Powered By Blogger

Kamis, 28 Desember 2023

HOBI DAN KEBAHAGIAAN

 


HOBI DAN KEBAHAGIAAN

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Setiap orang yang menikah pasti menginginkan kehidupan yang bahagia. Salah satu indikator kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan hidup. Baik kebutuhan primer, sekunder, dan bahkan mungkin tersier.

Memenuhi kebutuhan primer merupakan kewajiban bagi seorang suami kepada istrinya. Tetapi untuk kebutuhan sekunder dan terkhusus kebutuhan tersier merupakan pilihan bagi seorang suami. Jika ia ingin istrinya lebih bahagia, pasti ia akan berusaha memenuhi kebutuhan tersier istrinya. Tetapi jika ia menginginkan istrinya biasa-biasa saja, maka pasti ia tidak ada keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersier istrinya.

Standar kualitas kebahagiaan dalam keluarga memang berbeda-beda. Karena yang menetapkan standar kebahagiaan adalah anggota keluarga tersebut. Maka sebaiknya pasangan suami istri harus saling memahami standar kebahagiaan pasangannya. Jangan sampai mengukur standar kebahagiaan pasangannya dengan standar kebahagiaan dirinya sendiri.

Salah satu indikator terwujudnya kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan tersier seperti pemenuhan hobi atau kesukaan. Suami dan istri bisa saja berbeda hobi maupun hal-hal yang disenangi. Hal itu tidaklah menjadi persoalan serius karena sejatinya pernikahan itu adalah menyatukan dua orang yang berbeda, bukan dua orang yang sama.

Saya dan istri memiliki hobi dan kesenangan yang berbeda. Saya menyukai buku. Keinginan yang sulit saya kendalikan adalah ketika tertarik untuk membeli buku. Untuk keinginan lain, seperti misalnya beli baju baru atau sepatu masih bisa saya kontrol, tetapi khusus untuk beli buku yang menarik sangat sulit untuk saya kontrol. Bagi saya, buku yang berkualitas dan menarik walaupun harganya cukup mahal, jika pas ada uang pasti saya beli.

Sementara istri, kesukaannya adalah tas. Maka ia sering beli tas baru walaupun di almari sudah banyak koleksi tasnya. Saya tidak mempermasalahkan hobi istri yang sering beli tas baru tersebut karena itu merupakan kebahagiaannya. Tetapi yang jadi permasalahannya adalah tempat menaruh tasnya yang terbatas. Dulu pernah saya belikan almari khusus untuk menyimpan koleksi tas-tas milik istri. Tetapi seiring waktu, almari tersebut sudah tidak muat lagi untuk menampung semua koleksi tas-tas miliknya.

Sampai sekarang saya masih bingung bagaimana mencarikan tempat khusus untuk menyimpan tas-tas koleksi istri. Bukan tidak mampu membeli almari baru, tapi bingung mau menaruh almarinya dimana karena kamar atau ruangan di rumah terbatas. Semoga suatu saat nanti saya punya rezeki lebih untuk membuatkan ruangan khusus untuk menyimpan barang-barang koleksi istri.

Terkait hobi saya dan istri yang berbeda tersebut, bagi saya bukanlah masalah. Saya tidak memandang istri melakukan pemborosan uang. Istri bisa membeli tas-tas baru berarti ia bisa berhemat dalam mengelola keuangan keluarga, yaitu bisa menyisihkan sebagian uang bulanan dari suaminya untuk menyalurkan hobinya. Toh selama ini saya juga tidak merasa istri sangat irit dalam menyiapkan makanan dan kebutuhan hidup keluarga. Semuanya saya pandang masih wajar. Jadi, kebiasaan istri menyalurkan hobi beli tas barunya masih saya anggap batas wajar. Toh ia memiliki banyak koleksi tas juga untuk kepentingan suaminya. Istri sering gonta-ganti tas juga saat bepergian bersama saya. Istri jarang bepergian sendiri, lebih seringnya pergi bersama suami ataupun suami dan anak-anak.

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat ditarik benang merah bahwa ketika seseorang menikah tidak berarti dunianya akan berubah total. Suami atau istri tetap bisa menjadi dirinya sendiri (maksudnya menekuni hobinya) selama tidak mengganggu kehidupan keluarganya. Dan yang terpenting, pasangannya juga mendukung atau tidak menghalang-halanginya untuk menyalurkan hobi dan kesenangannya tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan oleh pasangan suami istri ketika mau menekuni hobinya adalah penyaluran hobinya tersebut harus dalam rangka untuk kepentingan atau kebahagiaan keluarga. Misalnya, saya menekuni hobi mengkoleksi buku-buku sehingga harus ada anggaran khusus beli buku adalah untuk mendukung profesi dan pekerjaan saya selaku dosen dan penulis. Istri saya menekuni hobi mengkoleksi tas adalah untuk mendukung mewujudkan kebahagiaan dirinya dan juga untuk menjaga kehormatan dan martabat suaminya agar ketika jalan bareng atau menghadiri suatu acara bersama, penampilannya layak dipandang. []


Surakarta, 27 Desember 2023

Tidak ada komentar:

Postingan Populer