeda bahan kajian dan metode pembuktian kebenarannya. Melainkan penulis lebih cenderung memaknai paradigma integrasi sains dan agama yang ditujukan untuk kepentingan pendidikan karakter. Dengan memaknai dan mengambil hikmah kebaikan di balik proses-proses sains, maka dengan keyakinan bahwa hukum-hukum alam yang menjadi bahan kajian ilmu sains adalah juga berasal dari Allah SWT sebagaimana kitab suci Al-Qur’an, maka pastilah di balik berlakunya hukum-hukum alam dalam kajian ilmu sains juga mengandung pelajaran tentang nilai, moral, akhlak, dan karakter baik. Wallahu a’lam. []

 

Referensi :

Guessoum, N. (2020). Memahami sains modern: Bimbingan untuk kaum muda muslim. Jakarta: PT. Qaf Media Kreativa.

Maksudin. (2013). Paradigma agama dan sains nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhaimin, et al., (2001). Paradigma pendidikan Islam. Bandung: Rosdakarya.


____________________________

*) Agung Nugroho Catur Saputro adalah staff pengajar kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 Nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI, dan Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP yang telah menulis 120+ judul buku, baik buku tunggal maupun buku kolaborasi. 

Senin, 13 Januari 2025

NETRALKAH SAINS?

 Seri Filsafat Kimia (9)


NETRALKAH SAINS?
Oleh : 

Agung Nugroho Catur Saputro 




Alhamdulillah, sekarang ini minat dan semangat umat Islam untuk belajar semakin tinggi,  baik belajar ilmu sains maupun ilmu agama. Pada dasarnya, ilmu sains mempelajari tentang alam semesta sedangkan ilmu agama mempelajari Al-Qur'an. 


Ilmu sains maupun ilmu agama sebenarnya sama-sama mempelajari ayat-ayat Allah SWT. Sains mempelajari ayat-ayat kauniyah berupa hukum-hukum Allah SWT di alam sedangkan ilmu agama mempelajari ayat-ayat qouliyah berupa hukum-hukum Allah SWT di dalam Al-Qur'an. 


Berdasarkan pemikiran tersebut, seharusnya hasil belajar sains maupun agama adalah sama, yaitu menemukan bukti-bukti ke-Mahakuasa-an dan ke-Mahabesar-an Allah SWT karena sama-sama mempelajari ayat-ayat-Nya. Seharus orang-orang yang mempelajari ilmu sains maupun ilmu agama sama-sama menjadi orang yang beriman, percaya pada Allah SWT, Tuhan penguasa seluruh alam semesta ini. Tetapi faktanya bagaimana? 


Ternyata ada juga ilmuwan yang tidak percaya adanya Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa ada "sesuatu" yang kurang tepat dalam ilmu sains. Seolah-olah sains itu bertentangan dengan agama (ketuhanan). Benarkah demikian? Jadi, apakah sains itu netral? Bagaimana pendapat Anda?


Sains dapat didefinisikan sebagai himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, pada penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yg kritis terhadap data-data pengukuran yg diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam (Baiquni, 1996).


Berdasarkan definisi tersebut tampaknya tidak ada masalah karena sains tampak netral. Misalnya dalam ilmu kimia, reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen membentuk air. Apakah  pengetahuan tentang reaksi tersebut baik atau buruk? Dimana kebaikannya atau keburukannya? 


Coba kita pikirkan. Kalau orang menggunakan reaksi pembentukan tsb untuk mengelas pipa saluran air minum yg bocor, itu tindakan yg baik, tetapi jika ia dipergunakan untuk meledakkan rumah orang lain, itulah kejahatan. Di sini tampak sekali bahwa ilmu kimia itu netral. Memang demikian tampaknya kalau kita hanya meninjau sekelumit saja dari ilmu kimia.


Tetapi ternyata ilmu kimia tidak mengkaji reaksi-reaksi saja. Ilmu kimia tidak hanya berisi kumpulan pengetahuan tentang reaksi kimia saja. Ilmu kimia juga mengajarkan "Hukum Kekekalan Massa" atau "Hukum Kekekalan Materi". Jika tidak "dipagari" dengan bijaksana, hukum tersebut dapat berpotensi  untuk menjerumuskan para siswa pada suatu kepercayaan atau keyakinan "bahwa alam semesta ini tidak pernah diciptakan, tetapi ada selama-lamanya, sejak waktu tak terhingga yang telah lampau sampai waktu tak terhingga yang akan datang. Jadi, ilmu kimia itu tidak netral. Ia mengandung potensi yang berbahaya bagi aqidah maupun keimanan siswa yang mempelajarinya. 


Bahaya tersebut sudah barang tentu tidak akan menimpa siswa yg pendidikan agamanya (keimanannya) kuat, tetapi bagi siswa yg imannya tidak begitu kuat, goncangan akan terjadi dalam menghadapi "ketidakselarasan" antara sains yg mengajarkan kekekalan materi yg tidak pernah diciptakan, dan agama yg mengajarkan bahwa segala sesuatu diciptakan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.


Berdasarkan pemikiran dan argumen di atas, maka pembelajaran ilmu sains, khususnya ilmu kimia sangat perlu "dipagari" dan diintegrasikan dengan nilai-nilai religius (ajaran agama) agar pembelajaran kimia dan penanaman aqidah berjalan beriringan sehingga mampu menghasilkan siswa yang berkualitas, kuat ilmu dunia dan kuat ilmu akhirat. Wallahu a'lam. []


Referensi : 

Baiquni,A., 1996, Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa.



*) Staf Pengajar Kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).

Kamis, 09 Januari 2025

FENOMENA ADANYA "MASS DEFECT" PADA INTI ATOM DAN HIKMAH NYA

 Seri Filsafat Kimia (8)


FENOMENA ADANYA "MASS DEFECT" PADA INTI ATOM DAN HIKMAHNYA

Oleh: 
Agung Nugroho Catur Saputro 




Ketika pengetahuan ilmuwan tentang inti atom semakin baik, para ilmuwan dikejutkan oleh kemunculan suatu fenomena yang "aneh" terkait massa inti atom. Inti atom tersusun atas proton yang bermuatan listrik positif dan neutron yang tidak bermuatan listrik atau netral. Jika massa proton dan massa neutron digabungkan, maka total massa yang diperoleh "seharusnya" akan sama dengan massa inti atom keseluruhan.


Misalnya atom helium yang memiliki 2 elektron pada kulit atomnya. Pada inti atom helium  terkandung 2 proton dan 2 neutron. Jika massa 2 proton dan massa 2 neutron dijumlahkan, seharusnya massa hasil penjumlahan tersebut akan sama dengan massa inti atom helium. Secara logika seharusnya seperti itu, tetapi faktanya tidak seperti itu. Bagaimana fakta yang ditemukan para ilmuwan? 


Para ilmuwan ternyata menemukan fakta yang "ganjil" atau aneh terkait massa inti atom. Jika hasil penjumlahan massa proton dan massa neutron suatu inti atom dibandingkan dengan massa inti atom, ternyata "selalu" diperoleh fakta bahwa massa inti atom keseluruhan pasti lebih kecil. Fenomena aneh tersebut dikenal dengan sebutan "Cacat Massa" atau "Mass Defect". Jadi seakan-akan ada massa yang hilang. Lantas ke manakah selisih massa yang hilang tersebut? 


Teori Relativitas menyatakan bahwa massa yang hilang dari total massa nukleon-nukleon penyusun inti atom berubah menjadi energi ikatan inti (nuclear binding energy). Dengan menggunakan persamaan hubungan kesetaraan massa-energi Einstein (E = mc2, (angka dua sebagai bilangan pangkat) dimana E: energi, m: massa, c: kecepatan cahaya), kita dapat menghitung besarnya energi ikatan inti pernukleon.


Penjelasan keberadaan energi ikatan inti ini sangat berguna dalam menjelaskan kestabilan inti atom. Kita tahu bahwa di dalam inti atom terdapat proton yang bermuatan listrik positif dan neutron yang netral. Seharusnya karena sama-sama bermuatan positif, antar proton dalam inti akan tolak-menolak (sesuai hukum Coulomb) dan menyebabkan inti atom tidak stabil. Tetapi faktanya banyak inti atom yang stabil, hanya beberapa inti atom tertentu yang bersifat tidak stabil (inti  radioaktif). Bagaimana kestabilan inti ini dijelaskan dengan konsep energi ikatan inti? 


Gaya tolakan antar muatan positif yang mendorong proton-proton cenderung saling menjauhi seolah-olah dinetralkan atau di nol-kan oleh keberadaan energi ikatan inti. Jadi energi ikatan inti ini seakan-akan mengikat nukleon-nukleon di inti atom (proton dan neutron) begitu kuatnya sehingga mereka tetap stabil di dalam inti. 


Hikmah apa yang dapat kita ambil dari fenomena "Mass Defect" tersebut? Fenomena adanya "Mass Defect" pada inti atom mengajarkan kepada kita tentang arti penting sebuah energi ikatan. Energi ikatan inti mampu menjaga kestabilan inti atom dari dorongan ketidakstabilan dari dalam inti atom sendiri. Energi ikatan inti tersebut bukan berasal dari luar inti, tetapi justru muncul dari inti atom sendiri sebagai efek dari massa nukleon inti atom yang hilang. 


Konsep ini jika kita implementasikan dalam kehidupan, akan sangat besar dampak positifnya. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika ada orang yang lemah  dikumpulkan dengan sesama orang yang lemah, apakah lemahnya bertambah besar?


Ternyata berkumpulnya orang-orang yang sama-sama lemah tidak menyebabkan semakin meningkatnya kelemahan, tetapi yang terjadi malah sebaliknya yakni semakin berkurangnya kelemahan dan efek lainnya yaitu munculnya kekuatan baru  yang entah datangnya dari mana karena sebelumnya pada diri orang-orang lemah tersebut tidak ada kekuatan. Aneh bukan?


Paradigma inilah yang mungkin dulu dipergunakan oleh para pendiri bangsa ini ketika berjuang membebaskan diri dari kekangan penjajah dan berusaha memerdekakan diri menjadi negara merdeka yang berdaulat.  Ketika rakyat berjuang sendiri-sendiri maka perjuangan tersebut sangat mudah dikalahkan oleh penjajah. Rakyat waktu itu dibuat lemah oleh penjajah, baik lemah secara ekonomi maupun lemah secara pemikiran agar tidak ada potensi untuk memberontak.


Tetapi para pendiri bangsa ini mengetahui "rahasia luar biasa" dari sebuah ikatan (persatuan). Persatuan tidak harus dibangun dari persamaan, tetapi justru bisa dibangun dari adanya "perbedaan". Kita tahu bahwa menurut hadits Rasulullah Saw,  perbedaan itu adalah rahmat. Adanya perbedaan adalah suatu keniscayaan, tetapi munculnya upaya mempersatukan perbedaan tersebut adalah sebuah rahmat dari Allah Swt.


Karena Indonesia adalah bangsa yang bhinneka, majemuk, beraneka ragam suku dan bahasa, maka rasa persatuan bisa dibangun dari perbedaan-perbedaan tersebut. Maka dideklarasikan "Sumpah Pemuda" yang mempersatukan rakyat Indonesia walau berbeda suku, agama, ras, bahasa, pakaian maupun tradisi. Semua perbedaan tersebut yang sebenarnya bisa berpotensi untuk memecah belah persatuan, tetapi oleh para pendiri bangsa ini justru dijadikan sebagai "dasar persatuan". Lantas apa dampak dari persatuan (Sumpah Pemuda) tersebut? 


Dampaknya adalah munculnya "energi luar biasa" terhadap semangat perjuangan. Semua rakyat Indonesia semangat berjuang, mengorbankan segala kepentingan pribadi dan golongan, hanya demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seandainya rakyat Indonesia waktu itu tidak mau berkorban, lebih mementingkan kepentingan suku dan golongannya, mungkin saat ini kita masih berada di bawah tekanan penjajah.


Begitulah hebatnya energi yang muncul dari sebuah ikatan (persatuan). Sebuah ikatan tidak hanya sekedar menyatukan, tetapi justru bisa memunculkan energi baru. Inilah rahmat dari sebuah ikatan. Ikatan yang bisa dibangun dari fondasi perbedaan akan membawa rahmat yang luar biasa. Mungkin demikianlah tujuan mengapa Allah Swt menciptakan manusia berbeda-beda suku dan bangsa. Wallahu a'lam.[]



*) Staf Pengajar Kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS)

Senin, 06 Januari 2025

PAPI SUDAH SIAP JADI JUARA?

 


PAPI SUDAH SIAP JADI JUARA?

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro 




Setelah menjadi warga di perumahan Gumpang Baru RT 10, saya berusaha untuk bisa terlibat aktif di setiap kegiatan RT. Setiap bulan juga saya berusaha untuk bisa datang menghadiri rapat rutin pertemuan warga RT. Kalau tidak ada acara lain yang benar-benar penting dan mendesak, saya berusaha untuk bisa hadir di pertemuan rutin warga RT setiap bulan sekali. 


Tanggal 4 Januari 2025 ada acara lomba memasak mie goreng untuk bapak-bapak antar RT di lingkup RW 02. Kebetulan RT 10 dipercaya untuk menjadi panitia penyelenggaranya. Saya dan istri ikut terlibat dalam penyiapan lomba memasak tingkat RW 02 tersebut. Dan kebetulan saya bersama pak Hendri (sekretaris RT) ditunjuk oleh ketua RT untuk mewakili warga RT 10 mengikuti lomba memasak mie goreng tingkat RW 02 tersebut. 


Karena ditunjuk mewakili RT, maka saya serius mempersiapkan persiapan untuk lomba memasak mie goreng. Saya cari-cari info cara memasak mie goreng dari beberapa orang, termasuk tanya ke istri. Kemudian saya juga mencari ide penyajian mie goreng yang unik dan menarik agar bisa memenangkan lomba. 


Salah satu orang yang sangat mensupport saya dalam mengikuti lomba memasak mie goreng ini adalah putri kecil kami yaitu si kecil Icha. Seminggu sebelum hari pelaksanaan lomba masak, dia setiap hari bertanya kapan papinya latihan masak mie goreng. Setelah saya jelaskan rencana penyajiannya, dia semangat ingin tahu bagaimana bentuk penyajian (plating) mie gorengnya nanti. 


Maka saya dan Icha berselancar di internet mencari ide plating mie goreng. Setiap saya menemukan ide plating, dia memberikan pendapat dan penilaiannya. Beberapa bentuk plating saya pilih dan si kecil Icha memberikan penilaiannya. Hingga akhirnya kami sepakat memilih satu bentuk plating mie goreng yang tepat dan unik serta menarik. 


Sabtu malam menjelang pelaksanaan lomba memasak mie goreng, si kecil Icha bertanya ke saya, "Apakah papi siap jadi juara?" Saya pun menjawab, "Papi siap jadi juara". Si kecil Icha sangat semangat dan antusias mendukung papinya ikut lomba memasak mie goreng. Dia sering bertanya, "Apakah papi bisa dapat juara?" Saya menjawab, "Insyaallah papi dapat menjadi juara. Tetapi nanti hasilnya tergantung penilaian tim juri". 


Malam itu setelah sholat Isyak, kami sekeluarga pergi ke balai RT 10 tempat penyelenggaraan lomba masak. Sore bakda sholat ashar kami juga sudah di balai RT untuk ikut menyiapkan segala keperluan lomba memasak karena kami ikut menjadi panitia penyelenggara. Si kecil Icha juga ikut datang ke balai RT. 


Setelah waktu lomba memasak selesai, selanjutnya waktunya tim juri melakukan penilaian. Saya kembali ke tempat duduk penonton lomba dan mengobrol dengan si kecil Icha. Dia kembali bertanya, "Papi dapat juara tidak?". Saya menjawab, "Belum tahu karena masih menunggu penilaian tim juri". 


Sambil menunggu tim juri selesai menilai masakan peserta lomba, panitia menyelingi dengan acara pembagian door prize kehadiran. Banyak hadiah door prize untuk dibagikan kepada seluruh pengunjung yang hadir, baik panitia, peserta, maupun warga yang ikut menonton lomba masak. Kami dapat empat voucher door prize dan Alhamdulillah keempat-empatnya mendapatkan door prize hiburan. Si kecil Icha cukup senang mendapatkan door prize hiburan yang cukup banyak. 


Ketika waktunya tim juri membacakan juara pemenang lomba memasak mie goreng antar RT di lingkungan RW 02, saya hampir tidak percaya kalau tim Master Chef RT 10 mendapatkan juara pertama. Hal itu dikarenakan kami merasa penampilan kami masih banyak kekurangannya, baik dari rasa masakan maupun bentuk penyajiannya (plating) yang tidak sesuai dengan rencana semula. Karena waktu lomba hampir habis, akhirnya kami buru-buru menata sajian mie goreng kami sejadinya sehingga tidak sesuai desain awal kami. 


Ketika selesai mengumpulkan hasil masakan mie goreng, saya  merasa tidak akan dapat juara. Saya merasa gagal menyajikan masakan mie goreng sesuai desain plating semula. Oleh karena itu, saya sangat kaget dan agak tidak percaya jika ternyata masakan mie goreng kami mendapatkan skor tertinggi dan dinyatakan oleh tim juri (juri independen dari RT dan RW lain) sebagai juara 1. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah akhirnya kami tidak mengecewakan bapak ketua dan seluruh warga RT 10. RT 10 memang layak menyandang juara pertama. RT 10: guyub rukun sehat bahagia selamanya. []


Gumpang Baru, 06 Januari 2025


Jumat, 03 Januari 2025

STRUKTUR KIMIA BENZENA DAN MIMPI KEKULE

Seri Filsafat Kimia (8)




STRUKTUR KIMIA BENZENA DAN MIMPI KEKULE 

Oleh: 

Agung Nugroho Catur Saputro 



Kisah-kisah tentang kebenaran mimpi seseorang mungkin sudah biasa kita dengar. Apalagi kalau terkait kisah-kisah para Nabi dan Rasul Allah, kita pasti sudah pernah mendengarnya.


Dalam kisah para nabi dan rasul, kita ingat tentang mimpi seseorang pada zaman Nabi Yusuf a.s. terkait masa kemarau dan paceklik panjang yang akhirnya menjadi sarana diangkatnya beliau menjadi pejabat kerajaan dan kisah mimpinya  Nabi Ibrahim a.s. tentang perintah menyembelih putra kesayangannya Ismail a.s. yang akhirnya menjadi cikal bakal perintah ibadah qurban, serta kisah-kisah lainnya. 


Bagaimana dalam ilmu kimia, apakah juga ada kisah mimpi seorang ilmuwan kimia yang melegenda? Ternyata dalam sejarah perkembangan ilmu kimia, pernah juga ada kisah mimpi seorang ilmuwan terkait penentuan struktur kimia senyawa benzena (C6H6). Bagaimana kisahnya? 


Benzena merupakan salah satu senyawa organik yang unik. Mengapa unik? Sifat benzena berbeda dengan sifat senyawa organik yang memiliki jumlah atom C dan H yang sama. Senyawa-senyawa yang  demikian dikatakan tak jenuh jika dilihat dari kebutuhan hidrogen, yang berarti senyawa-senyawa ini masih mampu mengikat beberapa atom hidrogen, tetapi tidak terjadi pada benzena. 


Keunikan lain dari benzena adalah sebelum 1865, tak seorangpun yang mampu menentukan rumus bangun (rumus struktur) yang sesuai untuk benzena. Orang yang mampu melakukannya adalah Friedrich August Kekule.


Kekule diakui sebagai salah satu guru terbesar ilmu kimia di abad 19. Tiga dari lima hadiah Nobel pertama bidang kimia dianugerahkan kepada murid-muridnya : Jacobus van't Hoff (1901), Emil Fischer (1902), dan Adolf von Baeyer (1905). Meskipun mendapat kemasyuran sebagai seorang guru, Kekule sangat dikenal oleh para ahli kimia  karena teori-teorinya tentang struktur molekul senyawa organik.


Teori rumus struktur benzena diusulkan oleh Kekule pada tahun 1865. Kekule dalam mengusulkan rumus struktur benzena ternyata berdasarkan mimpinya di suatu malam. Kisah mimpi Kekule  ini disampaikan oleh Kekule pada pidatonya tahun 1890 pada saat menerima penghargaan di peringatan ulang tahun ke-25 pengumuman rumus benzena di Berlin's City Hall.


Pidato Kekule tersebut di kemudian hari diterbitkan di jurnal ilmiah (Benfey,  Journal of Chemical Education,Volume 35 Tahun 1958 Halaman 21) bersamaan perayaan ulang tahun ke-100 teori umum tentang struktur.


Mimpinya tentang seekor ular menggigit ekornya sendiri, menuntun Kekule untuk mengusulkan struktur siklik benzena, dengan enam atom karbon dalam suatu cincin. 


Cerita tentang mimpi Kekule yang telah mengilhami teori struktur benzena ternyata tidak semua ahli kimia percaya. Beberapa penulis (Chemical anx Engineering  News, 4 November 1985, hal. 22; 20 Januari 1986, hal. 3) telah mengkritik dan bahkan meragukan laporan Kekule tentang mimpi-mimpinya dan tentang peran mimpi-mimpi tersebut untuk dimasukkan dalam usulan arsitektur molekulnya. Dalam publikasinya di tahun 1860-an Kekule tidak menunjuk pada asal mula mimpi-mimpinya. Namun demikian, banyak ilmuwan yang tidak mencantumkan dalam publikasi formalnya asal mula mereka mendapatkan gagasan-gagasannya.


Jika dalam publikasi awalnya Kekule enggan menyatakan bahwa ia telah memimpikan teori-teori struktur molekulnya dan jika ia menyimpan pengakuan ini untuk diberikan dalam pidatonya di perayaan ulang tahun, kita tidak perlu terlalu terkejut atau curiga. 


Dalam bagian lain dari pidato Kekule, perlu kita pertimbangkan sifat seorang ilmuwan besar yang juga seorang pemimpi : 

"Marilah kita belajar untuk bermimpi, para hadirin, kemudian kita mungkin akan menemukan kebenaran. Tetapi, marilah kita berhati-hati untuk mempublikasikan mimpi-mimpi kita sampai mimpi-mimpi tersebut telah diuji oleh pemahaman alam sadar" (Benfey, hal.21).


Meskipun Kekule tidak dapat menerima Hadiah Nobel karena hadiah tersebut diberikan pertama kali setelah kematiannya, ia adalah tipe manusia yang diingat oleh Nobel. Beberapa bulan sebelum kematiannya, Nobel berkata, "Saya ingin membantu para pemimpi, yang kesulitan untuk menjadikan mimpi itu menjadi kenyataan." []



Sumber Bacaan : 

Royston M. Robert, 2004, Serendipity: Penemuan-penemuan di Bidang Sains yang Tidak Disengaja. Terjemahan. Bandung: Pakar Raya.


*) Staf Pengajar Kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS).

Postingan Populer