BERBAGI TUGAS MENJAGA ANAK
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Hari Selasa malam kemarin ketika bakda shalat Isyak anak pertama kami tiba-tiba muntah-muntah. Sehari sebelumnya dia memang sudah mengalami demam, kepala pusing, dan perut mual. Selasa sore bakda Ashar dia kami periksakan ke klinik kesehatan dekat rumah dan mendapatkan obat untuk diminum. Tetapi saat setelah makan malam dan minum obat, dia tiba-tiba muntah-muntah.
Kami kira karena perutnya sudah terlalu mual, makanya makanan dan obat yang masuk dikeluarkan lagi. Kami berharap kondisi anak lanang akan berangsur-angsur membaik. Tetapi sampai pukul 23.00 wib, anak lanang masih terus muntah-muntah. Karena kawatir dengan kondisinya yang seperti tambah parah, maka kami memutuskan membawanya ke IGD RS UNS untuk segera mendapatkan pertolongan medis.
Sekitar pukul 00.00 wib saya dan anak lanang sampai di ruang IGD RS UNS. Dokter segera memeriksa dan mengobservasi kondisi kesehatan anak lanang. Karena anak lanang masih pusing dan perut mual, maka dokter memberikan suntikan obat. Sekitar pukul 01.30 wib dokter membolehkan anak lanang untuk pulang dan memberikan obat rawat jalan.
Ketika pemeriksaan di IGD, dokter menyatakan bahwa jika sampai kamis malam atau Jumat pagi kondisi anak lanang belum membaik, maka dianjurkan untuk kembali kontrol ke IGD guna cek darah untuk memastikan penyebab sakitnya.
Hari Rabu kondisi anak lanang masih belum mengalami perubahan signifikan, yakni badan masih panas, kepala pusing, dan perut mual. Perubahannya hanya tidak muntah-muntah lagi. Hari Kamis juga relatif masih sama hingga Jumat pagi. Karena Jumat pagi sudah masuk hari kelima sejak hari pertama sakit, dan kondisi anak lanang masih belum berubah banyak, maka saya memutuskan untuk kembali membawa dia ke UGD RS UNS.
Jumat pukul 09.00 WIB kami membawa anak lanang kembali periksa ke dokter IGD RS UNS. Ketika datang ke IGD RS UNS, kondisi badan anak lanang sudah agak lemah karena makannya sedikit (nafsu makan berkurang karena perut selalu mual). Ketika diperiksa dokter, dokter menyatakan bahwa anak lanang sudah mengalami dehidrasi dan dari hasil cek lab darah diketahui jumlah trombositnya juga rendah.
Berdasarkan data pemeriksaan medis tersebut, dokter merekomendasikan anak lanang untuk menjalani rawat inap. Mendengar rekomendasi dokter IGD tersebut, demi kesembuhan dan pemulihan kesehatan anak lanang, maka kami menyetujui anak lanang menjalani pengobatan rawat inap.
Permasalahan sakitnya anak lanang sudah ditangani dokter. Sekarang permasalahan berikutnya adalah nanti yang menemani anak lanang di RS siapa, sementara si kecil masih sekolah dan juga baru saja sembuh dari sakitnya. Setelah berdiskusi dengan istri, akhirnya disepakati saya yang menemani anak lanang menjalani pengobatan rawat inap di RS UNS sedangkan istri menjaga si kecil di rumah.
Begitulah dinamika kehidupan yang terjadi di keluarga kami. Segala permasalahan keluarga sebisa mungkin kami selesaikan sendiri tanpa menggantungkan bantuan orang lain. Hanya saat kondisi sangat kepepet dan tidak ada alternatif solusi lain yang bisa ditempuh, barulah kami meminta bantuan orang lain. Anak-anak sejak kecil juga kami latih untuk bisa memahami kondisi keluarga. Sehingga ketika keluarga sedang ada permasalahan, mereka bisa diajak diskusi dan diberi pemahaman.
Sebagai contoh masalah ketika papinya sakit dan harus operasi, maka otomatis maminya harus ikut mendampingi papinya rawat inap di RS. Ketika menghadapi situasi seperti itu, terkadang si kecil bersedia tinggal di rumah bersama kakaknya. Jika solusi tersebut tidak memungkinkan, maka si kecil kami titipkan ke rumah eyangnya atau budenya, tapi ini pilihan terakhir.
Dulu pernah ketika anak lanang masih balita, kami menghadapi masalah keluarga. Saat itu di waktu yang bersamaan, istri ditugaskan sekolah untuk mendampingi siswa study tour ke Bali, sedangkan saya ditugaskan kampus untuk mendampingi KKL mahasiswa ke Bandung. Sesaat kami mengalami kebingungan bagaimana dengan anak lanang yang masih balita tersebut.
Setelah diskusi dengan istri, dengan mempertimbangkan segala risiko yang mungkin terjadi jika membawa anak balita dan menjalankan tugas mendampingi siswa/mahasiswa, maka diputuskan anak lanang ikut papinya ke Bandung. Maka semua keperluan si kecil (anak lanang) dipersiapkan istri untuk perjalanan ke Bandung.
Kami waktu itu bisa saja menitipkan anak lanang ke eyangnya, toh pasti eyangnya dengan senang hati mau dititipi cucunya. Tetapi langkah tersebut tidak kami tempuh karena kami ingin mandiri dalam menghadapi setiap permasalahan keluarga. Melalui diskusi bersama dan komitment untuk menyelesaikan setiap permasalahan keluarga secara bersama-sama, maka melalui langkah pembagian tugas dalam keluarga, setiap permasalahan yang terjadi di keluarga dapat diselesaikan dengan baik. []
Kamar 718A RS UNS, 01 Juni 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar