INSPIRASI HIDUP SEIMBANG DARI KEHIDUPAN BAYI
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Manusia diciptakan Allah Swt melalui mekanisme
dilahirkan oleh seorang ibu ke dunia ini untuk tujuan tertentu. Setiap manusia
yang terlahir di dunia ini membawa misi mulia, yakni menyembah Tuhan yang
menciptakannya. Implementasi dari menyembah Tuhan adalah melakukan ibadah
sesuai tuntunan yang diberikan melalui utusan-Nya.
Selama menjalankan kewajibannya terhadap
Tuhannya (ibadah) ketika hidup di dunia, manusia juga harus menyiapkan bekal
untuk kehidupan berikutnya dan juga perlu menikmati kehidupannya. Bagaimana
cara menjalankan dua peran tersebut? Seperti apa kehidupan yang sebaiknya kita
jalankan agar kedua tujuan yakni menyembah Allah Swt, menyiapkan bekal
kehidupan akhirat sekaligus menikmati kehidupan secara normal?
Terkait pertanyaan di atas, ada baiknya kalau
kita sejenak memperhatikan bagaimana bayi menjalani hidup sehari-hari. Seorang
bayi yang baru saja dilahirkan belum bisa mengurus dirinya sendiri, ia masih
sangat tergantung pada bantuan orang lain di sekitarnya. Walaupun belum bisa
mengurus diri sendiri, bayi sudah membawa potensi diri untuk tumbuh dan
berkembang. Si bayi akan menjalani kehidupannya sesuai tugas perkembangan yang
melekat pada dirinya.
Selama menjalani kehidupannya, bayi juga
mempelajari semua kompetensi dan ketrampilan yang akan diperlukan di masa
depan. Bayi akan berusaha mengeksplorasi dan mengenali potensi-potensi yang dia
miliki sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Swt.
Bayi belajar mensyukuri nikmat karunia Allah
Swt yang tersimpan di dalam dirinya dengan cara menjalankan kewajibannya yaitu
mengeksplorasi semua kemampuan yang dimiliki. Proses eksplorasi dan pengenalan
potensi diri tersebut berlangsung seiring pertumbuhan dan perkembangan sang
bayi. Jadi di samping menjalani (menikmati) kehidupannya, sang bayi juga
sekalian mempersiapkan diri untuk kehidupan di masa depan dengan tunduk
menjalankan perintah Tuhannya.
Kehidupan bayi adalah contoh kehidupan yang
ideal dan seimbang. Dalam kehidupan bayi, antara menikmati hidup, menjalankan
perintah Allah Swt, dan mempersiapkan untuk kehidupan berikutnya berjalan
beriringan. Inilah model kehidupan yang seimbang. Hal ini sebagaimana firman
Allah Swt dalam Al Quran: "Dan carilah pada apa yang dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi…" (QS. Al Qashash [28]: 77).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka seyogyanya
kita menjalani kehidupan ini secara seimbang antara kepentingan untuk bekal
kehidupan di akhirat dan kepentingan hidup di dunia. Kita hidup dengan waktu
yang sangat singkat ini memang harus pandai-pandai dalam mengelola waktu. Kita
harus menyiapkan bekal amal kebaikan sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat
yang kekal, tetapi kita juga tidak boleh mengesampingkan kebutuhan duniawi
selaku manusia, seperti bekerja mencari rezeki (nafkah untuk keluarga), belajar
menuntut ilmu untuk meningkatkan kompetensi dan bersosialisasi sesama manusia
(hidup bermasyarakat). WaAllahu a'lam.
[]
_______________________________
*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar