Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Dunia anak kecil adalah dunia bersenang-senang. Dalam perspektif anak, lingkungan sekitarnya adalah lingkungan yang menyenangkan. Anak kecil belum tahu apa itu berjuang, hidup susah, bekerja, dan lain-lain yang masuk domain dunia orang dewasa. Dunia anak kecil memang sangat berbeda dengan dunia orang dewasa. Oleh karena itu, memahami dunia anak kecil penting dimiliki oleh setiap orang tua.
Anak kecil memandang dunia ini menyenangkan. Dalam persepsi anak kecil, mereka berada di sekitar orang-orang baik. Anak kecil tidak punya pikiran negatif kepada orang lain. Itulah mengapa, sehabis bertengkar dengan teman bermainnya hingga menangis, anak kecil cepat sekali bisa bermain dan bercanda kembali dengan temannya. Anak kecil tidak menyimpan dendam seperti orang dewasa. Hal itu dikarenakan jiwa anak kecil masih bersih dan suci. Jiwa anak kecil masih kondisi fitrah, belum terkotori pikiran-pikiran negatif.
Idealnya dunia anak kecil adalah bermain dan bergembira. Tetapi sambil bermain-main dan bergembira, anak kecil juga belajar mengeksplorasi potensi dirinya. Cara belajarnya anak kecil adalah melalui sarana bermain-main dan bersenang-senang. Anak kecil tidak betah atau cepat merasa bosan manakala diajak melakukan aktivitas yang menuntut keseriusan, walaupun itu kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, karakteristik dunia anak kecil ini harus dipahami setiap orang tua dan para pendidik di sekolah.
Berangkat dari pemahaman seperti itu,maka di lingkungan keluarga kami berusaha mendesain pola pendidikan yang mengakomodir karakteristik dunia anak kecil. Kami menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk putri kecil kami Icha agar bisa belajar dengan nyaman. Kami tidak memaksakan si kecil Icha untuk belajar dengan target tertentu. Kami justru menginginkan si kecil Icha dapat belajar mengeksplorasi potensi dirinya secara alami.
Oleh karena itu, ketika si kecil Icha masuk SD mendapat tawaran program kelas ICP (International Class Program) kami tidak menindaklanjuti. Kami lebih memilih memasukkan si kecil Icha di kelas reguler. Kami berpikir, si kecil Icha masih anak-anak yang suka bermain. Kami kawatir jika si kecil Icha masuk kelas ICP, nanti dia terforsir waktunya untuk belajar sehingga kehilangan masa-masa bermainnya. Kami ingin si kecil Icha menjalani proses belajarnya secara alami. Kami ingin si kecil Icha bisa menjaga keseimbangan mentalnya antara untuk belajar dan untuk bermain-main. Biarlah dia tumbuh berkembang menjalani tugas perkembangannya secara alami.
Oleh karena itu, sehabis pulang sekolah jam 2 siang dimana di sekolah ada jadwal tidur siang, kami membiarkan dia bermain di rumah ataupun bermain ke rumah temannya. Biasanya setelah mandi sore dan sholat Ashar, barulah dia minta izin untuk bermain ke rumah temannya atau sebaliknya temannya yang datang ke rumah untuk bermain-main sampai waktu menjelang Maghrib. Hal ini kami lakukan agar terjadi keseimbangan mental si kecil Icha sehingga ia bisa tumbuh berkembang dengan optimal. []
Ruang Tunggu RS UNS, 12 September 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar