Powered By Blogger

Kamis, 21 Desember 2023

KEMULIAAN SEORANG IBU DI HADAPAN ALLAH SWT

 


KEMULIAAN SEORANG IBU DI HADAPAN ALLAH SWT

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Setiap tanggal 22 Desember bangsa Indonesia memperingati Hari Ibu. Ibu kedudukannya dimuliakan dan dihormati sehingga sampai diperingati secara khusus dengan ditetapkannya tanggal 2 Desember sebagai Hari Ibu. Dalam agama Islam pun kedudukan ibu juga dimuliakan, bahkan melebihi kedudukan ayah. Ibu yang pada dasarnya adalah perempuan memiliki kedudukan yang sangat tinggi (mulia) dalam pandangan agama (Allah) maupun dalam pandangan negara (pemerintah). Tetapi ternyata kedudukan yang mulia tersebut tidak serta merta juga dimiliki oleh perempuan yang bukan ibu. Mengapa kedudukan perempuan yang menjadi ibu dan perempuan yang bukan ibu dibedakan? Faktor istimewa apa yang membuat perempuan ibu memperoleh kedudukan yang mulia?

 

Seorang ibu memang juga seorang perempuan. Tetapi seorang perempuan belum tentu seorang ibu. Berarti ada faktor yang membedakan antara perempuan dan ibu. Faktor apakah itu? Menurut pandangan penulis, kedudukan mulia seorang ibu bukan disebabkan oleh karena ia seorang perempuan, melainkan karena peranannya. Hal itu dikarenakan tidak semua perempuan mendapatkan keistimewaan seperti yang diperoleh oleh seorang ibu. Hanya perempuan yang menjadi ibu saja yang memperoleh kedudukan mulia tersebut. Seorang perempuan ketika menjadi ibu (yang artinya telah melahirkan anak dan memeliharanya) ia akan mendapatkan posisi yang mulia di hadapan Allah SWT. Kedudukan atau status mulia tersebut tidak didapatkan oleh perempuan lain yang belum menjadi ibu. Tetapi apakah semua perempuan yang telah melahirkan anak (yang kemudian mendapat status sebagai ibu) otomatis akan mendapatkan kemuliaan tersebut?

 

Menurut pendapat penulis, tidak semua perempuan yang melahirkan anak akan otomatis mendapat kemuliaan di hadapan Allah Swt. Hanya perempuan yang melahirkan anak dan merawat serta mendidiknya menjadi seorang anak yang baik, berakhlak mulia, dan taat beribadah pada Tuhannya yang akan mendapatkan kemuliaan. Sedangkan perempuan yang telah melahirkan anak tetapi ia tidak merawat dengan baik atau bahkan menelantarkan anaknya tidak akan mendapatkan status mulia di hadapan Allah Swt. Status mulia di hadapan Allah Swt didapatkan perempuan bukan hanya Karena ia melahirkan anak, tetapi lebih karena perjuangannya untuk merawat dan membesarkan anaknya dengan penuh curahan kasih sayang sebagai wujud perpanjangan kasih sayang dari Tuhannya karena anak adalah amanah yang tiada ternilai dari sang Maha Penyayang.

 

Beratnya tugas kodrati seorang perempuan yang mengandung tidaklah dipandang sebelah mata oleh Allah SWT. Pengorbanan perempuan saat mengandung tetap dihargai oleh Allah SWT dan akan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat. Sebagai bukti betapa Allah SWT sangat menghargai pengorbanan perempuan yang mengandung adalah adanya hadis yang menyatakan bahwa surga anak di bawah telapak kaki ibu. “Surga di bawah telapak kaki ibu. Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa memasukkannya (ke surga); siapa yang dikehendaki (tidak diridhai), mereka bisa mengeluarkannya (dari surga)” (HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Al-Tirmidzi, Al-Nasai, dan Al-Hakim). Menurut sebagian ulama, maksud dari “surga di bawah telapak kaki ibu” adalah sebagai kiasan karena kita sebagai anak wajib menaati dan berbakti kepada ibu [2,3]. Cara berbakti kepada ibu adalah dengan menghormati, menghargai, dan mendahulukan kepentingannya. Surga di bawah telapak kaki ibu adalah sebagai bentuk kepatuhan dan bakti kepadanya[1]. Menurut ulama lain, maksud hadits ini adalah bahwa patuh dan ridhanya seorang anak kepada ibunya menjadi penyebab masuknya ia ke dalam surga. Sebaliknya, jika seorang anak tidak berbakti kepada ibunya, ia bisa terancam keluar dari surga[2].

 

Juga hadis yang menyatakan bahwa jika ada seorang perempuan yang mengandung dan melahirkan, dan kemudian ia meninggal saat proses melahirkan tersebut, maka ia akan mendapatkan pahala kebaikan seperti halnya seseorang yang mati syahid. Nabi SAW bersabda, “Kesyahidan itu ada tujuh, selain gugur dalam perang, orang yang mati karena keracunan, tenggelam da lam air, terserang virus, terkena lepra, terbakar api, tertimbun bangunan dan perempuan yang meninggal karena melahirkan." (HR Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Hibban). Jadi perempuan yang meninggal karena melahirkan, maka ia mendapatkan kedudukan mulia seperti  seorang yang mati syahid. Di dalam syarah yang ditulis Ibn Hajar al-Asqalani, dijelaskan bahwa ada dua macam kesyahidan yakni syahid dunia akhirat dan syahid akhirat. Terbunuh dalam perang masuk dalam syahid pertama. Sementara itu, perempuan yang syahid seusai melahirkan merupakan syahid akhirat. Karena itu, jenazah sang ibu diperlakukan seperti umumnya orang me ning gal. Dia mesti dimandikan, dikafani, dan dishalati [4]. Lantas, bagaimana dengan para perempuan yang melahirkan dengan selamat? Tentunya mereka juga pasti akan mendapatkan balasan kebaikan yang berlimpah dari Allah SWT. Tidak ada pengorbanan baik yang sia-sia, semuanya akan mendapatkan balasan kebaikan berlipat ganda dari Allah SWT.

 

Kebaikan yang diperoleh perempuan yang melahirkan dengan selamat adalah salah satunya berupa rasa bahagia yang tiada tara ketika melihat anak yang dikandungnya selama sembilan bulan lebih di dalam perutnya. Kebahagian yang dirasakan oleh perempuan yang melahirkan anak tidak akan pernah bisa dirasakan oleh laki-laki. Kebahagiaan jenis inilah yang membuat mengapa perempuan yang melahirkan bahkan rela mengorbankan nyawanya sendiri demi menyelamatkan anaknya yang akan lahir. Para perempuan yang melahirkan anak, mereka tidak takut mati saat proses melahirkan bagaikan seorang mujahid yang siap mati syahid di medan perang demi dapat melahirkan anaknya dengan selamat. Bagi mereka, anaknya dapat terlahir dengan selamat merupakan kebahagiaan yang tiada tara yang tidak dapat tergantikan oleh apapun.

 

Perempuan selalu diidentikan dengan kelembutan, cinta, dan kasih sayang. Bayi yang baru dilahirkan akan sangat membutuhkan sentuhan lembut, hangat, limpahan cinta dan kasih sayang. Kasih sayang yang diberikan oleh seorang ibu dapat diibaratkan seperti kelanjutan dari cinta dan kasih sayang Allah Swt kepada hamba-Nya. Allah Swt sangat mencintai dan menyayangi hamba-hamba-Nya yang juga sangat mencintai dan menyayangi sesama manusia. Jadi fondasi dasar kehidupan adalah rasa cinta dan kasih sayang. Tanpa ada rasa cinta dan kasih sayang, maka keberlanjutan kehidupan ini akan terganggu. Oleh karena itu, setiap orang yang menyebarkan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dan makhluk lainnya akan dicintai dan disayangi oleh Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang.

 

Dalam kehidupan ini, apa yang akan diharapkan oleh setiap insan yang terlahir ke dunia selain rasa aman, tenteram, damai, dan sejahtera? Semua rasa tersebut akan terwujud manakala seseorang berada dalam lingkungan kehidupan orang-orang yang memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Orang yang di hatinya tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang mustahil akan mampu mencintai dan menyayangi orang lain dengan sepenuh hati. Seseorang dapat mencintai (= memberikan cinta) orang lain hanya jika ia memiliki rasa cinta dalam hatinya. Seseorang akan dapat mengasihi dan menyayangi (= memberikan kasih dan sayangnya) orang lain hanya jika ia memiliki rasa kasih dan sayang dalam hatinya.

 

Berkaitan dengan sosok seorang ibu, maka hal yang serupa juga berlaku. Seorang perempuan yang melahirkan anak, jika ia tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang kepada anaknya, maka mana mungkin ia akan mencintai dan menyayangi anaknya? Jika ia tidak mencintai dan menyayangi anaknya, maka mustahil ia akan merawat anaknya dengan baik dan mendidik anak dengan sistem pendidikan yang baik dan sesuai jalan yang diridhai Allah Swt. Hanya perempuan yang memiliki rasa cinta dan kasih sayang saja yang akan mampu memberikan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada anaknya melalui proses perawatan dan pendidikan yang baik dan dalam balutan rasa cinta dan kasih sayang.

 

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua perempuan akan mendapatkan status yang mulia di hadapan Allah Swt. Status mulia hanya akan didapatkan oleh para perempuan yang menjadi ibu. Seorang ibu bukan hanya sekadar perempuan yang melahirkan anak, tetapi perempuan yang melahirkan anak dan merawatnya dengan limpahan rasa cinta dan kasih sayang serta mendidiknya dengan sistem pendidikan terbaik agar kelak anaknya dapat menjadi sosok manusia yang baik, berakhlak mulia, bermanfaat bagi sesama, dan taat beribadah kepada Tuhannya.

 

Dalam proses merawat dan mendidik anak-anaknya, para ibu perlu menyediakan lingkungan pendidikan yang baik dan kondusif untuk anak-anaknya. Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anaknya. Maka seorang ibu harus mampu memberikan pendidikan pertama bagi anak-anaknya melalui pemberian limpahan rasa cinta dan kasih sayang, menyadarkan anak akan kemampuan dan bakat minatnya, memberikan keteladanan dalam bersikap, berperilaku, dan bertutur kata yang baik, serta menanamkan keimanan di hati anak-anaknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, kompeten, dan berakhlak mulia. []

 

Surakarta, 11 Desember 2023

 

Referensi

[1] Hadist Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu, Ini Penjelasan Maknanya. https://kumparan.com/berita-hari-ini/hadist-surga-di-bawah-telapak-kaki-ibu-ini-penjelasan-maknanya-1wZU7KrXtha.

[2] Surga Ada di Telapak Kaki Ibu, Ini Maknanya dalam Islam. https://www.liputan6.com/hot/read/5231791/surga-ada-di-telapak-kaki-ibu-ini-maknanya-dalam-islam.

[3] Surga di bawah Telapak Kaki Ibu, Benarkah Ada Haditsnya? – detikcom. https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6343737/surga-di-bawah-telapak-kaki-ibu-benarkah-ada-haditsnya.

[4] Syahidnya Ibu yang Melahirkan. https://www.republika.id/posts/41367/syahidnya-ibu-yang-melahirkan.

 

__________________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro adalah Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer