Powered By Blogger

Senin, 09 September 2024

EKSISTENSI DIRI

EKSISTENSI DIRI

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Dalam kehidupan ini setiap orang pasti menghadapi banyak permasalahan hidup. Tidak ada orang yang hidupnya tidak punya masalah. Kalau ada orang yang hidupnya baik-baik saja tampak tidak punya masalah, itu hanya dikarenakan tidak terlihat oleh orang lain atau ia mampu menyembunyikan permasalahan hidup yang dihadapinya.

Hidup memang hanya sawang sinawang. Kehidupan orang lain tampak lebih enak, lebih nyaman, lebih mewah, dan lebih-lebih lainnya. Padahal kenyataannya belum tentu sama seperti dugaan kita. Memandang kehidupan orang lain tampak lebih enak dan menyenangkan dibanding kehidupan sendiri hanya akan menimbulkan pikiran negatif sehingga muncul perasaan hidupnya paling menderita. Perasaan merasa hidup paling menderita ini mengakibatkan sikap kurang bersyukur.

Bersyukur adalah kunci kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. Ketika kita bersyukur dengan kehidupan yang dijalani, maka hati dan pikiran menjadi tenang dan jernih. Ketika hati dan pikiran jernih, maka akan muncul ide-ide kreatif untuk memperbaiki/meningkatkan kualitas hidup. Akhirnya orang yang pandai bersyukur kehidupannya menjadi semakin baik dan semakin berkualitas. Karena kehidupannya semakin baik dan berkualitas, maka ia semakin bahagia dan akhirnya ia semakin lebih mensyukuri hidupnya. Inilah siklus kebahagiaan hidup dimana kuncinya adalah mau bersyukur.

Bandingkan dengan kehidupan orang yang tidak bersyukur, pasti akan sangat tampak perbedaannya. Orang yang tidak bersyukur hidupnya kemungkinan banyak masalah. Terkadang masalah itu datang bukan karena orang lain, tetapi justru datang karena sikap hidupnya yang tidak baik. Orang yang tidak bersyukur tidak pernah mau melakukan evaluasi diri ataupun refleksi diri. Dia lebih suka menyalahkan atau mengkambinghitamkan orang lain sebagai penyebab munculnya masalah pada dirinya. Bagi pandangan orang yang tidak mau bersyukur, orang lain tidak pernah ada yang benar, yang ada hanyalah selalu menyalahkan orang lain.

Hidup seperti itu jelas sangat tidak menyenangkan apalagi membahagiakan. Hidup dengan dipenuhi pikiran-pikiran negatif kepada orang lain jelas sangat-sangat tidak membahagiakan. Orang yang hidupnya tidak bahagia plus negative thinking terus kepada orang lain pasti akan memancarkan aura negatif pada dirinya. Wajahnya akan terlihat kurang enak dilihat. Orang pun malas untuk berinteraksi dengannya karena orang lain merasakan ketidaknyamanan ketika dekat dengannya.

Oleh karena itu, marilah kita melakukan refleksi diri apakah keberadaan kita membawa aura positif atau aura negatif untuk lingkungan di sekitar kita. Apakah eksistensi diri kita diterima dan diakui secara positif oleh lingkungan sekitar? Indikasinya bisa kita lihat dari pengamatan apakah orang lain merasa nyaman dengan kehadiran diri kita ataukah sebaliknya mereka merasa tidak nyaman? Perhatikan, apakah orang lain senang berinteraksi dengan kita atau sebaliknya orang lain enggan dan malas berinteraksi dengan kita.

Idealnya, hidup itu harus membawa manfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain (lingkungan). Di manapun kita berada, usahakan bisa membawa manfaat untuk sekitar. Jika kesulitan untuk menyebar manfaat untuk lingkungan sekitar, minimal kita tidak menyebar masalah (mudharat) ke lingkungan sekitar. Bagaimana dengan diri kita, apakah sudah menjadi orang yang bermanfaat atau belum? Mari kita renungkan. []

Gumpang Baru, 06 September 2024

Tidak ada komentar:

Postingan Populer