FREE
WRITING: MENULIS YANG MENYENANGKAN
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Menulis merupakan
aktivitas yang masih dianggap banyak orang sebagai aktivitas yang berat dan
membosankan. Hal itu dikarenakan menulis harus diawali dulu dengan menyiapkan
bahan tulisan. Bahan tulisan tersebut bisa dikumpulkan setelah membaca banyak
bacaan atau referensi. Jadi menulis bukan hanya menulis saja melainkan menulis
dan membaca. Padahal aktivitas membaca juga masih dianggap aktivitas yang berat
dan membosankan. Di sinilah terjadi titik temu mengapa menulis dianggap berat
karena menulis menjadi akumulasi dari dua aktivitas yang berat, yaitu membaca
kemudian menulis. Membaca saja sudah berat, apalagi ditambah harus
menuliskannya, makin tambah berat. Demikianlah kurang lebih anggapan masyarakat
umum. Oleh karena itu, profesi penulis tidak begitu banyak ditekuni orang.
Hanya orang-orang tertentu yang memang memiliki minat yang tinggi pada
aktivitas membaca dan menulis saja yang mau menekuni aktivitas menulis.
Sebenarnya
aktivitas menulis tidaklah sepenuhnya berat. Hal itu tergantung pada apa yang
akan ditulis, yang selanjutnya disebut jenis tulisan. Jika tulisan yang mau
ditulis adalah jenis tulisan ilmiah, maka jelas pasti membutuhkan
referensi-referensi pendukung. Menulis tulisan ilmiah harus diawali dari
membaca referensi-referensi ilmiah. Tulisan ilmiah tidak bisa dihasilkan hanya
dari berpikir bebas. Jenis tulisan ilmiah sudah memiliki gaya atau pakem
tersendiri yang membedakannya dengan gaya atau jenis tulisan lainnya. Maka
untuk dapat menghasilkan sebuah tulisan ilmiah memang dituntut sebelumnya harus
banyak membaca referensi ilmiah. Tulisan ilmiah memang bukan jenis tulisan yang
mudah dan ringan. Menulis ilmiah memerlukan persiapan yang matang dan tentunya
juga usaha yang serius. Menulis ilmiah tidak bisa dilakukan sebagai aktivitas
sambilan atau sekadar pengisi waktu kosong, tetapi harus direncanakan secara
matang dan dipersiapkan bahan-bahan rujukannya.
Berbeda halnya jika yang akan ditulis adalah
jenis tulisan bebas atau menulis bebas (free
writing). Menulis bebas memang sangat berbeda dibandingkan dengan menulis
ilmiah. Menulis bebas lebih santai dibandingkan dengan menulis ilmiah. Dari
segi persiapan juga menulis bebas relatif lebih sederhana dan tidak serumit
dibandingkan ketika mau menulis ilmiah. Tetapi walaupun begitu, tidak serta merta
setiap orang mampu menulis bebas. Bahkan terkadang orang yang sudah terbiasa
menulis ilmiah akan mengalami kesulitan ketika diminta menulis bebas. Hal itu
dikarenakan gaya tulisan menulis bebas yang relatif fleksibel sangat berbeda
sekali dengan gaya tulisan ilmiah yang terkesan kaku dan kurang bebas dalam
mengekspresikan ide gagasan pemikiran.
Menulis
bebas merupakan aktivitas menulis yang mengalir. Menulis bebas terkadang tidak
membutuhkan sumber referensi karena bahan tulisan sudah ada di pikiran
penulisnya. Menulis bebas juga tidak memerlukan persiapan yang banyak, rumit,
dan procedural. Tulisan bebas tidak mengenal urutan subbab sebagaimana tulisan
ilmiah. Tulisan bebas juga tidak mengenal aturan komponen apa saja yang harus
ada dalam badan tulisan dan urutan penyajiannya seperti apa. Intinya, tulisan
bebas adalah tulisan mengalir yang merepresentasikan pemikiran penulisnya. Modal
utama untuk menulis bebas hanyalah ada yang dipkirkan oleh sang penulis. Selama
sang penulis pikiran ada ide-ide tulisan, maka menulis bebas bisa segera
dilakukan dan memperoleh hasil tulisan.
Jika
tulisan ilmiah adalah jenis tulisan yang berat (berat membacanya dan juga berat
menulisnya), kebalikannya tulisan bebas adalah jenis tulisan yang ringan dan
mudah dilakukan. Modal dasar untuk menulis bebas adalah ada yang dipikirkan.
Apapun yang dipikirkan seseorang dapat diubah menjadi sebuah tulisan bebas. Kunci
utama keberhasilan menulis bebas adalah pikiran rileks, menuangkan ide pikiran
ke dalam bentuk tulisan secara mengalir, dan menulis bisa dimana saja dan kapan
saja dilakukan. Menulis bebas tidak terbatasi oleh dimensi ruang dan waktu.
Menulis bebas adalah aktivitas yang menyehatkan mental manakala dilakukan
dengan hati riang gembira dan tanpa tertekan.
Menulis bebas mampu membebaskan seseorang dari
beban pikiran yang mememuhi otak di kepalanya. Ketika seseorang menulis bebas,
tak ubahnya ia sedang mengeluarkan semua uneg-uneg dalam kepalanya. Ketika
seseorang isi kepalanya dipenuhi dengan berbagai hal yang terus dipikirkannya,
maka jika pikiran-pikiran tersebut tidak dikeluarkan dari isi kepalanya maka
dapat membuatnya stress. Dan ketika seseorang telah mengalami stress, maka ia
tidak akan mampu lagi berpiikir jernih, apalagi memikirkan hal-hal yang besar
karena ia telah sibuk dengan segala permasalahan hidupnya yang ada dalam
pikirannya yang tak kunjung selesai. Oleh karena itu, seseorang perlu
mengurangi beban pikiran yang mengganggu mentalnya tersebut dengan melakukan
aktivitas yang dapat mengurangi sebagian isi pikirannya, salah satunya adalah
melalui aktivitas menulis, dan aktivitas menulis yang mampu membantunya adalah
menulis bebas. Menulis bebas dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan essay
popular, puisi, novel, cerita pendek, dan lain sebagainya. Tetapi yang jelas
pastinya bukan berupa tulisan ilmiah karena menulis ilmiah bukan tipe menulis
yang santai tetapi justru membutuhkan keseriusan.
Bahan
untuk menulis bebas banyak sekali, mulai dari bahan bacaan yang pernah dibaca
hingga pengalaman sehari-hari. Pengalaman membaca buku atau bahan bacaan
lainnya dapat kita tulis ulang melalui teknik menulis bebas. Apa-apa yang kita
ingat setelah membaca suatu bahan bacaan dapat kita tulis ulang dengan teknik
menulis bebas menjadi sebuah tulisan dengan gaya kita sendiri. Aktivitas
membaca sedikit banyak dapat menjadi modal besar untuk melalukan menulis bebas.
Menulis bebas memang aktivitas menulis yang tidak ada batasan topik, tetapi
ketika kita terbiasa membaca, maka bahan untuk ditulis akan semakin banyak. Membaca
dalam arti harfiah maupun membaca dalam arti lebih luas menjadi modal utama
untuk menulis dengan teknik menulis bebas.
Membaca
dalam arti sempit yaitu membaca bahan bacaan seperti buku, koran, novel,
cerpen, maupun artikel jurnal ilmiah. Hasil pembacaan terhadap sumber-sumber
bacaan tersebut selanjutnya dapat kita ubah kembali menjadi tulisan yang
berbeda style. Apapun yang kita ingat
dari hasil membaca sumber-sumber bacaan tersebut agar tidak cepat lupa dapat
kita abadikan dengan cara ditulis. Sedangkan membaca dalam arti yang lebih luas
maksudnya membaca tidak harus dengan indera penglihatan, tetapi bisa juga
melalui pikiran ataupun hati. Terkadang kita memikirkan atau merenungkan
sesuatu, maka itu dapat kita ubah menjadi sebuah tulisan. Kita dapat membaca
situasi di sekeliling kehidupan kita melalui perenungann. Nah, hasil perenungan
tersebut juga menjadi bahan untuk membuat sebuah tulisan.
Membaca
baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas keduanya dapat menjadi modal
utama untuk menulis. Membaca dan menulis merupakan dua aktivitas yang tidak
dapat dipisahkan. Seorang penulis pastilah juga seorang pembaca, walaupun tidak
mesti kebalikannya. Walaupun begitu, menulis tetap membutuhkan bahan yang
berasal dari aktivitas membaca. Menulis merupakan wujud lanjutan dari membaca
karena ketika seseorang sedang menulis, pada hakikatnya ia sedang membaca ulang
isi pikirannya dan mengkonversinya menjadi kumpulan teks-teks yang disebut
tulisan. Mengubah isi pikiran menjadi tulisan pada hakikatnya adalah proses membaca
ulang isi pikiran. Hanya saat seseorang sedang menulis saja akan melakukan
aktivitas membaca ulang isi pikiran. Tidak hanya sekadar membaca ulang isi
pikiran, bahkan juga mereview kebenaran isi, sistematika, struktur, dan
koherensi antar pikiran. Aktivitas seperti ini hanya mungkin terjadi ketika
seseorang sedang menulis. Sulit rasanya, walaupun tidak juga dikatakan
mustahil, seseorang akan melakukan proses review terhadap isi pikirannya tanpa
aktivitas menulis.
Berdasarkan
alur pemikiran di atas, maka dapat ditarik benang merah adanya hubungan yang
sangat erat dan kuat antara aktivitas membaca dan menulis. Menulis bukanlah
hanya sekadar kerja fisik, tetapi jauh melebih kerja fisik. Menulis merupakan
kerja kompleks antara kerja fisik dan kerja psikis, dan bahkan kerja ruhani. Menulis
tidak hanya sekadar menggerakkan jari-jemari memegang pena untuk menulis
ataupun mengetuk keyboard komputer
untuk menghasilkan tulisan, tetapi juga melibatkan proses berpikir, merenung,
menganalisis, mengkritisi, dan mengkreasi. Selain itu juga melibatkan hati
nurani (ruhani) untuk menilai apakah sesuatu yang akan ditulisnya tersebut
sesuai nilai-nilai kebenaran atau tidak, baik kebenaran menurut Tuhan maupun
kebenaran menurut pandangan manusia. Ketiga aspek yaitu fisik, psikis, dan
ruhani semuanya berkumpul menjadi satu dan secara simultan bekerja untuk
menghasilkan sebuah tulisan yang berkualitas.
Free writing atau menulis bebas merupakan
salah satu alternatif untuk menuliskan secara menyenangkan dan tidak
membosankan. Hal itu dikarenakan pada menulis bebas, penulis tidak dibatasi
oleh aturan-aturan yang mengurangi kemerdekaannya untuk menulis tema apapun.
Dalam free writing penulis memiliki
kebebasan yang seluas-luasnya untuk menulis tema apa saja yang diinginkan dan
disenangi. Teknik free writing dapat
dianggap sebagai batu loncatan bagi para penulis pemula yang sedang dalam
proses membangun dan menguatkan spirit menulisnya. Nanti ketika kemampuan
menulisnya sudah bagus dan spirit menulisnya telah tumbuh dan berkembang dengan
kuat, barulah ia dapat beralih ke teknik menulis yang lebih serius dengan
tema-tema tertentu yang ditentukan di awal akan menulis ataupun tema dari pihak
eksternal seperti penerbit atau surat kabar dan majalah. WaAllahu A’lam bish-shawab. []
Gumpang Baru, 22 Agustus 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar