Sabtu, 30 November 2024
HUBUNGAN KORELASI ANTARA REAKSI KIMIA DAN THOHAROH
Oleh:
URGENSI MEMILIKI PENGETAHUAN DASAR AGAMA
URGENSI MEMILIKI PENGETAHUAN DASAR AGAMA
MENGUBAH MINDSET DALAM MENULIS BUKU
MENGUBAH MINDSET DALAM MENULIS BUKU
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Jumat, 29 November 2024
KAPAN WAKTU TERBAIK UNTUK MENULIS?
KAPAN WAKTU TERBAIK UNTUK MENULIS?
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Menulis
merupakan aktivitas yang tidak banyak ditekuni setiap orang. Walaupun banyak
manfaat dari melakukan aktivitas menulis, tetapi tetap saja tidak banyak orang
yang mau menulis. Beragam alasan dikemukakan oleh orang-orang mengapa mereka
tidak mau menulis. Di masyarakat, masih banyak orang yang beranggapan bahwa menulis
adalah pekerjaan berat dan sulit. Hal dikaitkan dengan asumsi bahwa menulis itu
harus memeras otak untuk menemukan ide tulisan. Kemudian juga harus menyediakan
waktu khusus untuk menulis karena menulis itu membutuhkan konsentrasi tinggi.
Menulis membutuhkan
komitmen dan kedisiplinan yang tinggi. Tanpa memiliki komitmen yang tinggi dan
mendisiplinkan diri, seseorang akan sulit menjadi penulis produktif.
Produktivitas menulis sangat berkorelasi dengan kemampuan menjaga spirit
menulis. Spirit menulis harus terus dijaga agar penulis memiliki energi dan
kemauan untuk terus menulis. Penulis yang produktif pun suatu waktu bisa saja
mengalami penurunan semangat menulis karena situasi dan kesibukan lain yang
banyak menyita waktu dan energinya. Oleh karena itu, para penulis produktif
memiliki cara-cara tersendiri untuk bagaimana menjaga dan memelihara spirit
menulisnya.
Penulis yang produktif
tidak mengenal batasan waktu menulis. Maksudnya adalah seorang penulis
produktif akan berusaha tetap menulis kapan saja. Ia tidak tergantung pada
kondisi dan waktu tertentu untuk menulis. Ia tidak menunggu waktu longgar untuk
bisa menulis. Justru sebaliknya ia berusaha menyempatkan diri untuk menulis di
tengah kesibukannya yang padat. Waktu dan kesempatan menulis bukan untuk
ditunggu kapan datangnya, melainkan justru harus diadakan dan diupayakan. Tanpa
kesengajaan untuk menyempatkan waktu untuk menulis, maka waktu menulis tidak
akan pernah ada karena habis untuk focus pada kesibukan dan pekerjaan.
Memang seorang penulis
seharusnya tidak menggantungkan diri pada waktu longgar untuk menulis. Waktu
kapanpun seharusnya bisa dipergunakan untuk menulis. Tema tulisan bisa
menyesuaikan kondisi dan waktu yang dimilikinya. Seorang penulis yang profesional
harus mampu memilih dan memilah tema-tema tulisan yang akan ditulisnya dengan
menyesuaikan situasi dan kondisi.
Ketika waktunya
longgar, seorang penulis bisa menulis tema-tema tulisan yang agak berat karena
punya waktu banyak untuk menyiapkan bahan, proses berpikir dan menulis. Tetapi
ketika waktunya sempit, seorang penulis dapat menulis tema-tema ringan dan
sederhana sekadar untuk tetap menjaga spirit menulis dan produktivitasnya.
Jadi memang seorang
penulis produktif akan selalu berusaha memanfaatkan waktu yang dimilikinya
untuk terus menulis dan berkarya. Kesibukan dan waktu sempit bukanlah menjadi
batu penghalang untuk tetap berkarya. Ia akan menyempatkan diri tetap menulis
di antara waktu sibuknya. Atau ia akan menggunakan sebagian waktu istirahatnya
untuk menulis.
Kesempatan bukan untuk
ditunggu, melainkan diciptakan. Demikian pula halnya dalam menjalani aktivitas
menulis. Banyak orang yang tidak menulis dengan alasan tidak punya waktu karena
sibuk bekerja atau melakukan aktivitas profesi. Mereka akan menulis jika punya
waktu longgar.
Pandangan sebagian
orang tersebut di atas tidaklah tepat. Mereka mengatakan akan menulis ketika
sudah tidak sibuk lagi. Tapi benarkah demikian? Apakah mereka pasti akan
menulis jika mempunyai waktu longgar? Apakah orang yang memiliki waktu longgar
pasti akan bisa menulis? Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa kita dapatkan
dengan melihat kondisi para penulis produktif.
Apakah para penulis
produktif adalah orang-orang yang tidak sibuk dan punya banyak waktu longgar?
Sepertinya tidak, karena banyak penulis produktif yang juga sangat sibuk.
Mereka tetap bisa menulis walaupun sangat sibuk atau sedikit waktu longgarnya.
Jadi menulis tidak ditentukan oleh punya waktu longgar atau tidak, tetapi oleh
punya kemauan atau tidak dan punya komitmen atau tidak.
Banyak penulis
produktif yang menyempatkan diri tetap menulis dengan menciptakan waktu khusus
menulis. Ada penulis yang menyempatkan menulis sebelum waktu tidur. Ada penulis
lain yang menyempatkan menulis dengan bangun tengah malam. Ada juga penulis
yang menyempatkan menulis di waktu sebelum dan sesudah sholat Shubuh.
Bahkan ada pula
penulis yang menyempatkan menulis di antara waktu bekerja atau aktivitasnya
dengan metode "ngemil", yaitu menulis sedikit demi sedikit hingga
akhirnya selesai tulisannya. Penulis tipe ngemil ini tidak terlalu mempersoalkan
butuh waktu berapa lama hingga tulisannya akan selesai, tetapi yang diutamakan
adalah ia tetap terus konsisten menulis walau dengan cara mencicil.
Berdasarkan uraian di
atas, maka kapan waktu terbaik untuk menulis? Jawabannya adalah semua waktu
baik untuk menulis. Semuanya tergantung pada diri kita masing-masing kapan kita
merasa nyaman untuk menulis. Kita sendiri yang lebih tahu kapan waktu pikiran
kita bisa berpikir jernih dan menemukan banyak ide tulisan dan mengubahnya
menjadi tulisan. Selamat menulis dan semangat berkarya. Karya hebat diawali
dari karya sederhana. []
Ruang rawat inap RS UNS, 10 November 2024
BIOGRAFI AGUNG NUGROHO CATUR SAPUTRO
BIOGRAFI
Dr. AGUNG NUGROHO CATUR SAPUTRO, S.Pd., M.Sc.
(ICT, C.MMF, C.AIF, C.GMC, C.CEP, C.MIP,
C.SRP, C.MP, C.NFBW, C.GMAC)
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menempuh Pendidikan S1 (S.Pd) di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (2002), Pendidikan S2 (M.Sc.) di Program Pascasarjana Program Studi S2 Ilmu Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2010), dan Pendidikan S3 (Dr) di Program Studi Doktor Pendidikan Kimia, Departemen Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta (2025).
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc. adalah pengembang dan penemu Model Pembelajaran Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur'ani atau disingkat model pembelajaran CTS-Q. Model pembelajaran CTS-Q merupakan produk hasil penelitian disertasinya yang berjudul "Pengembangan Model Pembelajaran Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur'ani untuk Meningkatkan Sikap Religius dan Radiant Thinking Siswa SMA/MA" saat menempuh studi Pascasarjana doktoral di Program Studi Doktor Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta di bawah bimbingan supervisor Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt selaku Promotor dan Prof. Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc. selaku Kopromotor.
Selain berprofesi sebagai dosen, Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc. juga aktif sebagai Blogger di https://sharing-literasi.blogspot.com, seorang Pegiat literasi dan Penulis yang telah menulis 125 judul buku (baik buku solo maupun buku kolaborasi) dan memiliki 48 sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Kemenkumham RI.
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc. adalah seorang penulis buku yang sangat produktif. Beliau telah banyak menulis buku-buku di bidang agama Islam, pendidikan maupun pembelajaran kimia. Beberapa judul buku yang telah beliau tulis adalah Bertualang di Dunia Kimia (2008), Konsep Dasar Kimia Koordinasi (2013), Kimia Kehidupan (2018), Ketika Menulis Menjadi Sebuah Klangenan (2018), Sains Kehidupan (2018), Muhasabah (2018), Renungan Kehidupan (2018), Riset Terkini Senyawa Kitosan dan Senyawa Turunannya (2019), Tekstil Antibakteri Berbasis Senyawa Kitosan (2019), Menggagas Pendidikan Berbasis Nilai (2020), Membangun Institusi Pendidikan yang Unggul dan Berdaya Saing Tinggi (2020), Harmoni Kehidupan (2020), Berpikir untuk Pendidikan (2022), Spiritualitas Lapar dalam Ibadah Puasa (2023), dan Membongkar Rahasia Produktif Menulis Buku (2023). Serta ratusan judul buku kolaborasi (antologi, book chapter) lainnya.
Banyak prestasi dan penghargaan yang telah diraih oleh Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc., yaitu Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia MA/SMA di Kementerian Agama RI (2007), Peraih Sahabat Pena Kita (SPK) Award ”Anggota Teraktif” Peringkat 1 (2021), Peraih Penghargaan Rektor UNS sebagai ”Inovasi dan P2M Award LPPM UNS” Peringkat 2 (2022), Peraih Indonesia Top 3% Scientists bidang Chemical Sciences ”AD Scientific Index” (2023), Peraih World’s Top 20% Scientists bidang Natural Sciences ”AD Scientific Index” (2024), Peraih Penghargaan Rektor UNS sebagai ”Inovasi dan P2M Award LPPM UNS” Peringkat 3 (2023), Peraih Sahabat Pena Kita (SPK) Award ”Top Three Most Views of The Month” Peringkat 1 (2023), Peraih Gold Winner Best Scientists in Chemical Sciences di tingkat Universitas Sebelas Maret menurut AD Scientific Index (2024), Peraih Indonesia Top 10 Scientists in Chemical Sciences peringkat ke-7 menurut AD Scientific Index (2024), Peraih Indonesia Top 10 Scientists in Chemical Sciences peringkat ke-9 menurut AD Scientific Index (2025).
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc. adalah seorang penulis buku non fiksi yang tersertifikasi BNSP (2020), menjadi Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, menjadi Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 3, dan anggota pengurus Komite Madrasah di MAN 1 Surakarta.
Selain menjadi dosen dan penulis buku produktif, Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc. juga seorang Trainer yang telah tersertifikasi oleh lembaga sertifikasi tingkat nasional maupun internasional, yaitu Indomindmap Certified Trainer-Indonesia (ICT), Indomindmap Certified Growth Mindset Coach-Indonesia (C.GMC), Indomindmap Certified Multipe Intelligences Practitioner-Indonrsia (C.MIP), Indomindmap Certified Character Education Practitioner-Indonesia (C.CEP), ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator-Inggris (C.AIF), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner-Inggris (C.SRP), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner-Inggris (C.MP), ThinkBuzan Certified iMind Map Leader-Inggris (C.MML), dan ThinkBuzan Certified Mind Map Facilitator-Inggris (C.MMF), dan Certified Growth Mindset Advanced Coach from Growth Mindset Academy, Singapore (C.GMAC).
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc. dapat
dihubungi melalui alamat email:
anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan seputar gagasan pemikiran beliau dapat dibaca di akun Facebook:
Agung Nugroho Catur Saputro dan blog: https://sharing-literasi.blogspot.com. []
Kamis, 28 November 2024
MURUAH GURU DAN KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA
MURUAH GURU DAN KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Selasa, 26 November 2024
MENULIS UNTUK AKTUALISASI DAN EKSISTENSI DIRI
MENULIS UNTUK AKTUALISASI DAN EKSISTENSI DIRI
Oleh:
Agung Nugroho
Catur Saputro
Mengapa kita harus menulis? Sebuah
pertanyaan yang singkat, pendek, dan sederhana, tetapi jawabannya memerlukan
proses pemikiran yang panjang. Mengapa? Karena menulis itu bukan hanya sekadar
aktivitas psikomotorik fisik atau jasmani (yakni menulis atau mengetik dengan
menggunakan jari-jari tangan), melainkan juga melibatkan aktivitas kognitif dan
psikis. Menulis memerlukan proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif.
Untuk bisa menulis harus memerlukan bahan bacaan. Bahan menulis adalah apa-apa
yang tersimpan dalam sistem memori dari hasil kegiatan membaca dalam arti
sempit (yakni membaca tulisan) maupun membaca dalam arti luas (yakni segala
aktivitas yang melibatkan proses berpikir, merenung, menganalisis, hingga
mensintesis dan mengkreasi hasil pemikiran).
Menulis merupakan kegiatan
memelihara peradaban. Kita semua sudah mengetahui bahwa kemajuan peradaban
manusia tidak bisa dilepaskan dari kegiatan menulis. Kita bisa mengetahui
peradaban manusia zaman dulu melalui bukti-bukti peninggalan zaman dulu dalam
bentuk tulisan (baik dalam bentuk tulisan sederhana berupa simbol-simbol atau
gambar-gambar, maupun dalam bentuk kitab atau buku hasil karya para penulis). Melalui
kegiatan menelusuri atau membaca tulisan-tulisan orang zaman dulu, kita mampu
mengetahui bagaimana kondisi kehidupan orang zaman dulu. Pun demikian pula kita
saat ini, apa yang kita tulis sekarang bisa jadi akan menjadi bukti eksistensi
manusia zaman sekarang bagi manusia di masan depan. Manusia di masa depan akan
mengetahui peradaban sekarang melalui tulisan-tulisan yang dihasilkan para
penulis saat ini.
Melalui aktivitas menulis, manusia
dapat mentransfer pengetahuan kepada manusia lain melintasi batas ruang dan
waktu. Manfaat menulis bahkan mampu menembus batas generasi, yakni manusia
generasi di masa depan masih dapat membaca tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh
penuliis masa sekarang. Menulis bisa menjadi sarana untuk mengaktualisasikan
diri melalui ide gagasan pemikiran terhadap kondisi lingkungan sekitar. Melalui
aktivitas menulis, kita dapat menuangkan pandangan dan pemikiran terkait
bagaimana mensikapi perubahan di masyarakat. Melalui aktivitas menulis juga
kita dapat menggunakan sebagai sarana membuktikan keberadaan diri kita atau
eksisestensi kita di kehidupan bermasyarakat. Banyak orang yang dikenal karena
tulisan-tulisannya walaupun belum atau tidak pernah bertemu secara langsung.
Menulis dapat menjadi sarana
pembuktian bahwa seseorang itu ada (eksis). Keberadaan seseorang dapat diakui
sebagai sejarah manakala orang tersebut mewariskan (legacy) karya tulisnya, misalnya berupa buku atau kitab. Sebagaimana
contoh pentingnya meninggalkan legacy
berupa karya tulis sebagai bukti keberadaan atau eksistensi diri adalah kasus
tentang keberadaan Wali Songo di tanah Jawa. Ada sebagian orang yang tidak
percaya bahwa Wali Songo itu pernah ada dan yang menyebarkan (mendakwahkan)
agama Islam di tanah Jawa. Alasan mereka yang meragukan eksistensi Wali Songo
adalah bahwa tidak ditemukan kitab peninggalan/karangan para Wali Songo. Mereka
berargumen bahwa jika memang benar Islam datang ke Indonesia, khususnya ke pulau
Jawa karena didakwahkan oleh para Wali Songo, seharusnya ada satu atau beberapa kitab karangan Wali Songo.
Argumentasi
sebagian orang tersebut di atas ada benarnya juga walaupun tidak seratus persen
benar karena bukti eksistensi seseorang tidak hanya berwujud karya tulis,
tetapi bisa berwujud benda-benda purbakala. Tetapi logikanya memang seharusnya
ada minimal satu judul buku/kitab karangan Wali Songo karena pengamalan ajaran
Islam di tanah Jawa berbeda dengan yang di Arab Saudi tempat asalnya agama
Islam. Hal itu menunjukkan bahwa para Wali Songo pasti melakukan kreativitas
dan inovasi dalam menyampaikan dakwahnya ke masyarakat tanah Jawa. Kalau benar
bahwa Wali Songo telah berkreasi dan berinovasi dalam metode dakwahnya dengan
memasukkan unsur budaya dalam pengamalan ajaran agama Islam, masak mereka sama
sekali tidak ada yang menuliskannya dalam sebuah kitab? Masak para Wali Songo
tidak ada yang bisa menulis kitab?
Kasus tentang diragukannya
keberadaan (eksistensi) Wali Songo sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa
hanya karena tidak ditemukannya satupun kitab karangan Wali Songo membuktikan
betapa pentingnya aktivitas menulis sebagai bukti eksistensi diri. Walaupun
eksistensi Wali Songo zaman dulu di tanah Jawa dapat dibuktikan dengan cara
lain selain peninggalan kitab karangan mereka, setidaknya munculnya polemik
tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya kegiatan tulis-menulis, terutama
menulis buku (kitab). Buku, kitab, maupun karya-karya tulis lainnya dapat
menjadi bukti eksistensi penulisnya sehingga menjadi sejarah, bukan hanya
sekadar mitos atau cerita rakyat.
Aktivitas
menulis merupakan bagian dari menulis sejarah. Legacy atau warisan tulisan para penulis itulah yang suatu saat
nanti menjadi bukti sejarah keberadaan (eksistensi) sang penulis. Apalagi jika
ada penulis yang menulis biografi seorang tokoh, maka tokoh tersebut akan
tercatat dalam sejarah bahwa tokoh tersebut nyata ada, bukan tokoh fiktif. Selain
menuliskan biografi para tokoh, penulis juga bisa menulis biografinya sendiri
yang disebut buku autobiografi sebagai upaya untuk dikenang dalam sejarah.
Walaupun menulis biografi orang lain juga otomatis menunjukkan eksistensi
penulisnya sehingga tokoh dan penulisnya sama-sama tercatat dalam sejarah.
Menulis
juga merupakan aktivitas memelihara peradaban. Peradaban yang maju dimulai dari
aktivitas menulis dan tentunya membaca. Bangsa yang aktif membaca dan produktif
menulis pasti akan menjadi bangsa yang maju dan memiliki tingkat peradaban yang
tinggi. Belum ada ceritanya ada suatu bangsa yang gemar membaca dan menulis
mengalami kemunduran peradaban. Justru sebaliknya, bangsa tersebut pasti
menjadi bangsa yang maju, sejahtera, dan terhormat. Jikapun kemudian bangsa
tersebut akhirnya hancur dan hilang, maka kemungkinan besar generasi penerusnya
tidak melanjutkan tradisi baik yang dilakukan pendahulunya, yaitu kegiatan
membaca, meneliti, dan menulis.
Sejarah
telah mencatat bahwa di Timur Tengah pernah ada peradaban maju sebelum
munculnya peradaban maju bangsa Eropa, yaitu peradaban Islam. Peradaban maju
negara-negara Islam di jazirah Arab dikenal sejarah berangkat dari tingginya aktivitas
membaca dan menulis. Sejarah mencatat nama-nama ilmuwan muslim yang memiliki
nama besar karena jasa-jasanya dalam memajukan ilmu sains melalui peninggalan
karya-karya tulisnya (kitab). Dunia mengetahui eksistensi para ilmuwan muslim
tersebut karena mereka meninggalkan karya-karya tulis berupa kitab. Tetapi
sayangnya peradaban maju tersebut akhirnya mengalami kemunduran karena generasi
penerusnya tidak melanjutkan tradisi ilmiah yang sudah dibangun oleh para
pendahulunya. Akhirnya tradisi ilmiah tersebut justru diwarisi dan dilanjutkan oleh
bangsa-bangsa Eropa sehingga membuat bangsa-bangsa Eropa bangkit dan
peradabannya menjadi maju pesat hingga sekarang dan bahkan menjadi pusatnya
peradaban dunia.
Belajar
dari sejarah perpindahan pusat peradaban dunia dari daratan timur tengah (jazirah
Arab) bergeser ke daratan benua Eropa, kita dapat mengambil pelajaran berharga
bahwa majunya peradaban suatu negara ditentukan oleh aktivitas membaca dan
menulis. Bangsa-bangsa di dunia yang saat ini menguasai dunia (pusat peradaban
maju) dulunya juga berasal dari negara terbelakang. Tetapi karena kesadaran
warga negaranya yang tinggi terhadap aktivitas membaca dan menulis, maka mereka
akhirnya bisa bangkit dan menjadi negara yang maju, modern, dan sejahtera.
Bangsa
Indonesia memiliki sejarah sebagai bangsa yang besar dengan bekas-bekas
peninggalan peradaban maju, dan juga dikenal sebagai pusat pengkajian ilmu.
Tetapi mengapa bangsa Indonesia bisa sampai dijajah oleh bangsa lain ratusan
tahun dan hingga sekarang belum juga menjadi negara yang maju dan sejahtera? Mungkin
jawaban atas pertanyaan ini bisa dikaitkan dengan budaya membaca dan menulis
warga negara Indonesia. Bagaimana tingkat membaca dan menulis (literasi) bangsa
Indonesia dibandingkan bangsa-bangsa lain di dunia? Bagaimana budaya membaca
dan menulis masyarakat Indonesia? Pasti kita semua sepakat bahwa tradisi
membaca dan menulis belum menjadi budaya bangsa Indonesia, apalagi menjadi
kebutuhan penting. Orang-orang Indonesia masih lebih memilih membeli makanan
dan minuman (bukan makanan pokok) dibandingkan membeli buku.
Fakta
bahwa orang-orang Indonesia masih lebih mementingkan urusan perut dibandingkan
urusan kepala tidak perlu dibantah. Inilah kondisi nyata masyarakat bangsa
kita. Mau sedih atau malu, terserah. Tetapi yang jelas, menjadi tugas kita
bersama untuk mengubah kondisi menyedihkan tersebut. Kita semua harus bangkit
memajukan bangsa Indonesia melalui pembudayaan membaca dan menulis. Mari memulai
dari diri sendiri untuk berkontribusi positif bagi kemajuan negeri tercinta.
Semangat !!!
Gumpang Baru, 18
September 2024
Postingan Populer
-
MENGENAL MIND MAP Oleh: Agung Nugroho Catur Saputro Di era sekarang ini yang serba modern dan mengandalkan kecepatan, kita dituntu...
-
BIOGRAFI Dr. AGUNG NUGROHO CATUR SAPUTRO, S.Pd., M.Sc. (ICT, C.MMF, C.AIF, C.GMC, C.CEP, C.MIP, C.SRP, C.MP, C.NFBW, C.GMAC) D...
-
PRESTASI HEBAT PUTRI KECIL KAMI Oleh: Agung Nugroho Catur Saputro Tahun ini begitu istimewa bagi keluarga kami. Kami sangat bahagia kare...