Powered By Blogger

Jumat, 31 Mei 2024

LOMBA KHATAM AL-QUR'AN: AYAH V$ ANAK

 


LOMBA KHATAM AL-QUR'AN: 

AYAH VS ANAK

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Sejak lulus Iqra' jilid 6 dan bisa membaca Al-Qur'an, putri kecil kami semangat membaca Al-Qur'an setiap hari. Setiap hari bakda Maghrib, bersama-sama dengan papi, mami, dan kakaknya, ia membaca Al-Qur'an ayat demi ayat, surat demi surat, dan juz demi juz. Hingga saat ini bacaan Al-Qur'an-nya sudah sampai juz 14. 


Setelah beberapa bulan berlalu, kemampuan membaca Al-Qur'an di kecil semakin baik. Saya berusaha selalu mendampinginya ketika ia membaca Al-Qur'an. Setiap kali ia menemukan bacaan yang membingungkan cara membacanya, dia tanya ke papinya. 


Beberapa hari ini kebetulan juz, surat dan ayat yang dia baca sama dengan bacaan papinya. Setiap kali selesai membaca Al-Qur'an, dia bertanya ke papinya sudah sampai mana bacanya. Jika saya selesai membaca Al-Qur'an lebih dulu, saya tetap menunggui si kecil menyelesaikan bacaan Al-Qur'an-nya. 


Hal itu saya lakukan sebagai bentuk perhatian saya ke dia dan untuk memonitoring progres bacaan Al-Qur'an si kecil. Sekaligus juga untuk membantu si kecil membetulkan bacaannya ketika dia mengalami kebingungan cara membacanya. 


Setiap kali membaca Al-Qur'an, biasanya saya rata-rata membaca empat halaman dan terkadang lebih. Karena si kecil tidak mau ketinggalan dengan papinya, dia juga berusaha menarget bacaan Al-Qur'an-nya seperti papinya. Terkadang saya merasa kasihan melihat dia membaca Al-Qur'an sampai empat halaman. 


Terlihat sekali bagaimana ia berusaha keras untuk menyelesaikan bacaan Al-Qur'an-nya sampai akhir ayat yang dibaca papinya. Tetapi di sisi lain, saya sangat bangga dengan semangatnya dalam membaca Al-Qur'an. Saya amati, dia sangat senang, enjoy dan menikmati sekali proses membaca Al-Qur'an setiap harinya. 


Ketika kemarin dia saya belikan mushaf Al-Qur'an yang baru, dia sangat senang sekali. Sudah beberapa waktu sebelumnya saya menjanjikan ke dia untuk membelikan mushaf Al-Qur'an yang ada nama dia. Dan ketika paket kiriman mushaf Al-Qur'an sudah datang, dia antusias sekali melihatnya. 


Ketika ditanya maminya apakah mushaf Al-Qur'an-nya akan dibaca sekarang, dia menjawab tidak. Si kecil mengatakan akan menggunakan mushaf barunya setelah dia khatam membaca mushaf Al-Qur'an yang saat ini digunakannya. 


Satu kejadian yang saya anggap lucu adalah dia sering mengecek (menanyakan) papi maminya sudah sampai juz berapa bacaan Al-Qur'an-nya. Dan ketika dijawab papi maminya masih juz di bawah dia, dia tampak bangga. 


Awalnya juz bacaan saya di belakang dia karena belum lama saya baru saja khatam Al-Qur'an, dan dia selalu memonitornya. Tetapi suatu waktu, saya menyalib bacaan dia. Ketika tahu papinya mendahuluinya, tiba-tiba dia menangis. Cukup lama saya menenangkan dan menghentikan tangisannya. Ternyata dia tidak mau papinya mendahuluinya. 


Belajar dari kejadian tak terduga tersebut, maka kemudian saya berusaha mengurangi kecepatan membaca Al-Qur'an saya agar si kecil tidak terlalu susah payah mengejar akhir ayat yang saya baca. Terkadang saya hanya membaca dua halaman saja, tetapi terkadang juga sampai empat halaman. Saya lihat si kecil masih bisa menyelesaikan bacaan Al-Qur'an-nya hingga empat halaman walaupun dia jadi selesai membaca Al-Qur'an paling akhir dan saya berusaha tetap menungguinya. []


Gumpang Baru, 26 Mei 2024

Tidak ada komentar:

Postingan Populer