Powered By Blogger

Jumat, 29 Januari 2021

PERAN ORANG TUA DALAM MENSUKSESKAN PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19

 

Sumber Gambar : Alternatif Pembelajaran Daring 2020/2021 Disiapkan (mediaindonesia.com)

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir satu tahun, tetapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan berakhir. Pemerintah telah berusaha mengurangi dampak pandemi covid-19 dengan berbagai program kebijakan yang bertujuan membantu meringankan beban masyarakat walau hasilnya belum maksimal. Masyarakat memang tidak boleh hanya mengandalkan pemerintah dalam menangani pandemi yang melanda seluruh dunia ini, tetapi juga harus berinisiatif untuk berperan aktif dalam usaha penanggulangan dampak negatif pandemi. Setiap warga negara harus mengambil peran mendukung usaha pemerintah dalam menyelesaikan wabah dunia ini. Pemerintah tidak akan berhasil mengusir virus Covid-19 ini dari bumi Indonesia tanpa dukungan dan peran aktif setiap warga negara Indonesia. Setiap warga negara harus berperan aktif mematuhi protokol kesehatan untuk memutus rantai penularan virus Covid-19.

Pandemi covid-19 ini adalah masalah bersama, masalah seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya masalah individu ataupun hanya masalah pemerintah saja. Maka dukungan dan kontribusi nyata dari setiap warga negara sangat dibutuhkan oleh negara saat ini. Marilah kita dukung upaya pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan pandemi Covid-19 ini agar kita semua segera dapat kembali hidup normal dan beraktivitas seperti sedia kala. Cepat atau lambatnya penyelesaian masalah pandemi Covid-19 ini bergantung pada kita semua, warga negara Indonesia.

Salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat umum dan pemerintah akibat dampak pandemi Covid-19 adalah bidang pendidikan. Sejak adanya pandemi Covid-19, sektor pendidikan juga terkena imbasnya secara langsung. Pembelajaran yang selama ini  dilaksanakan secara tatap muka di kelas (sekolah), maka sejak ada pandemi Covid-19 harus dialihkan ke moda pembelajaran jarak jauh secara daring (dalam jaringan, terjemahan dari kata online). Proses belajar mengajar yang semula di laksanakan di kelas (sekolah) kemudian dialihkan menjadi dilakukan di rumah. Maka sejak pandemi Covid-19 kita mengenal istilah baru yaitu BDR (Belajar Dari Rumah).

Pengalihan kegiatan belajar mengajar dari sekolah ke rumah tujuannya adalah demi menjaga keselamatan dan kesehatan peserta didik dari potensi tertulari virus Covid-19 saat di sekolah. Tetapi tujuan baik tersebut ternyata juga menyisakan berbagai persoalan yang tidak sederhana. Mengubah pembelajaran tatap muka di kelas menjadi pembelajaran jarak jauh secara daring ternyata tidak sekadar memindahkan kelas dari sekolah ke laptop atau handphone, tetapi juga harus memindahkan peserta didik secara utuh, yaitu fisik dan psikisnya. Fisik peserta didik mudah dipindahkan ke rumah saat kegiatan pembelajaran secara daring, tetapi psikisnya belum tentu.

Perasaan bosan bisa saja mendatangi para peserta didik karena belajar daring selama berbulan-bulan di rumah. Peserta didik yang jiwanya senang dengan petualangan, eksplorasi dan mencoba pengalaman-pengalaman baru seakan-akan terpenjara badannya di dalam rumah dan psikisnya terkekang di penjara laptop/HP. Inilah efek lain yang selama ini kurang terprediksi ketika proses pembelajaran hanya menggunakan teknologi internet. Ternyata ada aspek lain yang tidak dapat digantikan oleh IT ketika proses pembelajaran.

Selain masalah psikis yaitu faktor kebosanan, ternyata praktik pembelajaran secara daring selama pandemi Covid-19 ini meninggalkan beberapa persoalan. Dari mini survey yang dilakukan, Suhubdy (2020 : 142) menemukan bahwa sebanyak 62,2% peserta didik mengalami kesulitan dalam pembelajaran secara daring. Dari survei tersebut juga terjaring beberapa alasan ayang mendukung tentang opini “kesulitan” melakukan pengajaran daring, di antaranya:

1)        36% responden menyatakan jaringan internet yang tidak  memadai;

2)        23,4% responden menyatakan tidak tersedianya secara khusus fasilitas yang memadai;

3)  19,8% responden menyatakan kurangnya pengetahuan tentang perangkat lunak yang dapat digunakan;

4)        8,1% responden menyatakan lingkungan tempat bekerja (WFH) kurang kondusif; dan

5)    6,3% responden menyatakan infrastruktur teknis pengajaran tidak memadai (kurang tersedianya gawai canggih seperti komputer, handphone, dll). 

Sementara itu, Puspaningtyas & Dewi (2020) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa mayoritas peserta didik mengalami kendala terkait sinyal selama pembelajaran daring. Banyak peserta didik juga belum dapat menguasai aplikasi pembelajaran daring dengan baik sehingga berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Selain itu, peserta didik menyatakan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan guru dan lebih menyukai berdiskusi secara tatap muka serta peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi apabila hanya bersumber dari buku.

Penelitian lain yang dilakukan oleh  Padli & Rusdi (2020) menyimpulkan bahwa perilaku peserta didik dalam pembelajaran daring cukup baik karena alasan proses pembelajaran yang lebih fleksibel dan tidak menyita banyak waktu. Namun peserta didik tetap lebih memilih belajar di sekolah daripada pembelajaran jarak jauh secara daring karena alasan terkendala fasilitas dan biaya serta kurangnya interaksi kelas.

Menghadapi perubahan model pembelajaran selama pandemi Covid-19 tersebut, para orang tua dituntut untuk siap mendukung program sekolah daring. Bentuk dukungan dan peran aktif orang tua dalam mendukung kesuksesan proses belajar-mengajar anak-anaknya di rumah adalah dengan mendampingi proses belajar anak. Kata mendampingi tidak hanya diartikan dengan mendampingi secara fisik, tetapi juga dapat diartikan dalam arti spirit dan motivasi serta pemenuhan kelengkapan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran daring menggunakan internet.

Dalam pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19, para orang tua hendaknya mendampingi proses belajar anak dengan mendampingi secara fisik (bagi peserta didik TK dan SD), maupun mendampingi secara spirit yaitu memberikan motivasi dan semangat kepada anaknya agar tetap belajar selayaknya belajar secara tatap muka di sekolah (bagi peserta didik SMP, SMA dan mahasiswa). Orang tua juga hendaknya memberikan sarana prasarana yang diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar secara daring yaitu laptop atau hand phone dan kuota internet. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah memberikan bantuan kuota internet untuk peserta didik/mahapeserta didik dan guru/dosen setiap bulan. Walaupun bantuan kuota internet dari pemerintah tersebut tidak seratus persen menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran daring, dan juga terlambat pemberian bantuannya karena baru bulan Oktober ada bantuan kuota internet, tetapi minimal dapat membantu sedikit mengurangi beban keuangan para orang tua dalam penyediaan kuota internet.

Penulis sendiri dalam mendampingi proses belajar anak penulis yang baru kelas 7 SMP adalah dengan menyediakan fasilitas wifie di rumah sehingga anak tidak mengalami kendala dalam akses internet. Selain itu juga fasilitas laptop dan handphone juga penulis sediakan. Alhamdulillah sebelum terjadi pandemi Covid-19 penulis telah berlangganan akses internet di rumah sehingga ketika dilaksanakan pembelajaran daring anak tidak mengalami kendala. Untuk laptop juga tidak mengalami kendala karena sejak awal sebelum pandemi Covid-19, sekolah sudah mewajibkan anak memiliki laptop untuk pembelajaran secara daring.

Penulis tidak mengalami kendala berarti dalam mendampingi anak belajar secara daring. Karena penulis juga work from home dan istri juga berada di rumah, maka selama pandemi Covid-19 ini penulis sekeluarga justru dapat berkumpul di rumah setiap hari. Kebersamaan bersama keluarga setiap hari selama berbulan-bulan ini merupakan berkah tersendiri bagi penulis. Selama ini setiap hari penulis bepergian ke luar kota karena sedang menempuh studi lanjut tingkat doktor sehingga kesempatan bertemu dan berinteraksi dengan anak hanya setelah pulang di sore hari. Tetapi ketika pandemi Covid-19 ini penulis dapat bertemu dan berinteraksi dengan anak setiap hari dan setiap waktu. Selama berbulan-bulan belajar dan beraktivitas di rumah, apakah anak merasa bosan? Suatu ketika penulis bertanya ke anak, pilih mana antara belajar di rumah atau belajar di sekolah? Ternyata anak menjawab lebih suka belajar di rumah. Hal ini menunjukkan anak tidak merasa bosan berada di rumah selama berbulan-bulan.

Dalam mensikapi kondisi pandemi Covid-19, pihak sekolah anak juga mengadakan serangkaian program pembelajaran untuk menjamin anak tetap belajar dan terpantau aktivitasnya. Sekolah membuat program pembelajaran setiap bulan dengan pembagian minggu pertama untuk pembelajaran menggunakan zoom meeting, minggu kedua untuk pembelajaran dengan menggunakan Edmodo, minggu ketiga adalah visiting guru ke rumah, dan minggu ke empat untuk tes. Dengan variasi metode pembelajaran tersebut, sekolah berharap anak tidak mengalami kebosanan karena metode belajarnya bervariasi dan juga tidak terlalu banyak menghabiskan kuota internet. Hanya di minggu pertama saja penggunaan kuota internet cukup besar karena pembelajarannya bersifat sinkronus dengan media zoom meeting, sedangkan di minggu kedua dengan media Edmodo, peserta didik hanya membuka Edmodo untuk mengakses tugas-tugas yang harus dikerjakan dan mengirimkannya. Dengan program sekolah seperti itu, pihak sekolah berharap tetap dapat memberikan layanan pendidikan yang memuaskan tanpa terlalu membebani orang tua terkait kuota internet. Penulis pun mendukung sepenuhnya program dari sekolah tersebut dengan terus mendampingi dan memantau proses belajar anak di rumah. []

 

Gumpang Baru, 29 Januari 2021

 

Daftar Pustaka

Padli, F., & Rusdi. (2020). Respon Peserta didik Dalam Pembelajaran Online Selama Pandemi. Social Landscape Journal, 1(3), 1–7.

Puspaningtyas, N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran Berbasis Daring. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 3(6), 703–712. doi: http://dx.doi.org/10.22460/infinity.v6i1.234

Suhubdy. (2020). Penyiapan dan Pengemasan Materi Perkuliahan Daring di Masa Pandemi Covid-19: Kendala, Tantangan, dan Solusi. In Potret Pendidikan Tinggi di Masa Covid-19 (1st ed., pp. 135–155). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

 

 

 

------------------------------------------------------------------------------------

 

BIODATA

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana Master (M. Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahapeserta didik doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 46 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), serta Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

Postingan Populer