Oleh
:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Sahabat Pena Kita (disingkat
SPK) adalah sebuah komunitas menulis berbasis grup WhatsApp yang berdiri sejak tanggal 24 Maret 2018. SPK
bukanlah komunitas menulis yang biasa-biasa saja, melainkan komunitas menulis “bergengsi”
yang serius bergerak dalam membangun tradisi literasi menulis. Anggota SPK meliputi
lintas daerah (kabupaten, provinsi, pulau, negara) dengan beragam latar
belakang profesi, mulai dari professor, dosen, guru, widyaiswara, KPU, hingga
ibu rumah tangga. Keseriusan SPK sebagai komunitas menulis yang serius membangun
tradisi literasi di Indonesia dibuktikan dengan
sejak 23 Juli 2019 SPK
sudah berbadan hukum, dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Nomor: AHU-001097.AH.01.04.Tahun 2019, tentang pengesahan pendirian badan hukum
Yayasan Sahabat Pena Kita.
Selain program rutin setiap bulan yaitu tulisan setoran wajib
dan tulisan setoran sunah, ada satu program rutin SPK yang lain yaitu Kopdar
(Kopi Darat) setiap 6 bulan sekali. Acara Kopdar selalu dibarengi dengan
kegiatan seminar literasi dengan menghadirkan para penulis yang telah sukses sebagai
narasumber untuk memvotivasi para penulis pemula. Acara Kopdar biasanya
dilaksanakan secara luring dari kampus ke kampus. Tetapi sejak masa pandemi
Covid-19 ini acara Kopdar dilaksanakan secara daring. Maka kata Kopdar kemudian
bisa diartikan dengan “Kopi Daring”
karena anggota bertemu secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting.
Di masa pandemic Covid-19 ini SPK telah mengadakan acara
Kopdar secara daring sebanyak dua kali, yaitu Kopdar 5 di bulan Juli 2020 dan
Kopdar 6 di bulan Februari 2021. Pada acara Kopdar 6 SPK ini, acara seminar
literasinya diselenggarakan bekerja sama dengan STAI Ma’had Aly Al-Hikam
Malang. Untuk acara seminar literasi tahun ini menggambil tema “Proses Menulis
Kreatif dan Produktif” dengan menghadirkan dua pembicara yang merupakan para penulis
hebat, yaitu Ulil Abshar Abdalla,MA (Cendekiawan Muslim yang Produktif Menulis)
dan Nurul Chomaria,S.Psi. (Penulis Produktif, Menulis 72 buku selama
2007-2021). Sebelum memasuki sesi narasumber menyampaikan paparan materinya, Ketua
STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang yaitu Prof. Dr. H. Kasuwi Saiban, M.Ag. dan ketua
SPK yaitu Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pdi., terlebih dahulu memberikan sambutan
pada acara webinar literasi tersebut.
Memasuki sesi webinar yaitu paparan materi dari narasumber,
maka sesi pertama webinar diisi oleh Gus Ulil (panggilan untuk Ulil Abshar
Abdalla, MA). Pada paparan materinya, Gus Ulil mengungkapkan kegembiraan dan
sekaligus kegusaran hatinya terkait tradisi menulis saat ini. Secara umum,
beliau mengakui bahwa sekarang ini minat menulis generasi sekarang sudah
lumayan tinggi. Generasi sekarang dimudahkan dalam menulis dengan adanya media
menulis yang banyak dan beraneka ragam. Sekarang media untuk menulis sangat
terbuka lebar, seperti Blog, Facebook, WhatsApp, dll. Di samping itu juga ada kemudahan
untuk menerbitkannya. Sekarang media-media untuk menulis mengalami ledakan yang
luar biasa. Siapapun sekarang bisa menulis. Sekarang para penulis dimudahkan
untuk menulis dan dibaca orang lain serta dikomentari. Tradisi mengkomentari
dan memberikan kritik pada tulisan seseorang adalah budaya yang baik.
Di paparan berikutnya, gus Ulil juga mengemukakan kegundahan
hatinya. Beliau mengemukakan sisi negatif dari kemudahan menulis di generasi
sekarang. Menurut beliau, karena mudahnya generasi sekarang ini menulis di
berbagai media, maka proses filterisasi tulisan cenderung tidak terjadi yang
mengakibatkan kurang terjaminnya kualitas tulisan. Sekarang tulisan kualitas
apapun dapat diposting di media sosial dan dibaca orang. Akhirnya masyarakat
disuguhi tulisan-tulisan yang beraneka ragam dengan kualitas yang belum tentu
terjamin. Bahkan tulisan-tulisan yang masih jauh dari kelayakan pun, baik dari
sisi gramatikal maupun kualitas ide gagasannya, banyak beredar di media sosial.
Hal ini menuntut masyarakat pengguna media sosial untuk bersikap kritis dan
selektif terhadap setiap bacaan di media sosial. Di sinilah tingkat literasi
masyarakat perlu ditingkatkan agar tidak mudah termakan berita-berita hoaks.
Era kemudahan dalam menulis sekarang ini telah
memunculkan fenomena orang-orang yang narsis, yaitu suka memamerkan diri dan
karya tulisnya tetapi tidak mau dikritik. Banyak penulis di era sekarang ini
yang siap menerima pujian tetapi tidak siap menerima kritikan. Padahal menurut
gus Ulil, surganya penulis adalah ketika tulisannya dibaca dan dikomentari. Itulah
kebahagiaan sejati seorang penulis. Ketika tulisannya menjadi bahan
perbincangan di masyarakat, maka saat itulah kebahagiaan dan kepuasan tertinggi
seorang penulis karena hal itu menunjukkan tulisannya mampu menggerakkan orang
banyak untuk membaca dan mengkritisinya. Artinya tulisannya mampu mempengaruhi
orang untuk memikirkan dan memperbincangkannya. Kemudahan media menulis
khususnya media sosial telah melahirkan banyak penulis yang tidak memiliki daya
juang yang tinggi. Kemudahan yang disediakan teknologi media social telah
memberikan efek buruk lemahnya mental penulis yang tidak tahan dikritik.
Oleh karena itu, kata gus Ulil, untuk dapat menjadi seorang
penulis yang berkualitas, seorang
penulis harus memiliki tokoh model atau penulis idola. Penulis idola akan
mempengaruhi bagaimana seseorang itu menentukan gaya tulisannya. Penulis idola
akan menjadi standar seorang penulis dalam menghasilkan karya-karyanya. Menurut
gus Ulil, menulis adalah proses menjadi manusia. Melalui menulis seseorang
sebenarnya sedang mencari dirinya sendiri. Menulis merupakan proses pencarian
jati diri yang sesungguhnya. Tulisan merepresentasikan diri yang sesungguhnya. Kapan
seseorang telah menemukan dirinya sendiri dalam tulisannya adalah dia sendiri
yang mengetahuinya. Akhir dari penemuan jati diri seorang penulis adalah
terrepresentasikan dalam gaya tulisannya. Gaya tulisan mencerminkan jati diri
penulisnya. Maka gaya tulisan menjadi ciri karakteristik seorang penulis. Setiap
tulisan yang ditulis menurut diri penulisnya akan memancarkan aura kekhasan
dari penulisnya. Tulisan yang telah merepresentasikan jati diri penulisnya akan
sulit ditiru oleh penulis lain karena jati diri setiap orang berbeda-beda. Dari
sinilah dapat dipahami mengapa setiap penulis tidak perlu menyamai gaya tulisan
orang lain karena hal itu seperti membohongi dirinya sendiri. Menulislah sebagaimana
gaya tulisan sendiri.
Untuk menjadi seorang penulis yang berkualitas memang tidak
mudah. Menulis itu mudah tetapi untuk mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang
berenergi dan menggerakkan pembacanya tidaklah mudah dan harus diperjuangkan secara
terus-menerus. Ibaratnya perlu perjuangan sampai berdarah-darah untuk
mewujudkan sebuah tulisan yang unik, berenergi, menggema dan menarik orang
untuk memperbincangkannya. Untuk penulis pemula, semangat yang penting nulis
memang tepat karena untuk membangun dan membangkitkan semangatnya untuk
menulis. Tetapi proses kreatif menulis tidak hanya sampai disitu, melainkan
harus dilanjutkan dengan mengejar kualitas. Setiap penulis yang telah melewati
tahap membangun semangat menulis dan memiliki tradisi menulis yang baik harus
meningkatkan kualitas dirinya dalam menghasilkan tulisan-tulisan yang
mengguncang. Proses kreatif menulis hingga sampai level menghasilkan tulisan
yang berenergi dan menggunjang tidak lah mudah, melainkan memerlukan usaha dan
perjuangan yang terus-menerus dan tidak mudah menyerah.
Di akhir paparan materinya, gus Ulil mengapresiasi SPK dalam
menyelenggarakan acara seminar literasi secara rutin dengan menghadirkan
pembicara dari penulis-penulis yang telah memiliki relam jejak kepenulisan yang
teruji. Untuk mendorong agar SPK semakin dikenal masyarakat luar baik nama
maupun karya-karya tulis anggotanya, beliau menyarankan agar SPK rutin memberikan
award atau penghargaan kepada penulis yang telah menempuh perjuangan menjadi
penulis berkualitas. Penghargaan tersebut bisa di kalangan internal maupun
eksternal. Selain itu, gus Ulil juga memberikan saran agar di internal anggota
SPK mulai dibangun tradisi saling mengkritisi tulisan agar tardisi literasi
semakin kental. Dengan terbangunnya tradisi memberikan kritik kepada penulis
lain, maka seseorang akan mengetahui letak kekuatan dan kelemahannya dalam
tulisan yang dihasilkan sehingga akan terbangun semangat untuk terus
memperbaiki kualitas tulisannya. Tetapi harus disadari bahwa memberikan kritik
itu sangat berbeda dengan menghina. Jadi disinilah pentingnya semua anggota SPK
untuk belajar bagaimana memberikan kritikan yang positif dan tidak menjatuhkan.
Perlu kearifan dan hati yang bersih ketika mau memberikan kritikan kepada
tulisan anggota lain agar tidak berdampak negative. Semangat menjaga persaudaraan
harus tetap diutamakan karena SPK adalah rumah singgah bersama.
Webinar sesi kedua
diisi oleh ibu Nurul Chomaria, S.Psi. Paparan materi yang disampaikan oleh ibu
Nurul Chomaria sedikit berbeda dengan paparan materi dari gus Ulil. Kalau gus
Ulil fokus pada bagaimana memotivasi peserta webinar agar menjadi penulis yang
berkualitas dengan mengedepankan intelektualitas-kecendekiawanan, maka bu Nurul
Chomaria lebih fokus pada bagaimana peserta webinar mau menulis. Oleh karena
itu, judul materi webinar dari bu Nurul Chomaria diberi judul “Pokoe Nulis!”.
Di awal paparan
materinya, bu Nurul Chomaria menyodorkan pertanyaan “Posisimu dimana? Sebuah
pertanyaan menggelitik bagi peserta webinar yang sedang membangun mimpi-mimpinya
menjadi penulis. Bu Nurul Chomaria mengajak peserta webinar untuk merenungkan
dan mengukur diri dimana posisi dirinya saat ini. Dalam paparan awal tersebut,
beliau menjelaskan empat kuadran posisi seseorang dalam menulis, yaitu mampu
dan mau menulis, tidak mampu tetapi mau menulis, mampu tapi tidak mau menulis,
dan tidak mampu juga tidak mau menulis. Posisi ideal adalah mampu dan mau
menulis. Tetapi bagi yang tidak mampu tetapi mau menulis masih ada peluang
untuk menjadi penulis karena ia akan terus belajar menulis. Walaupun awalnya
tidak mampu menulis tetapi kalau terus berlatih dan belajar menulis maka pasti
suatu saat menjadi mampu menulis. Dimana ada kemauan, maka di situ ada
kemajuan.
Dalam webinar literasi
tersebut, secara umum bu Nurul Chomaria menyampaikan enam materi pokok, yaitu 1).
mengetahui dimana posisi kita, 2). tips menjadikan diri peka akan ide-ide
tulisan, 3). bagaimana menggali ide, 4). apa yang bisa ditulis, 5). bagaimana menjadikan
aktivitas menulis sebagai profesi yang harus serius dalam menjalaninya, dan 6).
bagaimana menjaga semangat menulis. Beliau memberikan quote yang menarik sekali
yaitu “Jangan merasa baik-baik saja jika hanya jalan di tempat”.
Kesulitan pertama yang
sering dihadapi para penulis pemula adalah kebingungan mau menulis apa. Untuk permasalahan
ini, bu Nurul Chomaria membagikan tips sederhananya, yaitu tulislah yang : 1). lekat,
dekat, akrab., 2). dikuasai, 3). disukai, 4). bermanfaat, dan 5). menjual. Sedangkan untuk membangkitkan daya kreatifitas
dalam menulis buku, beliau juga membagikan tipsnya yaitu judul buku tidak harus
baru, tetapi bisa dari buku lama yang dimodifikasi sesuai kondisi, dengan
catatan tidak merugikan pihak lain (penerbit). Jadi buku yang dimodifikasi
haruslah buku yang tidak terikat kontrak penerbitan atau telah habis masa
kontraknya. Selain itu, bisa juga membuat judul yang sedikit mirip judul buku
lain tetapi tetap menonjolkan perbedaan dan keunggulan dari buku lain. Tips lain
yang sangat penting dari beliau adalah jangan pernah menunda-nunda ide. Jika ada
ide langsung segera eksekusi, jangan menunda-nunda karena nanti ide bisa hilang
atau malah kedahuluan orang lain yang memiliki ide yang sama. Jadi, jika punya
ide langsung tulis.
Demikianlah ulasan saya
terhadap materi webinar literasi yang diselenggarakan oleh SPK pada tanggal 6
Februari 2021. Kedua narasumber menyajikan paparan materi yang berbeda fokus tetapi
tetap dengan keunggulannya masing-masing. Gus Ulil menekankan proses menulis
yang berkualitas dengan menuntut penulis harus berjuang menjadi penulis
berkualitas yang memiliki gema dan dampak kepada masyarakat pembaca, sedangkan
bu Nurul Chomaria menekankan bagaimana kita bisa kreatif menangkap ide-ide
tulisan yang menjual sehingga menulis dapat menjadi sebuah profesi yang
menjanjikan. Kedua idealisme kedua narasumber tersebut menurut saya pribadi sama-sama
baik. Memang di antara keduanya ada plus dan minusnya. Tetapi jika kita bisa
berlaku bijaksana dengan mengkombinasikan kedua idealisme tersebut, maka kita
kelak akan bisa menjadi seorang penulis yang berkualitas, melegenda, dan karya-karya
tulis kita memiliki nilai jual yang tinggi sehingga bisa kita jadikan sebagai
profesi yang menjanjikan. Menjadi idealis bukan berarti harus mengesampingkan manfaat
dan keuntungan. Begitu pula mengejar keuntungan juga tidak harus meninggalkan idealisme
kualitas. Jadi pilihan yang terbaik adalah menulis menghasilkan karya-karya
yang monumental dan bernilai jual tinggi. Bagaimana dengan pilihan anda? []
Gumpang Baru, 8 Februari 2021
Sumber Artikel : https://sahabatpenakita.id/membangun-tradisi-menulis-kreatif-dan-produktif-menimbang-antara-yang-penting-nulis-atau-tulisan-harus-berkualitas/
--------------------------------------------------------------------------------------------------
BIODATA PENULIS
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah
dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI
Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan
sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan
pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di
Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis
yang telah menerbitkan lebih dari 36 judul buku (baik buku solo maupun buku
antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku
pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang
telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan
penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi
SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), Auditor internal Certified Internal
Quality Audit SMM ISO 9001:2008, dan Trainer MindMap Certified ThinkBuzan
iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis
dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel
penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com
2 komentar:
Luar biasa pak dosen Agung Nugroho...
Terima kasih untuk apresiasinya pak Abbuzahra. Hanya sekadar memproduktifkan diri saja. Salam kenal dan sukses selalu untuk bapak.
Posting Komentar