Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Maret 2024

SEMUA IKUT BERJUANG

SEMUA IKUT BERJUANG

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Hidup di dunia ini memang tidak pernah lepas dari masalah. Setiap orang pasti memiliki masalah dalam kehidupannya. Saya yakin di dunia ini tidak ada seorangpun yang tidak punya masalah. Walaupun setiap orang tidak menginginkan mempunyai masalah, tetapi masalah hidup adalah sebuah keniscayaan.


Masalah hidup jika disikapi secara positif dapat menjadi sarana untuk pendewasaan diri dan meningkatkan kualitas hidup. Seseorang yang sedang memiliki masalah hidup dapat dimaknai bahwa ia sedang mendapat ujian kenaikan tingkat kualitas hidup. 


Orang yang belum pernah punya masalah hidup pasti tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, setiap orang seyogyanya berpikiran positif jika sedang menghadapi permasalahan hidup. Berpikiran positif akan sangat membantu kejernihan berpikir dalam menemukan solusi atas permasalahan hidup yang dihadapinya. 


Awal bulan Maret 2024 ini saya dijadwalkan dokter untuk kembali menjalani tindakan operasi pengambilan batu ginjal yang belum selesai. Hal itu dikarenakan pada bulan Januari 2024 penyakit batu ginjal saya kambuh kembali. Setelah beberapa Minggu rutin kontrol dokter dan tes CT-SCAN, akhirnya dokter memutuskan untuk operasi kembali. Operasi bulan Maret ini merupakan operasi batu ginjal saya yang ketiga sejak terkena sakit batu ginjal satu tahun yang lalu. Selain menjalani dua kali operasi, saya juga telah menjalani tindakan ESWL sebanyak tiga kali. 


Minggu siang saya ditemani istri mulai rawat inap di RS UNS. Senin pagi pukul 09.30 wib saya dibawa perawat masuk ke ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) RS UNS untuk menjalani tindakan operasi. Pukul 14.00 saya keluar dari ruang IBS RS UNS.


Senin malam pasca operasi, sekitar pukul 23.00 tiba-tiba badan saya ngedrop. Saya merasakan demam tinggi dan badan menggigil hebat. Saya merasakan hawa dingin yang amat sangat  menjalar ke seluruh tubuh hingga ke tulang-tulang. Ketika kondisi menggigil hebat tersebut, saya memegang erat tangan istri untuk sedikit mengurangi rasa dingin yang menjalar di sekujur tubuh. Selain itu, istri juga memeluk saya dengan erat karena badan saya bergetar dengan kencang karena menahan hawa dingin yang sangat kuat hingga menusuk-nusuk sampai ke tulang. 


Kondisi badan ngedrop seperti itu berlangsung hingga beberapa hari lamanya selama rawat inap di rumah sakit. Saya sudah beberapa kali menjalani operasi batu ginjal dan bahkan operasi besar berupa luka terbuka ketika operasi Fistula Ani. Tetapi saat operasi yang ini saya mengalami kondisi yang sangat payah, badan ngedrop, demam tinggi dan  menggigil hebat. 


Selama empat hari pasca operasi, saya berjuang untuk segera pulih kembali dari kondisi badan ngedrop. Walaupun berada di kondisi sangat lemah, saya meyakini pasti bisa melewati masa-masa sulit tersebut. Istri pun juga berjuang  bagaimana merawat saya sebaik-baiknya dan mensupport saya. 


Hari kelima rawat inap di RS UNS, akhirnya dokter membolehkan saya pulang setelah kondisi badan saya sudah lumayan membaik walau masih agak demam. Saya yang meminta ke dokter untuk diizinkan pulang karena saya sudah merasa terlalu jenuh di rawat di RS UNS selama lima hari.


Di saat saya sedang dirawat di RS UNS untuk menjalani operasi dan berjuang menahan efek samping tindakan operasi, anak pertama sedang berada di Bandung untuk mengikuti acara kompetisi film indie dalam acara OlympicAD 7 Universitas Muhammadiyah Bandung.  Dia bersama timnya berjuang memenangkan kompetisi tingkat nasional tersebut. Hasil perjuangannya Alhamdulillah membuahkan hasil yang diharapkan, yaitu memperoleh medali emas.


Selama saya menjalani rawat inap di RS UNS, si kecil kami titipkan di rumah eyang putrinya. Istri menyiapkan seragam sekolah si kecil untuk empat hari dengan asumsi  hari keempat pasca operasi saya bisa pulang. Walaupun kami berada di RS UNS, si kecil tetap sekolah seperti biasanya. Alhamdulillah pakde dan budenya bersedia mengantar jemput dia sekolah. 


Ketika diberitahu maminya jika papinya harus tidur lagi di rumah sakit selama beberapa hari, si kecil bisa memahami. Maka ia segera menyiapkan semua mainan, buku-buku, dan alat mewarnainya dan kemudian dimasukkan ke dalam tas. Tidak lupa ia membawa mukena dan mushaf Al-Qur'an miliknya untuk sholat dan mengaji di rumah eyang putrinya. 


Saya yakin hal itu adalah situasi yang berat bagi putri kecil kami, yakni harus berpisah dengan kedua orang tuanya selama beberapa hari. Selama ini jika saya dan istri menginap di RS UNS, si kecil tinggal di rumah atau di rumah eyang  putrinya dengan ditemani kakaknya. Tetapi untuk kali ini berbeda, kakaknya juga pergi beberapa hari ikut lomba di Bandung. Ini adalah perjuangan berat bagi si kecil untuk bisa mandiri tanpa keberadaaan papi maminya. Alhamdulillah selama di rumah eyang putrinya, si kecil tetap berangkat sekolah, mengerjakan sholat, dan mengaji Al-Qur'an setiap bakda Maghrib seperti biasanya. 


Demikianlah perjuangan keluarga kami dalam menjalani proses kehidupan. Ketika ada masalah dalam keluarga,  seperti saya sedang sakit misalnya, setiap anggota keluarga ikut berjuang berkontribusi positif untuk ikut menyelesaikan masalah. Anak pertama sebelum berangkat ke Bandung beberapa kali wira-wiri ke rumah sakit untuk membelikan makanan dan membawakan pakaian ganti untuk maminya. Si kecil mau bersikap kooperatif dengan bersedia dititipkan di rumah eyang putrinya walau tidak ditemani kakaknya. Saya berusaha menjalani proses pengobatan dengan sebaik-baiknya dengan harapan bisa segera sembuh. Sedangkan istri membantu segala kebutuhan saya selama sakit. 


Gumpang Baru, 12 Maret 2024

Kamis, 29 Februari 2024

MENGAJARKAN ANAK PUASA RAMADAN


 MENGAJARKAN ANAK PUASA RAMADAN

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 Islam adalah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam atau lingkungan. Ketiga jenis relasi (hubungan) tersebut menjadi karakteristik dari dimensi ibadah dalam agama Islam. Salah satu jenis ibadah yang berdimensi ketiga relasi tersebut adalah puasa Ramadan. Puasa Ramadan selain berorientasi kepada ketuhanan (transenden), juga berkaitan dengan interaksi sosial dan interaksi dengan alam. Puasa Ramadan mengajarkan umat Islam untuk bagaimana menjadi sosok manusia yang berkepribadian muttaqin (manusia bertakwa).

Bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa. Keistimewaannya bukan hanya karena  bulan diturunkannya kitab suci Al-Qur’an hingga terdapatnya malam Lailatul Qadar. Tetapi, di bulan Ramadan juga terdapat ibadah yang diwajibkan untuk dilaksanakan oleh seluruh umat Islam, yaitu berpuasa. Karena keistimewaan inilah maka bulan Ramadan diyakini sebagai bulan yang penuh kemuliaan. Setiap datang bulan Ramadan, umat Islam di berbagai belahan dunia menyambutnya dengan gembira dan penuh harapan, yaitu harapan mendapatkan kebaikan  bulan Ramadan berupa ampunan dari Allah SWT dan dijauhkan dari siksa api neraka (Saputro, 2023).

Ibadah puasa Ramadan bersifat wajib (fardhu ‘ain)  bagi setiap muslim dan muslimat yang sudah baligh. Oleh karena itu, setiap anak Islam sejak kecil harus diajarkan untuk mengerjakan puasa Ramadan. Dasar kewajiban menjalankan ibadah puasa Ramadan adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)


Puasa Ramadan memang kewajiban bagi setiap orang Islam. Menjalankan ibadah puasa Ramadan adalah sebuah keharusan bagi setiap orang Islam yang sudah baligh tanpa terkecuali. Walaupun ada beberapa orang yang diperbolehkan secara syariat untuk tidak berpuasa karena kondisi tertentu, tetapi pada hakikatnya keringanan tersebut tidak menghilangkan kewajibannya untuk berpuasa karena ia tetap harus mengganti puasa yang ditinggalkannya di waktu lain dan dengan cara lain. Jika kita berpuasa hanya sekadar untuk menjalankan kewajiban, maka nilai puasa kita hanya sebatas penggugur kewajiban. Puasa yang seperti itu tidak akan memiliki nilai plus. Puasa dengan niat sekadar menjalankan kewajiban tidak akan berdampak apa-apa, hanya sekadar telah terpenuhi kewajibannya. Berbeda halnya dengan jika kita berpuasa selain untuk menjalankan kewajiban juga untuk memperoleh hikmah di balik rasa lapar yang kita rasakan ketika berpuasa (Saputro, 2023).

Puasa Ramadan harus diajarkan kepada anak-anak sejak kecil agar mereka terbiasa menjalankan puasa wajib di bulan Ramadan. Melatihkan anak-anak kecil untuk mau berpuasa tidaklah mudah karena puasa itu berat bagi anak-anak. Puasa itu menahan untuk tidak makan dan minum seharian yang pastinya menimbulkan perut lapar dan haus serta badan lemas kehilangan energi. Anak-anak yang biasanya makan setiap saat pasti akan merasa keberatan jika harus merasakan rasa lapar. Oleh karena itu, ibadah puasa harus dilatihkan ke anak-anak sejak masih kecil agar mereka menjadi terbiasa menahan rasa lapar dan haus ketika berpuasa.

Dunia anak-anak adalah dunia kegembiraan dan menyenangkan. Anak-anak itu tahunya hidup itu isinya bermain, bernyanyi, bersenang-senang, dan bergembira. Oleh karena itu, untuk mengajarkan, mengenalkan, dan melatihkan agar anak-anak mau berpuasa Ramadan, maka orang tua harus mampu menyampaikan ke anak-anak bahwa puasa Ramadan itu menyenangkan. Apa yang disukai anak-anak? Jawabannya adalah hadiah dan makanan enak. Dua hal inilah yang dapat dipergunakan oleh orang tua sebagai pendekatan alternatif untuk membujuk dan mengajak anak-anak agar mau berlatih berpuasa Ramadan. Orang tua bisa menyampaikan ke anak-anak bahwa jika mereka mampu berpuasa tidak  makan dan minum sejak sahur hingga Dhuhur (tahap awal belajar berpuasa) akan diberikan hadiah dan ketika Maghrib akan berbuka dengan makanan yang enak-enak.

Apakah membujuk anak-anak berpuasa Ramadann dengan strategi memberikan iming-iming hadiah dan makanan enak bisa diperbolehkan? Jawaban penulis adalah boleh karena dunia anak-anak memang dunia yang menyenangkan. Maka mengajarkan ibadah pun juga harus disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Tetapi yang perlu dipahami bahwa strategi pemberian iming-iming hadiah dan makanan enak ini hanyalah pendekatan awal saja untuk menyesuaikan dengan karakteristik anak-anak, bukan strategi mutlak.

Jika anak-anak sudah remaja, maka strateginya bisa diubah dengan pendekatan mengajak anak berpikir. Jadi strategi pemberian iming-iming hadiah dan makanan enak bukan berarti mengajarkan anak-anak berjiwa materalistik dan tidak ikhlas. Mengajarkan keikhlasan dalam beribadah ke anak-anak itu harus tetap dilakukan setiap orang tua. Tetapi keikhlasan itu akan dapat terwujud ketika amalan sudah menjadi kebiasaan (habit). Atas dasar berpikir demikianlah, strategi pemberian iming-iming hadiah dan makanan enak ke anak-anak adalah bagian dari strategi untuk melatih anak-anak terbiasa mengerjakan ibadah puasa Ramadan.

Puasa walaupun mengakibatkan rasa lapar dan kehausan akan mampu membuahkan kesabaran bagi yang melakukannya, dengan syarat puasanya ikhlas lillahi ta’ala semata-mata mengharapkan rida Allah SWT Puasa yang dilakukan bukan dengan ikhlas dan bukan untuk mengharapkan rida Allah SWT pasti tidak akan membuahkan kesabaran. Puasa itu untuk Allah SWT, maka Allah lah yang akan memberikan balasannya kepada orang yang berpuasa. Apa balasan yang akan diterima oleh para hamba ahli puasa adalah rahasia Allah SWT Tetapi dengan ber-husnudhan, Allah SWT pasti akan memberikan hikmah-hikmah kebaikan untuk kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat kelak. Orang yang mampu menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan ikhlas akan mendapat keistimewaan tersendiri dari Allah SWT (Saputro, 2023).

Pada bulan Ramadan, diyakini setiap kebaikan akan dilipatgandakan pahala kebaikannya. Setiap ibadah puasa di bulan Ramadan bernilai 10 pahala dan di bulan Ramadan setiap pahala dilipatgandakan oleh Allah SWT menjadi tak terbatas. Bulan Ramadan adalah bulan pelipatgandaan pahala. Setiap ibadah, pahalanya tak terbatas. Di bulan Ramadan, dilipatgandakan oleh Allah menjadi tak terbatas. Pahala puasa dinilai langsung oleh Allah SWT (Nurdiarsih, 2022).

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengajarkan puasa Ramadan kepada anak-anak yang masih kecil harus menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik dunia anak-anak, yaitu metode yang menyenangkan dan menarik. Karena dunia anak-anak adalah dunia yang penuh dengan keceriaan dan kegembiraan, maka metode dakwah yang cocok untuk mengajarkan anak-anak agar mau menjalankan Ibadah puasa Ramadan adalah dengan pemberian iming-iming hadiah (reward) dan makanan yang enak-anak saat berbuka puasa. Nanti ketika anak-anak sudah menginjak dewasa, metode dakwahnya diubah ke arah penggunaan rasional dan pemikiran karena orang dewasa sudah mampu berpikir terkait apa manfaat kebaikan dari ibadah puasa Ramadan.

Mengajarkan ibadah-ibadah wajib seperti ibadah puasa Ramadan kepada anak-anak merupakan kewajiban setiap orang tua yang tidak bisa ditawar-tawar. Setiap orang tua harus tegas dalam mengajarkan mana ajaran agama yang wajib dan mana yang sunnah. Tetapi ketegasan dalam mendakwahkan ajaran agama Islam kepada anak-anak harus dilakukan dengan penuh kelembutan dan suasana yang menyenangkan. Hal itu karena dunai anak-anak adalah dunia yang penuh kesenangan. Menjadi tugas setiap orang tua untuk mampu mendisain metode dakwah yang menyenangkan untuk mengajarkan ajaran agama Islam kepada anak-anaknya. Semoga kita para orang tua dimudahkan dan dimampukan untuk mengajak anak-anak kita mengenali fitrah kehidupannya sehingga mereka dapat mengenali Tuhannya dan menjalankan perintah-perintah-Nya. Amin. []

           

Gumpang Baru, 29 Februari 2024

 

Sumber Bacaan:

Nurdiarsih, F. (2022, April 10). Tiga Keistimewaan Bulan Ramadhan, Berlimpah Pahala hingga Ampunan. liputan6.com. https://www.liputan6.com/islami/read/4934476/tiga-keistimewaan-bulan-ramadhan-berlimpah-pahala-hingga-ampunan

Saputro, A. N. C. (2023). Spiritualisme Lapar dalam Ibadah Puasa: Mencari Mutiara Hikmah Dibalik Kemuliaan Bulan Ramadan. KBM Indonesia.

Kamis, 01 Februari 2024

LUPA SHOLAT SUNNAH

 


LUPA SHOLAT SUNNAH

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Di dalam keluarga kami, sholat menjadi aktivitas yang menjadi pondasi kehidupan berkeluarga. Oleh karena itu, sejak kecil anak-anak sudah kami ajarkan untuk mengerjakan sholat. Pola pendidikan agama yang kami terapkan adalah melalui pemberian contoh nyata dalam tindakan (keteladanan). 


Kami mengajarkan sholat ke anak-anak dengan diawali dengan mengajak anak-anak terlibat dalam aktivitas sholat, yaitu membiasakan mereka melihat orang tuanya sholat. Dengan secara rutin setiap hari melihat orang tuanya mengerjakan sholat, maka sifat alami anak-anak yang senang mengimitasi apa yang dilihatnya akan membuat mereka juga akan melakukannya. 


Anak pertama kami dulu sudah mau rutin mengerjakan sholat fardhu sebelum masuk sekolah TK. Hal itu karena sejak kecil kami mengenalkan ke dia kebiasaan orang tuanya mengerjakan sholat fardhu. Sebelum kami mengajarkan sholat ke dia, terlebih dahulu kami mengenalkan sholat ke dia dengan cara selalu mengusahakan dia melihat orang tuanya sholat. 


Metode yang sama juga kami terapkan untuk putri kecil kami. Dia juga mau rutin ikut sholat fardhu sebelum masuk sekolah TK. Setelah sekolah TK dan mendapat pelajaran tentang sholat di sekolah, putri kecil kami semakin semangat dalam mengerjakan sholat fardhu. Alhamdulillah dia bisa mengerjakan sholat fardhu lima waktu setiap harinya. 


Selain mengajarkan sholat fardhu kepada putra putri kami, kami juga mengajarkan anak-anak kami untuk mengerjakan sholat sunnah rawatib. Untuk mengajarkan sholat sunahunnah rawatib ke anak-anak, kami juga menggunakan metode keteladanan melalui pemberian contoh tindakan nyata dan pembiasaan. 


Sholat sunnah yang rutin kami ajarkan dan biasakan untuk dikerjakan anak-anak adalah sholat sunnah bakda Maghrib, sholat sunnah bakda Isya', sholat witir, dan sholat sunnah bakda Dhuhur. Di manapun kami berada, setelah selesai mengerjakan sholat fardhu, kami dan anak-anak berusaha untuk mengakhiri aktivitas ibadah dengan mengerjakan sholat sunnah. Kebiasaan mengerjakan sholat sunnah secara rutin dan konsisten tersebut menjadikan aktivitas ibadah sholat fardhu terasa kurang ketika belum diikuti dengan sholat sunnah. 


Ada satu kejadian lucu yang dilakukan oleh putri kecil kami beberapa hari yang lalu tapi menyentuh hati kami. Sepulang dari bepergian, saya dan si kecil mengerjakan sholat dhuhur. Selesai sholat, seperti biasanya kami membaca dzikir dan berdoa, baru kemudian mengerjakan sholat sunnah bakda Dhuhur. Saya kurang memperhatikan si kecil di belakang, tapi saya hanya agak heran kok tumben dia sudah melepas mukenanya ketika saya mau berdiri untuk mengerjakan sholat sunnah bakda Dhuhur. Saya berpikiran mungkin dia sudah mengerjakan sholat sunnah bakda Dhuhur ketika saya sedang berdzikir.


Ketika saya baru saja selesai mengerjakan sholat sunah bakda Dhuhur, tiba-tiba si kecil masuk kembali ke ruang mushola dan berkata, "Papi, adek lupa belum sholat dua rakaat lagi". Saya jawab, "Oh ya, kalau begitu adek pakai mukenanya lagi dan sholat dua rakaat ya". Si kecil menjawab, "Iya, tapi papi jangan pergi dulu ya". Akhirnya saya tetap berada di ruang mushola menunggu si kecil selesai mengerjakan sholat sunnah bakda Dhuhur sebanyak dua rakaat. 


Melihat perilaku si kecil tersebut, saya sangat bahagia dan bersyukur sekali karena putri kecil kami telah terbiasa mengerjakan shalat fardhu dan sholat sunah. Dia mengerjakan ibadah sholat dengan senang dan tidak merasa berat melakukannya. Dua teringat belum mengerjakan sholat sunah bakda Dhuhur menunjukkan bahwa aktivitas ibadah sholat telah menjiwai dirinya. Semoga si kecil hatinya selalu tertambat untuk mengerjakan ibadah sholat dan bisa istikamah selamanya. Amin. []


Ruang Tunggu RS UNS, 29 Januari 2024

Rabu, 31 Januari 2024

KEADILAN TUHAN DAN SEMANGAT BEKERJA

 


KEADILAN TUHAN DAN SEMANGAT BEKERJA

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro


Beberapa waktu yang lalu ketika kami sekeluarga sedang akan pergi, di perjalanan kami melihat seorang ibu mengendarai sepeda dengan membawa bronjong yang berisi barang-barang rongsokan. Ibu tersebut berhenti tepat di depan kami sehingga kami bisa melihat dengan jelas isi bronjong yang dibawanya. 


Ada isi bronjong yang mengagetkan kami, tapi bukan barang rongsokan. Isi bronjong yang menarik perhatian kami adalah seorang anak kecil yang tertidur di dalam bronjong yang kami yakin itu adalah anaknya. Jadi ibu tersebut memboncengkan dua anaknya, satu anak duduk di depan dan satu anak lagi tertidur di belakang dalam bronjong. 


Melihat penampilan ibu tersebut yang kotor dan kucel, siapapun pasti bisa menduga bahwa ibu tersebut adalah orang susah dan miskin. Tapi yang membuat kami tertegun untuk beberapa saat adalah melihat semangat beliau menjemput rezekinya walau harus dengan mencari barang-barang bekas di tong-tong sampah. 


Saya pribadi menaruh kagum dan bangga dengan semangat ibu tersebut dalam bekerja, walaupun harus sampai membawa anak-anaknya yang masih kecil untuk ikut mencari barang-barang rongsokan. Beliau tidak begitu saja menyerah dengan beratnya beban kehidupan. Beliau menggunakan segala kemampuannya untuk mencari dan menjemput rezeki dari Tuhannya dengan bekerja. 


Melihat kejadian ibu pencari barang-barang rongsokan tersebut, kami jadi berpikir tentang keadilan di dunia ini. Sepintas kehidupan di dunia sepertinya tidak adil karena ada orang-orang yang terlahir di keluarga kaya dan hidup serba mewah dan berkecukupan. Mereka sejak kecil merasakan kehidupan yang mewah dan serba ada. Mereka tidak pernah merasakan hidup susah. Mereka sangat beruntung dilahirkan di keluarga yang kaya raya, walaupun mereka tidak pernah meminta ataupun ditawari akan dilahirkan di keluarga yang kaya raya dan hidup serba berkecukupan.  


Sementara di lain pihak, ada orang-orang yang terlahir di keluarga yang miskin dan hidup serba susah dan kekurangan. Mereka yang terlahir di keluarga miskin tidak pernah meminta untuk dilahirkan dalam kondisi miskin ataupun  dimintai kesediaannya  untuk akan dilahirkan di keluarga miskin. Mereka tidak memiliki pilihan untuk menolak dan meminta dimana mereka akan dilahirkan. 


Karena orang yang dilahirkan di keluarga yang kaya raya maupun yang dilahirkan di keluarga yang miskin, keduanya sama-sama tidak pernah meminta ataupun diberi pilihan untuk dilahirkan dimana, maka saya berpandangan bahwa setiap orang istimewa dalam pandangan Allah SWT. Orang-orang yang terlahir miskin ataupun kaya, mereka sama-sama memiliki keistimewaan sendiri-sendiri dalam pandangan Allah SWT. Mereka semua juga sama-sama akan mempertanggungjawabkan kehidupan mereka di dunia saat yaumul akhir nanti. 


Orang-orang yang terlahir di keluarga tidak mampu atau hidupnya miskin akan memiliki keistimewaan tersendiri di hadapan Allah SWT dan Allah SWT akan memperlakukan mereka secara khusus. Demikian pula dengan orang-orang yang terlahir di keluarga kaya atau hidupnya kaya juga akan memiliki keistimewaan tersendiri di hadapan Allah SWT dan mereka juga akan diperlakukan oleh Allah SWT secara khusus pula. 


Allah SWT tidak menganggap orang yang terlahir di keluarga miskin derajatnya lebih rendah dibandingkan orang yang terlahir di keluarga yang kaya raya. Mereka semuanya sama derajatnya di hadapan Allah SWT. Inilah bentuk keadilan langit yang tidak membeda-bedakan makhluk karena faktor di luar kendalinya, seperti misalnya terlahir dalam keadaan kaya atau miskin. Faktor yang membedakan mereka di hadapan Allah SWT hanyalah hati dan amal perbuatan mereka. Jika hati dan amal perbuatannya baik, maka mereka akan mendapatkan derajat kemuliaan di hadapan Allah SWT. 


Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka saya berusaha menghargai setiap orang dan tidak mengganggap rendah orang-orang yang hidupnya kekurangan. Saya menghormati siapapun yang memiliki kehormatan dalam bersikap dan berperilaku. Selama orang itu baik dan bisa mengormati orang lain, maka saya juga akan menghormatinya. Sebaliknya jika orang tersebut bersikap tidak baik dan tidak bisa menghormati orang lain, maka saya juga tidak akan menghormatinya. 


Menurut pendapat saya, penghormatan itu hanya pantas diberikan kepada orang-orang yang memiliki kehormatan. Orang yang memiliki kehormatan dicirikan dari sikap dan perilakunya yang mau menghormati orang lain. Orang yang di dalam dirinya tidak memiliki kehormatan tidak akan mungkin mampu menghormati orang lain. Jadi, saya pikir buat apa kita menghormati orang yang tidak memiliki kehormatan. []

 


Gumpang Baru, 30 Januari 2024

Minggu, 21 Januari 2024

SYUKUR AWAL TAHUN

 


SYUKUR AWAL TAHUN

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro


Di bulan Januari 2024 ini, saya teringat kembali kejadian setahun yang lalu. Tanggal 3 Januari tahun yang lalu, saya harus kembali menjalani operasi Fistula Ani yang kedua setelah operasi pertama di bulan November ternyata gagal alias penyakit Fistula Ani saya masih kambuh. Selama rentang waktu antara operasi pertama dan kedua, saya menjalani perjuangan berat melawan dua rasa sakit, yaitu sakit luka operasi yang berupa luka terbuka (operasi metode growak) dan sakit akibat kambuhnya Fistula Ani. 


Saya masih ingat bagaimana rasa sakitnya ketika penyakit Fistula Ani saya kambuh pasca satu bulan operasi. Luka operasi yang berupa luka terbuka yang masih berwarna merah dan sakit untuk bergerak, tiba-tiba harus menahan serangan rasa sakit yang amat sangat selama dua malam. 


Semua rasa sakit itu bermula ketika bakda sholat Isyak saya merasakan munculnya rasa nyeri menyayat-nyayat di area luka operasi. Tapi anehnya saya merasa rasa sakit itu  bukan berasal dari luka operasi, tetapi dekat sekitar area luka. Untuk mengurangi rasa sakit, saya segera minum obat penghilang nyeri yang diresepkan dokter. Tetapi saya tetap merasakan rasa sakit yang menyayat-nyayat, seakan-akan obat penghilang nyeri tidak berpengaruh. 


Malam itu, saya hanya bisa menangis menahan rasa sakit amat sangat yang muncul setiap detiknya. Saya berusaha menahan serangan rasa sakit yang bertubi-tubi dengan mencengkeram bantal dan guling sekuat-kuatnya. Istri saya berusaha membantu menenangkan dan menguatkan saya yang terus menangis menahan rasa sakit dengan cara mendekap kepala saya. Setiap kali rasa sakit datang menyerang, saya menarik nafas panjang dan menegangkan otot-otot seluruh badan sekuat-kuatnya untuk menahan gelombang rasa sakit yang tak tertahankan.


Setelah berusaha bertahan selama beberapa jam, akhirnya saya menyerah. Pertahanan tubuh saya sudah tidak mampu lagi menahan serangan rasa sakit yang hebat tersebut. Pukul 02.00 dini hari, saya meminta istri untuk mengantar saya ke IGD RS UNS. Sampai di IGD RS UNS, dokter mengecek luka operasi saya dan membersihkannya. Setelah disuntik obat penghilang rasa sakit, saya baru bisa tenang dan tidur pulas. Pukul 05.00 pagi dokter IGD menyatakan bahwa saya tidak perlu rawat inap dan boleh pulang. 


Sepulang dari IGD RS UNS, saya bisa menikmati tubuh yang nyaman tanpa gangguan rasa sakit. Sampai sore hari, saya masih merasakan tubuh yang nyaman. Tetapi setelah sholat Isyak, saya mulai merasakan kembali rasa sakit yang sama dengan kemarin malam pelan-pelan datang menyerang. Kembali saya minum obat penghilang rasa sakit yang diresepkan dokter IGD. Dan akhirnya perjuangan berat berperang melawan rasa sakit menyayat-nyayat harus kembali saya jalani. 


Malam itu, kembali saya harus berjuang sekuat tenaga menahan serangan gelombang rasa sakit yang tak tertahankan. Saya terus menangis sambil mencengkeram bantal dan guling sekuat-kuatnya. Istri terus memeluk kepala saya untuk membantu menenangkan saya yang terus-menerus mengerang menahan rasa sakit. Istri menyarankan untuk kembali periksa ke IGD RS UNS tapi saya tolak dengan alasan baru tadi malam masuk ke IGD masak masuk IGD lagi. Saya berusaha menguatkan diri bahwa saya mampu melewati perjuangan malam ini. Saya berharap serangan rasa sakit ini bisa segera berakhir. Tetapi harapan saya tinggal harapan, ternyata serangan rasa sakit tersebut tidak juga hilang hingga pagi hari. Semalaman saya dan istri tidak tidur sama sekali. 


Ketika datang waktu pagi, saya berharap rasa sakit bisa hilang. Tetapi ternyata rasa sakit tetap terus menyerang setiap detik sejak tadi malam. Akhirnya kembali saya harus menyerah dengan kondisi tersebut. Akhirnya saya meminta istri untuk mengantar ke IGD RS UNS. Tetapi kondisi tubuh saya sudah tidak mampu untuk bergerak karena sedikit saja menggerakkan anggota tubuh bawah (kaki) maka segera datang rasa sakit yang menyayat-nyayat. Akibatnya saya tidak mampu bangun dari tidur dan berjalan. 


Dikarenakan saya sudah tidak mampu bergerak lagi, apalagi bangun dan berjalan, maka saya meminta tolong istri untuk mencari bantuan pertolongan ke tetangga. Setelah mendatangi beberapa rumah tetangga, ternyata Akhirnya datanglah lima orang bapak-bapak menggotong saya dan membawa ke IGD RS UNS. 


Demikianlah kejadian setahun yang lalu. Saya sangat bersyukur akhirnya saya bisa sembuh dari penyakit yang telah menjangkiti saya selama hampir tujuh tahunan dan setiap hari merasakan siksaan rasa sakit menyayat-nyayat. Saya tidak menyangka kalau saya bisa sembuh. Dulu sempat berpikir bahwa saya akan menderita sakit Fistula Ani seumur hidup dan setiap hari harus ikhlas bersahabat dengan rasa sakit. Tetapi ternyata takdir baik telah mengubahnya. 


Sekarang saya telah sembuh dari penyakit Fistula Ani. Saya hampir tidak percaya kalau saya benar-benar telah sembuh dari penyakit Fistula Ani. Saya merasakan bagaikan terlahir kembali ke dunia ini dengan tubuh yang sehat dan nyaman tanpa gangguan rasa sakit menyayat-nyayat lagi seperti yang dulu pernah saya rasakan setiap hari. Saya sangat bersyukur, sungguh Allah SWT sangat baik kepada saya. Saya berdoa semoga Allah  SWT akan terus mengaruniakan kepada saya tubuh yang sehat. Dan saya juga mendoakan semoga orang-orang yang sekarang sedang menderita penyakit Fistula Ani juga bisa segera sembuh dan merasakan nikmatnya tubuh sehat. 


Penyakit Fistula Ani adalah penyakit yang sangat menyiksa dan menjengkelkan. Siapapun yang menderita penyakit Fistula Ani pasti sangat menderita dan stress karena betapa sulitnya penyakit tersebut disembuhkan. Oleh karena itu, siapapun yang ingin bertanya-tanya seputar bagaimana penyembuhan penyakit Fistula Ani, saya dengan senang hati akan berbagi pengalaman. Sudah ada beberapa orang yang menghubungi saya dan selalu saya berikan penjelasan yang sedetail-detailnya. []


Gumpang Baru, 21 Januari 2024


Selasa, 02 Januari 2024

MEMBAWA MUKENA

 


MEMBAWA MUKENA

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Pendidikan karakter religius harus diajarkan sejak anak masih kecil. Melalui latihan dan pembiasaan sejak kecil, anak akan terbiasa mengerjakan kewajiban ibadah. Poin penting dalam mengajarkan pendidikan karakter, khususnya karakter religius adalah pembiasaan dengan melatihkan nilai-nilai karakter baik sehingga anak akan terbiasa melakukan secara refleks dan tidak merasa berat atau bosan melakukannya.

Terkait ibadah sholat, kami mengajarkan kepada putri kecil kami dengan melakukan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah kami memfasilitasi putri kecil kami melihat secara langsung keluarganya mengerjakan sholat fardhu setiap hari.

Tahap kedua adalah kami mengajak putri kecil kami untuk ikut sholat, walaupun masih sambil bermain-main. Tahap ketiga adalah kami membelikan putri kecil kami sajadah dan mukena khusus untuk dia dengan memilihkan warna kesukaannya.

Tahap keempat adalah memonitoring pengamalan ibadah dengan cara selalu bertanya sudah sholat atau belum. Tahap kelima adalah melatih membiasakan mengerjakan sholat lima waktu secara rutin setiap hari. Tahap keenam adalah melatihkan anak ikut mengerjakan ibadah sunah dengan rutin memberikan contoh keteladanan.

Hasil dari program pendidikan karakter religius yang kami ajarkan kepada putri kecil kami, sekarang sudah mulai terlihat hasilnya. Kami bahagia sekali dengan kemajuan perilaku yang ditunjukkan oleh putri kecil kami. Putri kecil kami telah menunjukkan perubahan sikap dan perilaku yang sangat positif.

Terkait pengamalan ibadah sholat fardhu, putri kecil kami telah menjadikan ibadah sholat fardhu sebagai aktivitas harian. Dan kami memang terus memonitor aktivitas sholat putri kecil kami. Setiap kali saya pulang dari kampus, saya selalu menanyakan apakah adek sudah sholat atau belum. Terkadang dia jawab belum sholat dan kebetulan saya juga belum sholat, maka kami sholat berjamaah.

Karena putri kecil kami sudah rutin mengerjakan sholat fardhu, maka sekarang kemanapun kami pergi, dia saya sarankan untuk membawa mukena untuk berjaga-jaga jika harus sholat di perjalanan atau di tempat tujuan.

Seperti hari ini, kami akan pergi ke mall terdekat untuk membelikan sabun mandi si kecil yang mau habis. Karena waktu sebentar lagi masuk waktu sholat Dhuhur, maka kami berangkat dari rumah setelah sholat dhuhur. Sebelum berangkat, si kecil bertanya perlu bawa mukena atau tidak. Saya jawab bawa saja untuk jaga-jaga kalau di mall sampai masuk waktu sholat Ashar. Ternyata benar, karena selain beli sabun mandi dan kebutuhan rumah, si kecil juga ingin main di Kids Fun dan makan. Maka kami keluar dari mall sudah masuk waktu Ashar. Si kecil bertanya ke saya, "Papi, kita sholat di sini atau di rumah?" Saya jawab, "Kita sholat di sini saja". Maka kami pun mengambil mukena si kecil dan pergi ke masjid di mall.

Karena istri kebetulan sedang tidak sholat, maka si kecil sholat sendirian di shaf jamaah putri. Istri mengantarnya mengambil air wudhu kemudian mengawasi si kecil sholat sendiri dari luar masjid. Terlihat si kecil dengan tenang mengerjakan sholat Ashar empat rakaat dengan khusyuk. Dia tidak malu atau takut untuk sholat sendirian di masjid.

Demikian proses pendidikan karakter religius yang kami ajarkan ke putri kecil kami sejak dia masih kecil. Melalui pemberian contoh keteladanan dan pembiasaan setiap harinya, sekarang putri kecil kami sudah terbiasa mengerjakan sholat fardhu. Kami bersyukur, program pendidikan karakter religius yang kami jalankan telah mulai menunjukkan hasil yang positif. Kami berharap dan berdoa semoga putri kecil kami tetap istikamah dalam menjalankan ibadahnya. Amin. []


Gumpang Baru, 01 Januari 2024.

Minggu, 31 Desember 2023

MENDAMPINGI SI KECIL LIBURAN SEKOLAH

 


MENDAMPINGI SI KECIL LIBURAN SEKOLAH

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro


Sebentar lagi anak-anak akan kembali masuk sekolah. Liburan akhir semester tinggal beberapa hari lagi. Berkaitan dengan hal ini, maka beberapa hari terakhir ini saya menyempatkan diri untuk mengajak si kecil menikmati liburan dengan mengajaknya pergi ke tempat-tempat wisata yang tidak jauh dari rumah, yaitu masih sekitaran wilayah kabupaten Sukoharjo. 


Mengapa pada liburan sekolah tahun ini saya menyempatkan diri untuk mengajak si kecil pergi ke tempat-tempat wisata? Hal itu dikarenakan selama dua liburan sekolah sebelumnya saya tidak bisa menemaninya untuk menikmati libur sekolah. Jadi dapat dianggap tahun ini saya menyaur utang pergi liburan kepada si kecil. Pada dua kali waktu liburan sekolah, saya hanya bisa menjanjikan nanti akan mengajaknya pergi liburan. 


Liburan sekolah akhir tahun 2022 yang lalu, saya tidak bisa mengajak si kecil liburan karena kondisi saya sedang bed rest pasca operasi penyakit Fistula Ani yang pertama di awal bulan November 2022 yang ternyata gagal dan mempersiapkan diri untuk menjalani operasi kedua tanggal 3 Januari 2023.


Adapun liburan sekolah akhir tahun ajaran bulan Juli 2023, saya juga belum bisa mengajak si kecil liburan karena saya masih menjalani rawat jalan pasca menjalani dua kali tindakan operasi batu ginjal dan tindakan ESWL. Jadi praktis saya belum bisa mendampingi si kecil menikmati liburan sekolahnya karena saya masih fokus pada penyembuhan penyakit batu ginjal saya. 


Setelah sekitar enam bulanan ini kondisi kesehatan saya mulai membaik dan saya bisa merasakan nikmatnya tubuh yang sehat tanpa keluhan rasa sakit yang menyiksa setelah hampir tujuh tahun berteman dengan rasa sakit menyayat akibat sering kambuhnya penyakit Fistula Ani yang saya derita, maka di liburan semester ini saya ingin mendampingi si kecil menikmati liburan sekolahnya. 


Putri kecil kami walaupun masih kecil tapi sudah bisa diajak bicara dan bisa memahami maksud pembicaraan. Dulu saat papinya sakit, dia paham kalau papinya sedang sakit pasca menjalani operasi. Ketika setiap kali perawat datang untuk merawat dan mengganti perban luka operasi papinya, dia selalu ikut mendampingi papinya. Pernah suatu saat ketika maminya sedang repot di dapur, dia menyodorkan tangannya untuk pegangan papinya saat perawat membersihkan luka operasi yang pasti terasa sangat sakitnya. Dia paham kalau setiap perawat membersihkan luka operasi, papinya memegang erat tangan maminya. Maka ketika maminya sedang repot di dapur, dia berinisiatif menggantikan maminya mendampingi papinya dengan menyodorkan tangannya untuk dipegang papinya.  


Demikian pula saat dia memiliki keinginan berlibur ke pantai, dia selalu berkata, "Nanti jika papi sudah sembuh adek diajak liburan ke pantai ya". Atau saat ingin beli mainan, dia akan berkata, "Nanti jika papi sudah punya uang adek dibelikan mainan ya". Ketika beberapa waktu yang lalu dia sakit dan harus rawat inap di RS, saya katakan "Nanti adek disuntik untuk dipasangi selang infus seperti papi waktu sakit, adek harus berani ya". Dan ternyata benar, dia sama sekalu tidak menangis saat disuntik untuk dipasangi selang infus. Perawat RS yang memasang infus sampai heran dan cerita ke saya kalau adek tidak menangis ketika disuntik.


Demikianlah karakter putri kecil kami. Dia sangat memahami kondisi orang tuanya. Dia tidak pernah memaksakan keinginannya harus segera dituruti. Dia tipe anak yang bisa diajak bicara dan mudah memahami maksud yang dibicarakan. Oleh karena itu, di momen akhir-akhir waktu liburan sekolahnya, kami ingin memberikan kesempatan dia untuk berlibur dan bermain sepuasnya dengan mengajak dia pergi ke beberapa tempat wisata yang masih dekat dengan rumah dan biayanya terjangkau. Semoga suatu saat nanti kami diberikan kelonggaran waktu dan rezeki sehingga bisa mengajak si kecil berwisata ke tempat wisata lain yang lebih jauh. Amin. []


Gumpang Baru, 01 Januari 2024

Sabtu, 30 Desember 2023

SETIAP ORANG BISA SUKSES

 


SETIAP ORANG BISA SUKSES

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Allah SWT menciptakan manusia dengan membekalinya potensi kemampuan yang berbeda-beda. Bekal potensi kemampuan tersebut dipersiapkan untuk dipergunakan oleh masing-masing individu untuk menaklukkan alam dan menjalani kehidupan. Kemampuan setiap orang dalam mengenali dan memberdayakan potensinya menjadi kompetensi dan keahlian akan berdampak kepada kesuksesan dia dalam menjalani proses kehidupan. 


Karena memiliki potensi kemampuan yang berbeda-beda, maka setiap individu harus dipandang secara diferensiasi. Kita tidak boleh mengganggap bahwa orang lain sama dengan diri kita. Pun demikian, kita juga tidak boleh memaksakan cara dan sudut pandang kita kepada orang lain. Alhasil, kita tidak boleh mengukur kemampuan orang lain dengan standar kemampuan diri kita. 


Dengan menyadari bahwa setiap orang itu memiliki keunikannya masing-masing, maka kita harus mampu bersikap toleransi terhadap adanya perbedaan kemampuan. Misalnya dalam hal kesuksesan, kita tidak boleh memandang bahwa hanya orang-orang yang cerdas atau berpendidikan tinggi saja yang bisa dan berhak sukses. Jika kesuksesan yang dimaksud adalah kesuksesan di bidang akademik, maka pandangan tersebut benar karena orang-orang yang kurang cerdas dan tidak memiliki pendidikan tinggi tidak mungkin bisa meraih kesuksesan di bidang akademik. Tetapi jika yang dimaksud adalah kesuksesan secara umum, maka orang-orang yang kurang cerdas serta berpendidikan rendah pun juga bisa meraih sukses jika mereka tekun berusaha dan tidak mudah menyerah. 


Dikarenakan setiap orang bisa memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda, maka selama masing-masing individu mau menekuni bidang keahliannya secara serius hingga menjadi ahli, maka setiap orang bisa menjadi orang sukses. Kesuksesan itu tidak hanya bergantung pada bakat bawaan lahir, tetapi lebih dipengaruhi oleh ketekunan dalam berusaha. Orang yang memiliki kemampuan pas-pasan, tetapi jika tekun berusaha dan tidak mudah putus asa dalam memperjuangkan cita-citanya, pasti suatu saat nanti juga bisa sukses. 


Seorang guru atau dosen bisa sukses di bidang akademik, tetapi belum tentu bisa sukses di bidang non akademik. Seorang praktisi industri bisa sukses di bidang usaha industri, tapi belum tentu bisa sukses di bidang akademik. Seorang pedagang bisa sukses menjadi eksportir sukses, tapi belum tentu bisa sukses di bidang pertanian. Demikian juga seorang petani bisa sukses menjadi petani sukses, tapi belum tentu bisa sukses di bidang perdagangan. Demikianlah masing-masing orang memiliki bakat dan keahlian yang bisa berbeda-beda, dan mereka itu semua berhak dan bisa sukses di bidangnya masing-masing. 


Mengukur kesuksesan seseorang hendaknya tidak menggunakan parameter di satu bidang keahlian saja. Menilai kehebatan prestasi orang lain hendaknya tidak hanya menggunakan standar bidang keahlian kita sendiri, karena pasti akan terlihat biasa-biasa saja. 


Kita harus menyadari bahwa masing-masing orang memiliki keahliannya masing-masing. Oleh karena itu, apapun capaian prestasi yang diraih seseorang hendaknya kita berikan apresiasi karena ia telah berusaha keras untuk mencapainya. Janganlah kita merendahkan atau meremehkan capaian prestasi orang lain hanya karena kita merasa lebih hebat dan pasti lebih baik dari dia. 


Seseorang yang telah mencapai sebuah prestasi berarti dia telah berjuang keras untuk mewujudkan prestasi tersebut. Orang tersebut tidak mungkin tidak melakukan apa-apa untuk mencapai prestasinya. Prestasi hanyalah simbol dari perjuangan. Maka yang harus kita hargai dan berikan apresiasi adalah semangat perjuangan dia hingga sampai puncak prestasinya.


Mengapresiasi capaian prestasi seseorang pada hakikatnya adalah menghargai hasil perjuangan dia mewujudkan prestasi. Orang yang hebat adalah orang yang mampu menghargai dan mengakui kehebatan orang lain. Orang yang berprestasi pasti mampu mengapresiasi capaian prestasi orang lain. 

 

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kita harus mampu menghargai capaian prestasi orang lain karena setiap orang adalah ahli di bidangnya masing-masing. Kita harus mencoba belajar menggunakan berbagai cara dan sudut pandang dalam mengukur dan menilai capaian prestasi orang lain. Setiap orang berhak punya prestasi sesuai bidang keahlian dan kemampuan maksimalnya. []


Gumpang Baru, 28 Desember 2023

Kamis, 28 Desember 2023

DINAMIKA KULIAH PENGGANTI

 

DINAMIKA KULIAH PENGGANTI

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Semester Agustus 2023-Januari 2024 ini saya mulai kembali aktif mengajar setelah menjalani masa tugas belajar. Saya mengajar di enam kelas. Karena studi doktoral saya belum selesai, maka saya membagi waktu antara mengerjakan tugas studi dan mengajar di kampus. 


Karena waktu konsultasi ke dosen atau menyelesaikan urusan terkait studi dengan jadwal mengajar terkadang bersamaan, maka saya terpaksa mengosongkan jadwal kuliah dan mengganti kuliah di lain waktu. Ketika  saya ke Yogyakarta untuk urusan studi, praktis saya menghabiskan waktu seharian sehingga memang tidak memungkinkan saya untuk memberi kuliah. Oleh karena itu, saya harus mengadakan kuliah pengganti di waktu lain.


Mengadakan kuliah pengganti ternyata tidaklah mudah. Ketika akan mengadakan kuliah pengganti secara luring, ternyata tidak ada kecocokan waktu antara waktu longgar saya dengan waktu kosong mahasiswa. Selain itu juga sulitnya mencari ruang yang kosong di jam efektif perkuliahan. 


Karena kuliah luring sulit dilaksanakan, akhirnya terpaksa kuliah harus diselenggarakan secara daring. Ternyata menyelenggarakan kuliah secara daring di jam efektif perkuliahan juga tidak mudah. Ternyata waktu longgar saya (tidak mengajar) dengan waktu kosong mahasiswa (tidak ada jadwal kuliah) tidak ada titik temunya. 


Karena hari Senin sampai Jumat, pagi sampai sore  tidak ada jadwal yang cocok untuk kuliah pengganti, sehingga jalan satu-satunya adalah kuliah pengganti dilaksanakan secara daring di luar jam efektif perkuliahan. Akhirnya disepakati kuliah pengganti diselenggarakan secara daring di malam hari bakda Isyak karena saya pulang dari kampus sore sehingga ada waktu istirahat sebelum memberi kuliah lagi. 


Pernah ada perwakilan mahasiswa yang menanyakan apakah kuliah pengganti bisa dilaksanakan bakda sholat Maghrib? Saya jawab tidak bisa dengan alasan saya pulang dari kampus sudah sore, sampai rumah hampir jam 5an, saya butuh waktu untuk istirahat sebelum memberi kuliah lagi. Saya memang merasakan badan capek sekali setelah memberi kuliah 3 SKS, terlebih jika mengajar dari pagi sampai sore maka rasa capek lebih terasa. Oleh karena itu, jadwal kuliah pengganti saya laksanakan setelah sholat Isyak agar saya punya waktu untuk istirahat beberapa saat. 


Melaksanakan kuliah secara daring terkadang ada saja kendalanya, misalnya kesiapan mahasiswa mengikuti perkuliahan. Saat perkuliahan daring, saya meminta mahasiswa untuk menghidupkan kamera (on camera) untuk memastikan bahwa semua mahasiswa yang hadir benar-benar siap mengikuti perkuliahan. Saya tidak mau capek-capek memberi kuliah di malam hari sementara ada sebagian mahasiswa yang hadir hanya nama saja sedangkan yang bersangkutan melakukan aktivitas lain yang tidak saya ketahui karena mereka mematikan kamera. Oleh karena itu saya tidak mau memulai perkuliahan sebelum semua mahasiswa menghidupkan kamera.


Ternyata untuk meminta mahasiswa menghidupkan kamera tidaklah mudah. Terkadang perlu menunggu beberapa menit hingga puluhan menit sampai semua mahasiswa menghidupkan kamera. Hal itu menunjukkan bahwa mahasiswa belum semuanya siap mengikuti perkuliahan. Mereka ada yang hanya bergabung di zoom kemudian melakukan aktivitas lain. 


Pernah kejadian, saya harus menunggu sampai dua puluh menit untuk meminta mahasiswa semua menghidupkan kamera. Karena sudah beberapa kali saya meminta menghidupkan kamera tetapi tetap saja masih ada mahasiswa yang tidak menghidupkan kamera, maka saya pernah mengancam jika lima menit lagi masih ada yang belum menghidupkan kamera, maka zoom akan saya matikan dan tidak jadi memberi kuliah. Setelah saya ancam seperti itu, barulah semua mahasiswa mau menghidupkan kamera. 


Kejadian lain, pernah setelah satu jam-an saya berbicara menjelaskan materi kuliah, saya bertanya kepada mahasiswa apakah ada yang ditanyakan terkait materi yang baru saja saya jelaskan. Tidak ada satupun mahasiswa yang merespon pertanyaan saya. Saya mengulangi bertanya beberapa kali, tetap saja suasana ruang zoom meeting hening, tidak ada satupun mahasiswa yang mencoba merespon pertanyaan saya. Saya mencoba diam tidak melanjutkan kuliah beberapa saat. Ternyata mahasiswa tetap enjoy seperti tidak terjadi apa-apa. 


Setelah beberapa saat tetap seperti itu, akhirnya saya jadi berpikiran negatif bahwa mereka tidak memperhatikan kuliah. Jika mereka memperhatikan kuliah pastinya mereka akan bertanya mengapa saya diam tidak melanjutkan perkuliahan. Tetapi yang terjadi tidak begitu, mahasiswa tetap diam tidak memberikan respon apapun. Karena tidak ada satupun mahasiswa yang merespon, akhirnya perkuliahan saya akhiri dan zoom meeting saya matikan.


Saya agak kecewa dengan sikap mahasiswa tersebut. Saya sudah semangat menjelaskan materi kuliah dan mengulang-ulang penjelasan dengan suara keras dengan maksud agar mahasiswa dapat menangkap dan memahami penjelasan saya, ternyata mereka tidak ada itikat baik untuk memberikan respon positif atas pertanyaan saya. Saya pikir, buat apa saya capek-capek memberi kuliah kepada orang-orang yang tidak  punya niat belajar. Bahkan sekadar menjawab "sementara ini belum ada pertanyaan pak" saja untuk menjaga terjadinya interaksi dua arah, mereka malas melakukannya. 


Saya jadi berpikiran apakah mereka para mahasiswa belum dewasa? Orang yang sudah dewasa seharusnya akan mampu bersikap layaknya orang dewasa, yaitu mengetahui kapan mereka harus fokus belajar dan kapan mereka bersantai. Ketika mereka sudah memutuskan untuk kuliah di prodi pendidikan kimia, seharusnya mereka sudah meniatkan diri akan mengikuti semua proses pembelajaran di prodi pendidikan kimia dengan serius dan sebaik-baiknya. Inilah yang menjadi kebimbangan saya, apakah mereka para mahasiswa sebenarnya masih seorang siswa, belum layak menyandang predikat "maha"? Jika mereka memang sudah seorang mahasiswa, mengapa sikap dan perilakunya masih seperti seorang siswa? 


Demikianlah dinamika perkuliahan pengganti yang saya laksanakan secara daring. Kuliah secara daring memang bisa menjadi solusi alternatif pengganti kuliah manakala kuliah secara luring sulit dilaksanakan. Tetapi kuliah secara daring juga menyisakan persoalan lain terkait manajemen proses pembelajaran, yakni sulit memastikan mahasiswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pola interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa selama perkuliahan terkadang sulit terjadi. Selain itu persoalan lain terkait teknis seperti masalah gangguan sinyal ataupun putusnya aliran listrik juga bisa mengganggu kelancaran jalannya proses pembelajaran. []



Gumpang Baru, 28 Desember 2023

HOBI DAN KEBAHAGIAAN

 


HOBI DAN KEBAHAGIAAN

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Setiap orang yang menikah pasti menginginkan kehidupan yang bahagia. Salah satu indikator kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan hidup. Baik kebutuhan primer, sekunder, dan bahkan mungkin tersier.

Memenuhi kebutuhan primer merupakan kewajiban bagi seorang suami kepada istrinya. Tetapi untuk kebutuhan sekunder dan terkhusus kebutuhan tersier merupakan pilihan bagi seorang suami. Jika ia ingin istrinya lebih bahagia, pasti ia akan berusaha memenuhi kebutuhan tersier istrinya. Tetapi jika ia menginginkan istrinya biasa-biasa saja, maka pasti ia tidak ada keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersier istrinya.

Standar kualitas kebahagiaan dalam keluarga memang berbeda-beda. Karena yang menetapkan standar kebahagiaan adalah anggota keluarga tersebut. Maka sebaiknya pasangan suami istri harus saling memahami standar kebahagiaan pasangannya. Jangan sampai mengukur standar kebahagiaan pasangannya dengan standar kebahagiaan dirinya sendiri.

Salah satu indikator terwujudnya kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan tersier seperti pemenuhan hobi atau kesukaan. Suami dan istri bisa saja berbeda hobi maupun hal-hal yang disenangi. Hal itu tidaklah menjadi persoalan serius karena sejatinya pernikahan itu adalah menyatukan dua orang yang berbeda, bukan dua orang yang sama.

Saya dan istri memiliki hobi dan kesenangan yang berbeda. Saya menyukai buku. Keinginan yang sulit saya kendalikan adalah ketika tertarik untuk membeli buku. Untuk keinginan lain, seperti misalnya beli baju baru atau sepatu masih bisa saya kontrol, tetapi khusus untuk beli buku yang menarik sangat sulit untuk saya kontrol. Bagi saya, buku yang berkualitas dan menarik walaupun harganya cukup mahal, jika pas ada uang pasti saya beli.

Sementara istri, kesukaannya adalah tas. Maka ia sering beli tas baru walaupun di almari sudah banyak koleksi tasnya. Saya tidak mempermasalahkan hobi istri yang sering beli tas baru tersebut karena itu merupakan kebahagiaannya. Tetapi yang jadi permasalahannya adalah tempat menaruh tasnya yang terbatas. Dulu pernah saya belikan almari khusus untuk menyimpan koleksi tas-tas milik istri. Tetapi seiring waktu, almari tersebut sudah tidak muat lagi untuk menampung semua koleksi tas-tas miliknya.

Sampai sekarang saya masih bingung bagaimana mencarikan tempat khusus untuk menyimpan tas-tas koleksi istri. Bukan tidak mampu membeli almari baru, tapi bingung mau menaruh almarinya dimana karena kamar atau ruangan di rumah terbatas. Semoga suatu saat nanti saya punya rezeki lebih untuk membuatkan ruangan khusus untuk menyimpan barang-barang koleksi istri.

Terkait hobi saya dan istri yang berbeda tersebut, bagi saya bukanlah masalah. Saya tidak memandang istri melakukan pemborosan uang. Istri bisa membeli tas-tas baru berarti ia bisa berhemat dalam mengelola keuangan keluarga, yaitu bisa menyisihkan sebagian uang bulanan dari suaminya untuk menyalurkan hobinya. Toh selama ini saya juga tidak merasa istri sangat irit dalam menyiapkan makanan dan kebutuhan hidup keluarga. Semuanya saya pandang masih wajar. Jadi, kebiasaan istri menyalurkan hobi beli tas barunya masih saya anggap batas wajar. Toh ia memiliki banyak koleksi tas juga untuk kepentingan suaminya. Istri sering gonta-ganti tas juga saat bepergian bersama saya. Istri jarang bepergian sendiri, lebih seringnya pergi bersama suami ataupun suami dan anak-anak.

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat ditarik benang merah bahwa ketika seseorang menikah tidak berarti dunianya akan berubah total. Suami atau istri tetap bisa menjadi dirinya sendiri (maksudnya menekuni hobinya) selama tidak mengganggu kehidupan keluarganya. Dan yang terpenting, pasangannya juga mendukung atau tidak menghalang-halanginya untuk menyalurkan hobi dan kesenangannya tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan oleh pasangan suami istri ketika mau menekuni hobinya adalah penyaluran hobinya tersebut harus dalam rangka untuk kepentingan atau kebahagiaan keluarga. Misalnya, saya menekuni hobi mengkoleksi buku-buku sehingga harus ada anggaran khusus beli buku adalah untuk mendukung profesi dan pekerjaan saya selaku dosen dan penulis. Istri saya menekuni hobi mengkoleksi tas adalah untuk mendukung mewujudkan kebahagiaan dirinya dan juga untuk menjaga kehormatan dan martabat suaminya agar ketika jalan bareng atau menghadiri suatu acara bersama, penampilannya layak dipandang. []


Surakarta, 27 Desember 2023

Postingan Populer