Agung Nugroho Catur Saputro
“Orang sukses adalah orang yang mampu
melampaui kemampuan standarnya dan melesat
jauh meningkatkan level kemampuan dirinya.” (ANC_Saputro)
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Guru terbaik kita adalah
diri kita sendiri. Perjalanan hidup kita dapat menjadi guru terbaik bagi kita
menuju perbaikan diri. Perjuangan memenangi tantangan kehidupan merupakan
pengalaman berharga yang mampu membentuk diri kita menjadi pribadi yang
tangguh. Tidak ada kesuksesan tanpa mengalami kegagalan. Seseorang yang tidak
pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya sebenarnya tidak pernah mengalami
kesuksesan. Mengapa demikian? Karena sebenarnya ia tidak mengalami kemajuan
apapun, apa yang ia raih adalah capaian standar saja.
Berbeda dengan orang yang pernah mengalami kegagalan, ia akan
memperbaiki diri dan mengevaluasi faktor-faktor penyebab kegagalannya. Akhirnya
ia belajar banyak dari pengalamannya ketika gagal tersebut dan akan berusaha
memperbaiki diri agar dirinya tidak mengalami kegagalan lagi. Dengan demikian,
secara tidak langsung ia telah menaikan level kemampuannya jauh di atas level
ketika ia dulu gagal. Orang demikianlah yang disebut sukses. Orang sukses
adalah orang yang mampu melampaui kemampuan standarnya dan melesat jauh meningkatkan level kemampuan dirinya.
Demikian pula yang penulis alami dalam menekuni bidang
kepenulisan. Sebelum mampu menulis buku, dulu penulis mengawali dari menulis
LKS siswa. Penulis mengawali menekuni aktivitas menulis buku memang di segmen
buku pelajaran. Tidak seperti penulis-penulis hebat lain yang mengawali menjadi
penulis buku dengan menulis artikel-artikel opini di surat kabar, majalah dan
media massa lain. Karena disiplin keilmuwan yang penulis pelajari sewaktu
kuliah S1 adalah kependidikan, maka penulis mengawali karier penulis sebagai
penulis buku juga penulis awali dari menulis buku-buku pelajaran sesuai bidang
keahlian yang penulis tekuni yaitu kimia. Maka penulis pun mengawali menulis
buku pelajaran kimia.
Sebelum berhasil menulis dan menerbitkan buku pelajaran
kimia, penulis sebelumnya mengawali dengan menulis LKS siswa. Sejenak penulis
merenungkan kembali memori dulu ketika mulai belajar menulis buku. Waktu itu, penulis
mendapat tawaran untuk menulis LKS siswa bidang kimia. Penulis pun dengan
senang hati menerima tawaran tersebut dan segera mempersiapkan bahan-bahan
untuk ditulis. Penulis segera mengumpulkan buku-buku kimia baik di tingkat SMA
maupun buku-buku kimia di perguruan tinggi dan membacanya untuk persiapan
menulis LKS kimia siswa SMA/MA. Waktu itu penulis menulis buku LKS siswa dengan
menggunakan tangan, maksudnya tidak penulis ketik dengan komputer tetapi penulis
tulis pakai tangan di kertas HVS. Penulis menulis LKS tersebut dengan serius
dan sungguh-sungguh. Penulis benar-benar mencurahkan segala kreasi dan
imajinasi penulis untuk menghasilkan tulisan yang berbeda sehingga menghasilkan
naskah LKS yang unik dan berbeda dengan LKS lain.
Setelah selesai satu naskah LKS kimia untuk siswa SMA/MA, penulis
pun menyerahkan ke koordinator penulis. Naskah yang penulis serahkan ke koordinator
penulis adalah naskah photo copy-an saja, sedangkan naskah asli tulisan tangan penulis
tetap penulis simpan sebagai arsip pribadi. Waktu itu penulis berpikiran,
naskah asli penulis tersebut terlalu berharga untuk diserahkan ke penerbit
karena pihak penerbit hanya menghargai naskah LKS penulis setebal 80 halaman
kertas folio dengan harga Rp. 500.000,00 saja. Apalagi nama penulis juga tidak
tercantum di cover LKS tersebut karena penulis hanya penulis pengganti saja.
Dengan alasan cover cudah dicetak, maka penulis pun harus rela menulis naskah
dengan resiko nama penulis tidak tercantum di dalam cover LKS tetapi nama
penulis lain yang tercantum.
Sahabat pembaca yang budiman. Mungkin di antara sahabat
pembaca ada yang bertanya, mengapa penulis mau menerima tawaran menulis LKS
dengan honor hanya Rp. 500.000,00 saja? Apakah sebanding uang Rp. 500.000,00
dengan waktu dan pikiran yang penulis curahkan untuk menulis naskah LKS tersebut?
Sahabat pembaca, perlu saudara/i ketahui bahwa waktu itu penulis hanyalah seorang
guru hononer (GTT, Guru Tidak Tetap atau guru wiyata bakti) di sebuah SMA
swasta di kota Solo. Waktu itu honor penulis sebulan hanya Rp. 200.000,00 saja.
Maka honor Rp. 500.000,00 untuk menulis satu naskah LKS waktu itu bagi penulis
lumayan besar, karena lebih dari honor penulis selama dua bulan. Makanya penulis
tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Walau penulis menerima honor menulis LKS sebesar Rp.
500.000,00, tetapi penulis tidak lantas merasa puas dengan hanya dihargai Rp.
500.000,00. Penulis merasa honor Rp. 500.000,00 tersebut masih sangat terlalu
kecil untuk menghargai naskah penulis. Penulis merasa naskah penulis memiliki
harga yang jauh lebih tinggi lagi di atas Rp. 500.000,00. Oleh karena itu,
karena penulis merasa naskah penulis terlalu berharga untuk sekadar dibayar Rp.
500.000,00, makanya penulis tidak menyerahkan naskah aslinya ke penerbit tetapi
hanya foto copy-nya saja. Penulis tetap menyimpan arsip naskah asli penulis tersebut.
Penulis memiliki rencana suatu saat nanti (entah kapan) akan memperbaiki lagi naskah
LKS tersebut dan mengubahnya menjadi naskah buku pelajaran.
Akhirnya saat yang penulis nanti-nantikan datang juga. Ada kesempatan bagi penulis untuk mengikuti
lomba penulis buku pelajaran MIPA (Matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi) yang
diselenggarakan oleh Departemen Agama RI (sekarang Kementerian Agama RI). Penulis
pun menyambut gembira kesempatan tersebut dan segera memperbaiki dan
melanjutkan penulisan naskah LKS penulis dulu untuk penulis ubah mengikuti
format buku pelajaran. Dengan menggandeng salah seorang teman kuliah S2 sebagai
co-author akhirnya kami mampu menyelesaikan naskah buku pelajaran tersebut dan
mengirimkannya ke panitia lomba di Jakarta.
Singkat cerita, setelah melalui serangkaian proses seleksi
dan penilaian oleh tim juri, akhirnya buku kami dinyatakan sebagai juara 1 bidang
kimia dan berhak memperoleh piagam penghargaan dari Menteri Agama RI dan hadiah
sejumlah uang. Karena buku-buku para pemenang dinilai layak untuk diterbitkan
dan disebarluaskan ke para siswa, maka akhirnya buku kami diterbitkan secara
besar-besaran melalui proyek pengadaan buku di Kementerian Agama RI. Karena
sejak awal lomba ada ketentuan dari panitia bahwa hak cipta buku yang menang
lomba tetap ada di penulis, maka ketika buku kami diterbitkan oleh Kementerian
Agama RI, kami para penulis tetap berhak atas royalty dari penjualan buku pelajaran
tersebut. Dari hadiah dan royalty penerbitan SATU buku kami tersebut - yang
awalnya hanyalah sebuah naskah LKS dengan ketebalan 80 halaman yang kami ubah
menjadi naskah buku pelajaran dengan ketebalan sekitar 180 halaman - total uang
yang kami terima sekitar 300 kali lipat dibandingkan honor penulis dulu ketika menyerahkan
naskah tersebut masih berupa LKS.
Setelah memenangkan lomba penulisan buku pelajaran di
Kementerian Agama RI tersebut dan menikmati hasilnya hingga penulis mampu
membelikan sebuah rumah untuk keluarga kecil penulis (rumah yang sekarang penulis
tempati bersama keluarga), penulis akhirnya tertarik untuk terus menekuni
bidang penulisan buku. Di lain waktu berikutnya, ketika di fakultas tempat penulis
mengabdi (saat mengikuti lomba penulisan buku pelajaran penulis telah lolos
seleksi CPNS menjadi dosen PNS) ada edaran tentang seleksi pemberian insentif
penulisan naskah buku ajar, penulis pun dengan cepat merespon informasi
tersebut dan segera menyusun naskah buku ajar. Penulis memilih mengubah
bahan-bahan materi kuliah penulis untuk penulis ubah menjadi naskah buku ajar.
Singkat cerita, akhirnya setelah proses seleksi dan penilaian panitia, akhirnya
naskah penulis layak untuk memperoleh insentif tersebut. Penulis bersyukur
memperoleh insentif penulisan buku ajar tersebut. Informasi awal dari panitia bahwa
naskah yang lolos seleksi dan memperoleh insentif akan diterbitkan oleh
fakultas, tetapi setelah hampir tiga tahun ternyata tidak ada kabar lagi, maka
akhirnya naskah buku ajar penulis tersebut penulis terbitkan di penerbit lain. Sejak
itu, penulis terus berlatih menulis dan menikmati aktivitas menulis buku.
Sampai saat tulisan ini penulis buat, sudah ada lebih dari 20 buku yang penulis
tulis, baik sebagai karya solo maupun dalam bentuk karya bersama (antologi).
Berdasarkan kisah perjalanan dan perjuangan penulis menekuni
aktivitas menulis buku di atas, pesan yang ingin penulis sampaikan kepada
sahabat pembaca adalah hargailah karya kita setinggi-tingginya dan yakinlah
bahwa kalau kita mau berusaha dan terus meningkatkan kualitas diri, insyaAllah
suatu saat nanti Allah Swt akan mewujudkan cita-cita dan harapan kita. Ingatlah
firman Allah Swt :
“Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’d [13] : 11).
“
Demikian sekilas kisah perjalanan penulis mengawali dan
menekuni dunia kepenulisan buku hingga sekarang. Hasil yang penulis peroleh saat
ini adalah buah dari dari apa yang dulu penulis perjuangkan. Semoga tulisan
sederhana ini dapat bermanfaat dan mungkin menjadi inspirasi bagi sahabat pembaca
yang akan/sedang mengawali menjadi
penulis. Salam literasi.
Gumpang
Baru, 02/08/2019
*)
Penulis adalah dosen, penulis buku, dan pegiat literasi di Universitas Sebelas
Maret (UNS), penulis lebih dari 20 buku, dan anggota grup literasi Sahabat Pena
Kita (SPK), yang saat ini sedang berjuang menyelesaikan studi doktornya di
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
6 komentar:
Setuju, Pak Agung. Karena gagal, akan berusaha bangkit. Meski dengan tertatih-tatih, akan terus diperjuangkannya. Salam sukses.
Matur nuwun komentarnya bu Lina. Semoga kita termasuk para pejuang kesuksesan. Salam sukses dan bahagia selalu.
Perjuangan yang luarbiasa dan terus berproses menjadi penulis hebat
Matur nuwun bu Astuti. Mencoba menjadi pembelajar sejati di bidang literasi menulis. Salam sukses dan bahagia selalu.
Matur nuwun bu Astuti. Mencoba menjadi pembelajar sejati di bidang literasi menulis. Salam sukses dan bahagia selalu.
Kisah perjuangan yang inspiratif
Posting Komentar