KEMULIAAN SEORANG IBU DI HADAPAN ALLAH SWT
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Setiap tanggal 22 Desember bangsa
Indonesia memperingati Hari Ibu. Ibu kedudukannya dimuliakan dan dihormati sehingga
sampai diperingati secara khusus dengan ditetapkannya tanggal 2 Desember
sebagai Hari Ibu. Dalam agama Islam pun kedudukan ibu juga dimuliakan, bahkan
melebihi kedudukan ayah. Ibu yang pada dasarnya adalah perempuan memiliki
kedudukan yang sangat tinggi (mulia) dalam pandangan agama (Allah) maupun dalam
pandangan negara (pemerintah). Tetapi ternyata kedudukan yang mulia tersebut
tidak serta merta juga dimiliki oleh perempuan yang bukan ibu. Mengapa kedudukan
perempuan yang menjadi ibu dan perempuan yang bukan ibu dibedakan? Faktor
istimewa apa yang membuat perempuan ibu memperoleh kedudukan yang mulia?
Seorang ibu memang juga seorang
perempuan. Tetapi seorang perempuan belum tentu seorang ibu. Berarti ada faktor
yang membedakan antara perempuan dan ibu. Faktor apakah itu? Menurut pandangan
penulis, kedudukan mulia seorang ibu bukan disebabkan oleh karena ia seorang
perempuan, melainkan karena peranannya. Hal itu dikarenakan tidak semua
perempuan mendapatkan keistimewaan seperti yang diperoleh oleh seorang ibu. Hanya
perempuan yang menjadi ibu saja yang memperoleh kedudukan mulia tersebut. Seorang
perempuan ketika menjadi ibu (yang artinya telah melahirkan anak dan memeliharanya)
ia akan mendapatkan posisi yang mulia di hadapan Allah SWT. Kedudukan atau
status mulia tersebut tidak didapatkan oleh perempuan lain yang belum menjadi
ibu. Tetapi apakah semua perempuan yang telah melahirkan anak (yang kemudian
mendapat status sebagai ibu) otomatis akan mendapatkan kemuliaan tersebut?
Menurut pendapat penulis, tidak semua
perempuan yang melahirkan anak akan otomatis mendapat kemuliaan di hadapan
Allah Swt. Hanya perempuan yang melahirkan anak dan merawat serta mendidiknya
menjadi seorang anak yang baik, berakhlak mulia, dan taat beribadah pada
Tuhannya yang akan mendapatkan kemuliaan. Sedangkan perempuan yang telah
melahirkan anak tetapi ia tidak merawat dengan baik atau bahkan menelantarkan
anaknya tidak akan mendapatkan status mulia di hadapan Allah Swt. Status mulia
di hadapan Allah Swt didapatkan perempuan bukan hanya Karena ia melahirkan
anak, tetapi lebih karena perjuangannya untuk merawat dan membesarkan anaknya
dengan penuh curahan kasih sayang sebagai wujud perpanjangan kasih sayang dari
Tuhannya karena anak adalah amanah yang tiada ternilai dari sang Maha
Penyayang.
Beratnya tugas kodrati seorang perempuan
yang mengandung tidaklah dipandang sebelah mata oleh Allah SWT. Pengorbanan
perempuan saat mengandung tetap dihargai oleh Allah SWT dan akan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlipat. Sebagai bukti betapa Allah SWT sangat
menghargai pengorbanan perempuan yang mengandung adalah adanya hadis yang
menyatakan bahwa surga anak di bawah telapak kaki ibu. “Surga di bawah telapak
kaki ibu. Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa memasukkannya
(ke surga); siapa yang dikehendaki (tidak diridhai), mereka bisa mengeluarkannya
(dari surga)” (HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Al-Tirmidzi, Al-Nasai, dan
Al-Hakim). Menurut
sebagian ulama, maksud dari “surga di bawah telapak kaki ibu” adalah sebagai
kiasan karena kita sebagai anak wajib menaati dan berbakti kepada ibu [2,3].
Cara berbakti kepada ibu adalah dengan menghormati, menghargai, dan
mendahulukan kepentingannya. Surga di bawah telapak kaki ibu adalah sebagai
bentuk kepatuhan dan bakti kepadanya[1]. Menurut ulama lain, maksud hadits ini
adalah bahwa patuh dan ridhanya seorang anak kepada ibunya menjadi penyebab
masuknya ia ke dalam surga. Sebaliknya, jika seorang anak tidak berbakti kepada
ibunya, ia bisa terancam keluar dari surga[2].
Juga hadis yang menyatakan bahwa jika
ada seorang perempuan yang mengandung dan melahirkan, dan kemudian ia meninggal
saat proses melahirkan tersebut, maka ia akan mendapatkan pahala kebaikan
seperti halnya seseorang yang mati syahid. Nabi SAW bersabda, “Kesyahidan itu ada tujuh, selain gugur dalam
perang, orang yang mati karena keracunan, tenggelam da lam air, terserang
virus, terkena lepra, terbakar api, tertimbun bangunan dan perempuan yang
meninggal karena melahirkan." (HR Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Hibban). Jadi
perempuan yang meninggal karena melahirkan, maka ia mendapatkan kedudukan mulia
seperti seorang yang mati syahid. Di dalam syarah yang ditulis Ibn Hajar al-Asqalani,
dijelaskan bahwa ada dua macam kesyahidan yakni syahid dunia akhirat dan syahid
akhirat. Terbunuh dalam perang masuk dalam syahid pertama. Sementara itu,
perempuan yang syahid seusai melahirkan merupakan syahid akhirat. Karena itu,
jenazah sang ibu diperlakukan seperti umumnya orang me ning gal. Dia mesti
dimandikan, dikafani, dan dishalati [4]. Lantas, bagaimana dengan para perempuan
yang melahirkan dengan selamat? Tentunya mereka juga pasti akan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlimpah dari Allah SWT. Tidak ada pengorbanan baik yang
sia-sia, semuanya akan mendapatkan balasan kebaikan berlipat ganda dari Allah
SWT.
Kebaikan yang diperoleh perempuan yang
melahirkan dengan selamat adalah salah satunya berupa rasa bahagia yang tiada
tara ketika melihat anak yang dikandungnya selama sembilan bulan lebih di dalam
perutnya. Kebahagian yang dirasakan oleh perempuan yang melahirkan anak tidak
akan pernah bisa dirasakan oleh laki-laki. Kebahagiaan jenis inilah yang
membuat mengapa perempuan yang melahirkan bahkan rela mengorbankan nyawanya
sendiri demi menyelamatkan anaknya yang akan lahir. Para perempuan yang
melahirkan anak, mereka tidak takut mati saat proses melahirkan bagaikan
seorang mujahid yang siap mati syahid di medan perang demi dapat melahirkan
anaknya dengan selamat. Bagi mereka, anaknya dapat terlahir dengan selamat
merupakan kebahagiaan yang tiada tara yang tidak dapat tergantikan oleh apapun.
Perempuan selalu diidentikan dengan
kelembutan, cinta, dan kasih sayang. Bayi yang baru dilahirkan akan sangat
membutuhkan sentuhan lembut, hangat, limpahan cinta dan kasih sayang. Kasih
sayang yang diberikan oleh seorang ibu dapat diibaratkan seperti kelanjutan
dari cinta dan kasih sayang Allah Swt kepada hamba-Nya. Allah Swt sangat
mencintai dan menyayangi hamba-hamba-Nya yang juga sangat mencintai dan
menyayangi sesama manusia. Jadi fondasi dasar kehidupan adalah rasa cinta dan
kasih sayang. Tanpa ada rasa cinta dan kasih sayang, maka keberlanjutan
kehidupan ini akan terganggu. Oleh karena itu, setiap orang yang menyebarkan
rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dan makhluk lainnya akan
dicintai dan disayangi oleh Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Dalam kehidupan ini, apa yang akan
diharapkan oleh setiap insan yang terlahir ke dunia selain rasa aman, tenteram,
damai, dan sejahtera? Semua rasa tersebut akan terwujud manakala seseorang
berada dalam lingkungan kehidupan orang-orang yang memiliki rasa cinta dan
kasih sayang. Orang yang di hatinya tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang
mustahil akan mampu mencintai dan menyayangi orang lain dengan sepenuh hati. Seseorang
dapat mencintai (= memberikan cinta) orang lain hanya jika ia memiliki rasa
cinta dalam hatinya. Seseorang akan dapat mengasihi dan menyayangi (=
memberikan kasih dan sayangnya) orang lain hanya jika ia memiliki rasa kasih
dan sayang dalam hatinya.
Berkaitan dengan sosok seorang ibu, maka
hal yang serupa juga berlaku. Seorang perempuan yang melahirkan anak, jika ia
tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang kepada anaknya, maka mana mungkin ia
akan mencintai dan menyayangi anaknya? Jika ia tidak mencintai dan menyayangi
anaknya, maka mustahil ia akan merawat anaknya dengan baik dan mendidik anak
dengan sistem pendidikan yang baik dan sesuai jalan yang diridhai Allah Swt. Hanya
perempuan yang memiliki rasa cinta dan kasih sayang saja yang akan mampu
memberikan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada anaknya melalui proses
perawatan dan pendidikan yang baik dan dalam balutan rasa cinta dan kasih
sayang.
Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak semua perempuan akan mendapatkan status yang
mulia di hadapan Allah Swt. Status mulia hanya akan didapatkan oleh para perempuan
yang menjadi ibu. Seorang ibu bukan hanya sekadar perempuan yang melahirkan
anak, tetapi perempuan yang melahirkan anak dan merawatnya dengan limpahan rasa
cinta dan kasih sayang serta mendidiknya dengan sistem pendidikan terbaik agar
kelak anaknya dapat menjadi sosok manusia yang baik, berakhlak mulia, bermanfaat
bagi sesama, dan taat beribadah kepada Tuhannya.
Dalam proses merawat dan mendidik
anak-anaknya, para ibu perlu menyediakan lingkungan pendidikan yang baik dan
kondusif untuk anak-anaknya. Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi
anak-anaknya. Maka seorang ibu harus mampu memberikan pendidikan pertama bagi anak-anaknya
melalui pemberian limpahan rasa cinta dan kasih sayang, menyadarkan anak akan
kemampuan dan bakat minatnya, memberikan keteladanan dalam bersikap,
berperilaku, dan bertutur kata yang baik, serta menanamkan keimanan di hati
anak-anaknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi
yang tangguh, kompeten, dan berakhlak mulia. []
Surakarta, 11 Desember 2023
Referensi
[1] Hadist Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu, Ini Penjelasan
Maknanya. https://kumparan.com/berita-hari-ini/hadist-surga-di-bawah-telapak-kaki-ibu-ini-penjelasan-maknanya-1wZU7KrXtha.
[2] Surga Ada di Telapak Kaki Ibu,
Ini Maknanya dalam Islam. https://www.liputan6.com/hot/read/5231791/surga-ada-di-telapak-kaki-ibu-ini-maknanya-dalam-islam.
[3] Surga di bawah
Telapak Kaki Ibu, Benarkah Ada Haditsnya? – detikcom. https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6343737/surga-di-bawah-telapak-kaki-ibu-benarkah-ada-haditsnya.
[4] Syahidnya Ibu yang
Melahirkan. https://www.republika.id/posts/41367/syahidnya-ibu-yang-melahirkan.
__________________________________________
*Agung
Nugroho Catur Saputro adalah Dosen
di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara
1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI.
Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul
buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat
dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar