Minggu, 10 Desember 2023
HASIL TES PSIKOLOGI ANAK
IMITASI DAN KETELADANAN
IMITASI DAN KETELADANAN
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Manusia adalah makhluk pembelajar. Manusia secara fitrah akan mempelajari hal-hal baru untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Melalui bekal potensi diri yang dimiliki, setiap orang akan berusaha mengembangkan kemampuan dirinya lewat kegiatan belajar.
Setiap anak memiliki caranya tersendiri untuk belajar. Umumnya anak kecil belajar dengan meniru (imitasi) apa yang dilihatnya. Anak kecil akan mempraktikkan apa yang dilihatnya dari orang-orang di sekitarnya. Apapun yang ia lihat akan diamati dan ditiru.
Anak kecil belajar dengan mengimitasi (meniru) apa yang dilihatnya. Cara belajar anak kecil tersebut dapat dimanfaatkan untuk strategi bagaimana mengajarkan kebiasaan baik ke anak. Strategi terbaik untuk mengajarkan sikap, perilaku dan kebiasaan yang baik kepada anak kecil adalah melalui keteladanan.
Pendidikan karakter yang baik perlu diajarkan ke anak sejak dini melalui pemberian contoh tauladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifat anak kecil yang mudah meniru apa saja yang dilihatnya, maka menyengaja menciptakan lingkungan kebiasaan yang baik kepada anak kecil merupakan cara terbaik untuk mengajarkan kebiasaan baik.
Menyadari cara belajar anak kecil melalui proses mengimitasi seperti itu, maka saya dan istri mendesain program pendidikan karakter di lingkungan keluarga kami dengan cara menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar anak-anak menirunya. Kami memilih untuk tidak banyak menceramahi anak-anak terkait kebiasaan-kebiasaan yang baik tetapi memilih melalui pemberian contoh nyata yang dapat mereka lihat secara langsung.
Mengajarkan pendidikan karakter yang baik kepada anak harus memadukan antara penjelasan dan praktik. Konten pendidikan karakter dapat disajikan dalam wujud penjelasan teori dan contoh nyata pelaksanaan sehari-hari. Untuk mengajari anak kecil, strategi yang paling tepat dan pertama dilakukan adalah memberikan contoh tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Anak diajak dan dilatih untuk ikut melakukan kebiasaan baik yang akan diajarkan, melalui ajakan terlibat langsung dalam aktivitas belajar, walaupun ia belum tahu manfaatnya.
Sebagai contoh, ketika orang tua ingin mengajarkan anaknya bisa dan mau mengerjakan shalat, maka tidak perlu dijelaskan pentingnya shalat karena anak kecil belum paham. Tetapi cukup orang tua mengajak anaknya yang masih kecil tersebut untuk ikut shalat setiap hari. Tidak perlu mengajari anak bagaimana gerakan shalat dulu, yang penting anak mau ikut shalat dan menirukan gerakan sholat walaupun ia shalat sambil bermain.
Tujuan utama mengajak anak ikut shalat adalah agar anak terbiasa mengerjakan shalat seperti yang dilakukan keluarganya yang setiap hari dilihat. Jika anak sudah terbiasa mengerjakan shalat setiap hari bagaikan aktivitas rutin yang dilakukan otomatis dan tanpa beban, maka tujuan pendidikan karakter sudah hampir tercapai. Nanti ketika usia anak sudah cukup untuk diberi penjelasan tentang kewajiban dan manfaat shalat, maka anak tidak akan mengalami hambatan dalam aktivitas ibadahnya kelak karena sekarang sudah mengetahui tujuan shalat dan juga sudah terbiasa shalat.
Demikianlah yang kami lakukan untuk anak-anak kami. Sejak anak-anak masih kecil, mereka kami libatkan dalam aktivitas ibadah setiap hari seperti shalat, berdoa, berdzikir, dan membaca Al-Qur'an. Alhamdulillah sekarang kami melihat hasil yang dulu kami lakukan. Dulu mereka memang hanya mengimitasi apa yang kami (orang tuanya) lakukan yang setiap hari mereka melihatnya. Alhamdulillah sekarang mereka- khususnya putri kecil kami yang baru berumur 6 tahun- sudah terbiasa rutin mengerjakan shalat fardhu, shalat sunnah rawatib, berdzikir, berdoa, dan membaca Al-Qur'an setiap hari. []
Gumpang Baru, 10 Desember 2023
Senin, 30 Oktober 2023
SILATURAHMI DAN WAKTU KEBERSAMAAN KELUARGA
SILATURAHMI DAN WAKTU KEBERSAMAAN KELUARGA
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Sabtu, 14 Oktober 2023
PUTRI KECIL KAMI YANG SHALIHAH
PUTRI KECIL KAMI YANG SHALIHAH
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Sabtu, 07 Oktober 2023
TES SELEKSI MASUK SD
TES SELEKSI MASUK SD
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Putri kecil kami saat ini usianya hampir 6 tahun. Tahun depan sudah waktunya masuk SD. Minggu kemarin dia mengikuti tes seleksi penerimaan siswa baru di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura. Kami sempat khawatir apakah si kecil akan bisa mengikuti rangkaian acara tes dengan baik. Walaupun saat ini dia sudah bisa calistung, kami tetap mempersiapkan dia agar nanti bisa menjalani tes dengan lancar. Karena kelebihan si kecil adalah dia sudah bisa diajak untuk diskusi dan mampu memahami maksudnya, maka beberapa hari sebelumnya maminya melatih tanya jawab terkait identitas dirinya dan keluarganya.
Saat mendengar penjelasan dari panitia tentang materi tes, kami sedikit agak tenang karena ternyata materi tesnya bukan kemampuan calistung, terapi lebih terkait dengan kematangan diri dan kesiapan anak. Tes dilakukan oleh praktisi Psikologi, bukan guru sekolah. Sekolah bekerja sama dengan lembaga psikologi dalam penyelenggaraan tes seleksi penerimaan siswa baru.
Ketika selesai tes, kami bertanya ke si kecil apakah bisa mengerjakan tes? Dia jawab bisa. Alhamdulillah, kami senang mendengarnya. Kami memang memiliki keyakinan si kecil akan lolos tes seleksi karena dia memiliki kemandirian yang cukup, pemahaman yang cukup, dan bisa diajak komunikasi. Berbeda dengan kakaknya dulu tidak lolos tes karena saat tes menangis. Semoga harapan kami si kecil lolos tes seleksi dan diterima sebagai siswa baru di sekolah tersebut terkabul. Amin.
Dan alhamdulillah saat pengambilan pengumuman hasil seleksi, sesuai dugaan dan harapan kami, akhirnya putri kecil kami lolos seleksi penjaringan siswa baru dan dinyatakan diterima sebagai siswa baru di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura. Selamat dek Icha. Kamu telah mempersembahkan kemampuan terbaikmu. InsyaAllah tahun depan masuk SD ya...😍
Jumat, 29 September 2023
PENDIDIKAN KELUARGA
PENDIDIKAN KELUARGA
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Setiap anak yang terlahir ke dunia ini telah dibekali kemampuan yang berupa potensi diri. Potensi diri adalah kemampuan yang masih bersifat laten, yaitu kemampuan yang masih tersembunyi dalam diri. Potensi diri akan muncul menjadi kemampuan diri ketika seseorang menemukan atau berada di dalam lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung proses tumbuh berkembangnya potensi dirinya.
Keluarga mempunyai peran besar dalam proses perkembangan potensi diri anak. Lingkungan keluarga yang kondusif dan mendukung berkembangnya potensi diri anak akan membuat anak secara alami mengeksplorasi dan menemukan bakat minatnya. Keluarga perlu memfasilitasi anak menjalani fitrah perjalanan hidupnya untuk menemukan jati dirinya sendiri. Jangan sampai ambisi dan arogansi orang tua justru akan mengubur dan mematikan potensi diri anak. Anak perlu suasana dan lingkungan belajar yang aman, kondusif, dan mendukung proses belajarnya.
Sebagai pasangan orang tua yang masih kategori muda, kami berusaha mengapresiasi dan mendorong anak untuk menekuni bidang keahlian yang diminati. Kami berusaha untuk tidak mendiktekan keinginan pribadi kami pada anak-anak. Kami ingin anak-anak tumbuh berkembang dengan capaian prestasi mereka sendiri. Kami ingin anak-anak mampu mengeksplorasi bakat minat mereka dan mengembangkannya semaksimal mungkin. Oleh karena itu, di lingkungan keluarga kami berusaha menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan bakat minat anak.
Sebagai contoh, anak pertama kami memiliki bakat minat dalam bidang editing video, maka kami selalu mendorong dia untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam mengedit video. Kami selalu memotivasi dia untuk tampil menunjukkan kemampuannya dalam mengedit video. Waktu di SMP, dia pernah memperoleh juara 3 dalam acara lomba pembuatan video profil sekolah yang diselenggarakan oleh sekolah.
Awalnya anak pertama kami tidak mau ikut lomba pembuatan video profil sekolah tapi kami terus memotivasinya agar mau ikut lomba. Bahkan maminya sampai mau mengantar dan mendampinginya untuk mengambil gambar di sekolah. Akhirnya ketika pengumuman, dia memperoleh juara 3 dengan hadiah sertifikat dan sejumlah uang pembinaan. Dia senang mendapat juara 3 dan hadiah uang, padahal menurut pengakuannya dia tidak serius membuat video profil sekolahnya. Mendengar pengakuan anak lanang kami, lantas kami mengatakan, "La kamu gak serius saja dapat juara 3, apalagi kalau kamu mau serius membuat video profil sekolah dan mengeditnya dengan kemampuanmu yang maksimal pasti dapat juara 1".
Sekarang anak pertama kami sudah duduk di kelas XI SMA. Sejak awal mendaftar sekolah SMA, kami terus memotivasinya agar nanti di SMA aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai bakat minat. Dan ternyata dia akhirnya ikut ekstrakurikuler yang berkaitan dengan editing video. Dua sering ditugaskan sekolah untuk terlibat dalam kepanitian kegiatan sekolah di bagian divisi dokumentasi.
Di rumah dia sering sibuk mengedit video-video kegiatan sekolah. Jadi di kepanitian kegiatan sekolah, dia mendapat tanggung jawab untuk mengedit video kegiatan sekolah. Kami senang dan bangga dengan aktivitas anak pertama kami. Kami senang dia telah menunjukkan kemampuannya sehingga dipercaya sekolah untuk mengedit video-video kegiatan sekolah. Dan puncak kebanggaan kami adalah Minggu kemarin dia dilantik menjadi pengurus IPM sebagai anggota tim media sekolah.
Sementara putri kecil kami memiliki bakat dalam bidang yang berbeda dengan kakaknya. Si kecil memiliki kecepatan belajar yang lebih baik dibandingkan kakaknya ketika seusianya. Dia sudah mulai menyukai buku-buku. Oleh karena itu, kami memfasilitasinya dengan membelikan buku-buku bacaan maupun buku mewarnai karena dia senang mewarnai. Kemampuan membaca si kecil termasuk di atas rata-rata teman sekelasnya.
Sekarang di usia hampir 6 tahun, dia sudah bisa membaca buku bacaan dan membaca Al-Qur'an. Setiap hari dia membaca buku cerita dan buku Iqra'. Walaupun begitu, dia tetap bermain boneka, bermain masak-masakan, menggambar, dan mewarnai. Setiap hari bakda shalat Maghrib, dia ikut membaca Al-Qur'an seperti kami. Saya membelikan dia mushaf Al-Qur'an sendiri. Jadi setiap bakda shalat Maghrib, kami semua berkumpul di ruang musholla keluarga dan mengaji Al-Qur'an bersama.
Demikianlah program pendidikan keluarga yang kami rancang dan jalankan untuk membekali anak-anak kami. Kami percaya bahwa program pendidikan keluarga yang kami jalankan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami selalu melakukan evaluasi dan refleksi terhadap progres perkembangan pendidikan anak-anak.
Kami menyadari bahwa kami sebagai orang tua baru masih perlu terus belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kami. Tetapi prinsip yang kami pegang adalah kami orang tuanya yang paling mengetahui dan memahami anak-anak kami, maka kamilah yang paling bertanggung jawab atas pendidikan mereka. Sekolah adalah mitra kami dalam mendidik dan mengembangkan kompetensi anak-anak kami. []
Surakarta, 29 September 2023
__________________________________________
*Agung Nugroho Catur Saputro. Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.
Senin, 11 September 2023
PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA: MEMBACA AL-QUR’AN
PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA:
MEMBACA AL-QUR’AN
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Penyelenggaraan pendidikan untuk anak
merupakan tanggung jawab orang tua. Orang tua dapat menyelenggarakan pendidikan
sendiri untuk anak-anaknya atau meminta bantuan pihak lain untuk mengambil alih
tanggung jawabnya. Di era modern ini, umumnya tanggung jawab pendidikan anak
dilimpahkan ke lembaga pendidikan, seperti sekolah atau pondok pesantren. Orang
tua mempercayakan proses pendidikan anak-anaknya kepada sekolah karena sekolah memiliki
kurikulum, sarana prasarana, dan sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan
proses pendidikan.
Jika tanggung jawab pendidikan anak
telah dilakukan oleh sekolah, lantas peranan apa yang dapat dilakukan orang tua
terhadap pendidikan anak-anaknya? Karena pada hakikatnya tanggung jawab
pendidikan anak tetap berada di pundak orang tua, sedangkan sekolah hanya
membantu saja, maka setiap orang tua tetap harus menyelenggarakan proses
pendidikan di rumah (pendidikan keluarga). Menurut K.H. R. Zainuddin Fananie,
pendidikan rumah adalah asas bagi segala pendidikan sesudahnya. Asas pendidikan
dalam rumah adalah “kasih sayang” dan “kecintaan” (Fananie, 2011). Karena anak tidak 24 jam sehari semalam berada
di sekolah -kecuali anak yang belajar di pondok pesantren atau di sekolah program
boarding yang tinggal di asrama-, maka waktu anak di rumah sebagian waktunya dapat
dialokasikan untuk pendidikan keluarga. Orang tua dapat memilih waktu yang
tepat untuk menyelenggarakan program pendidikan keluarga.
Pendidikan seharusnya mampu mendidik
peserta didik menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berkarakter baik,
mengetahui adab kesopanan bagaimana sikap berinteraksi dengan orang lain, baik
dengan gurunya maupun sesama peserta didik. Fananie (2011) berpandangan
bahwa tujuan pendidikan adalah membantu menunjukkan jalan kebaikan kepada
peserta didik agar dapat memilih jalan tersebut dengan sendirinya. Dalam hal
ini tentu saja pendidik akan menunjukkan jalan yang paling baik agar peserta
didik menjadi baik di setiap perbuatan, perkataan, dan hati.
Materi program pendidikan keluarga dapat
berupa pendidikan keagamaan dan pendidikan karakter. Walaupun mungkin di
sekolah telah juga mendapatkan program pendidikan karakter, maka program
pendidikan karakter di rumah dapat membantu memperkuat program pendidikan
karakter yang diselenggarakan sekolah agar hasilnya lebih maksimal. Selain untuk
menambah materi pendidikan karakter, pendidikan keluarga juga dapat untuk
melatih anak-anak mengimplementasikan materi pendidikan karakter dalam sikap
dan perilaku hidup sehari-hari sehingga nilai-nilai karakter yang dipelajari
dapat menyatu dalam diri mereka dan menjadi kebiasaan.
Berkaitan dengan pendidikan rumah atau
pendidikan keluarga, K.H. R. Zainuddin Fananie (2011) mengemukakan
beberapa hal sebagai berikut. 1). Anak-anak yang membutuhkan pendidikan lebih
banyak menggunakan waktunya di rumah daripada di tempat-tempat lain., 2). Pengaruh
pendidikan rumah lebih besar daripada sekolah karena anak merasa hidup dan
kesenangannya bergantung kepada orang tua., 3). Azas pendidikan rumah adalah
kecintaan dan kasih sayang sehingga pendidikan yang diberikan akan mudah
tertanam., 4). Pendidikan kepercayaan, keagamaan, dan adat istiadat wajib
ditanamkan di dalam rumah.
Menurut Hudi
(2017),
pendidikan moral atau karakter hanya sampai pada moral knowing tidaklah cukup, sebab sebatas hanya tahu atau
memahami nilai-nilai atau moral tanpa melaksanakannya, hanya menghasilkan orang
cerdas, tetapi tidak bermoral. Sangat penting
proses pendidikan dilanjutkan sampai pada moral
feeling. Moral feeling adalah
aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada peserta didik yang merupakan
sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai prinsip-prinsip moral.
Terdapat enam hal aspek emosi yang harus dirasakan oleh seseorang untuk menjadi
manusia bermoral atau berkarakter, yakni conscience
(nurani), self esteem (percaya diri),
empathy (merasakan penderitaan orang
lain), loving the good (mencintai
kebenaran), self control (mampu
mengontrol diri), dan humility
(kerendahan hati). Namun, pendidikan moral atau karakter hanya sampai pada moral feeling saja juga tidaklah cukup,
sebab sebatas ingin atau mau, tanpa disertai perbuatan nyata hanya akan menghasilkan
manusia munafik.
Menyadari betapa pentingnya melatihkan perilaku
baik rutin setiap hari sehingga bisa menjadi kebiasaan dan bahkan kesenangan,
maka kami selaku orang tua mendesain suasana keluarga yang kondusif dan
memberikan contoh langsung kepada anak-anak. Dengan melihat sendiri contoh yang
dilakukan orang tuanya dan mengalami sendiri bagaimana sikap dan perilaku
tersebut dilakukan, maka kami berharap anak-anak bisa menikmati proses
melakukan perilaku baik tersebut sehingga terbangun kecintaan untuk terus
melakukannya. Kami berharap kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan setiap hari
tersebut akan masuk dan menyatu dengan diri anak-anak sehingga mewujud menjadi
jati diri dan karakter mereka kelak. Demikianlah harapan dan upaya kami selaku
orang tua agar anak-anak kami kelak menjadi orang-orang yang berkepribadian
baik dan bisa sukses di masa depan. Amin.
Salah satu program pendidikan keluarga
yang kami desain dan kami latihkan setiap hari ke anak-anak adalah kebiasaan
membaca Al-Qur’an setiap bakda shalat Maghrib. Setiap bakda shalat Maghrib kami
semua mengaji bersama di dalam satu ruangan dan kemudian dilanjutkan program
kajian keluarga. kami memilih waktu bakda shalat Maghrib sebagai waktu keluarga
(family time) untuk melaksanakan program pendidikan karakter di lingkup
keluarga karena kami merasa waktu di antara sholat Maghrib dan shalat Isya’
adalah waktu yang tepat untuk berkumpul semua anggota keluarga dan membicarakan
banyak hal terkait permasalahan keluarga maupun perkembangan pendidikan
anak-anak.
Kebiasaan membaca Al-Qur’an setiap bakda
shalat Maghrib ini sudah lama kami lakukan sejak kami menikah karena kebiasaan
tersebut saya bawa ke dalam kehidupan berkeluarga saya. Membaca Al-Qur’an
setiap bakda shalat Maghrib merupakan kebiasaan di keluarga saya. Setelah saya
menikah, kebiasaan tersebut saya teruskan dan lanjutkan menjadi kebiasaan di
kehidupan keluarga baru saya. Setelah anak-anak ada dalam kehidupan keluarga
kami, maka kebiasaan tersebut kami ajarkan ke anak-anak agar kelak ketika mereka
sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri juga akan seperti saya yang
membiasakan keluarganya melakukan kebiasaan membaca Al-Qur’an setiap bakda
shalat Maghrib.
Kami mengamati anak-anak ketika masih
kecil karena sudah terbiasa melihat kedua orang tuanya membaca Al-Qur’an
akhirnya mereka ikut-ikut melakukannya. Cara belajar anak kecil adalah
mengamati lingkungan sekitarnya dan meniru (mengimitasi) apa yang dilihatnya. Anak
pertama kami dulu juga begitu, awalnya hanya mengimitasi apa yang dilakukan
orang tuanya, tetapi setelah ia bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, maka ia juga
rutin setiap bakda shalat Maghrib membaca Al-Qur’an bersama kedua orang tuanya.
Dan sekarang pemandangan tersebut
berulang kembali pada anak kedua kami yang baru berusia lima tahun. Di usia
yang hampir mendekati enam tahun ini, putri kecil kami telah mampu membaca
tulisan arab walaupun masih terbata-bata. Putri kecil kami sekarang sedang
sekolah di TK B dan kemampuannya membaca buku IQRA’ sudah sampai jilid 6 yang
berarti sebentar lagi ia akan lanjut ke tingkat membaca Al-Qur’an. Walaupun belum
lulus IQRA’ jilid 6, putri kecil kami sudah ingin membaca Al-Qur’an setiap
bakda shalat Maghrib seperti papi, mami, dan kakanya. Untuk menunjang
keinginannya tersebut, maka saya memberikannya mushaf Al-Qur’an sendiri untuk
putri keci kami. Ia tampak senang sekali memiliki mushaf Al-Qur’an sendiri yang
berbeda warna dengan mushaf Al-Qur’an orang tua dan kakaknya.
Sekarang setiap hari bakda shalat
Maghrib, kami sekeluarga duduk bersama di ruang mushalla di rumah membaca
Al-Qur’an. Melihat pemandangan tersebut, hati saya sangat bahagia dan bersyukur
sekali. Saya sangat bersyukur kepada Allah Swt atas karunia anak-anak yang baik
dan sholih sholihah. Terkadang saya tersenyum bahagia melihat bagaimana betapa cantik
dan lucunya putri kecil kami yang memakai mukena warna pink duduk dengan dan
membaca Al-Qur’an dengan suara paling keras. Ia juga rajin menata mushaf-mushaf
Al-Qur’an di meja dengan urutan dari bawah mushaf Al-Qur’an milik kakaknya, kemudian
di atasnya mushaf Al-Qur’an milik papinya, di atasnya lagi mushaf Al-Qur’an milik
maminya, dan baru posisi paling atas mushaf Al-Qur’an miliknya. Formasi penataan
mushaf Al-Qur’an tersebut tidak boleh diubah dan dia maunya yang menata sendiri
susunan mushaf-mushaf Al-Qur’an tersebut.
Satu lagi hal yang membuat saya sangat
bahagia dan bersukur kepada Allah Swt adalah keinginan putri kecil kami untuk
mengerjakan shalat fardhu lima waktu. Alhamdulillah sekarang di usianya yang
masih terbilang balita, putri kecil kami sudah rutin mengerjakan sholat wajib
lima waktu atas keinginannya sendiri. Dan kami lebih bersyukur lagi, putri
kecil kami juga mau mengerjakan shalat sunah seperti shalat sunah bakda
Maghrib, shalat sunah bakda Isya’ dan shalat witir. Setiap kali masuk waktu
shalat, kami mengatakan kepada si kecil, “Adek ayo shalat”, maka putri kecil
kami segera masuk ke kamar mandi untuk berwudlu dengan tidak lupa dengan suara
keras membaca doa mau masuk ke kamar mandi.
Karena sudah sekitar sebulan ini putri
kecil kami mulai rutin mengerjakan shalat wajib dan shalat sunah, maka sekarang
setiap kali saya pulang dari kampus, saya selalu bertanya pada putri kecil
kami, “Adek sudah shalat Ashar?”. Dan sepertinya biasanya, dengan suara
khasnya, putri kecil kami menjawab, “Ya sudah lah, tadi shalat sama mami, masak
papi lupa?”. Pertanyaan “Adek sudah shalat?” memang saya sengaja saya ucapkan
agar terekam dalam memori ingatan si kecil, sehingga kelak ketika ia sudah
dewasa akan selalu ingat mengerjakan shalat karena dulu papinya sering
menanyakannya.
Demikianlah program sederhana pendidikan
keluarga terkait pendidikan karakter religius yang kami desain untuk anak-anak kami.
Program membaca Al-Qur’an dan program kajian keluarga setiap bakda shalat
Maghrib memang bukan program yang luar biasa. Kedua program pendidikan keluarga
kami tersebut sangat sederhana dan simple sekali, yang saya yakin semua orang/keluarga
pasti juga mampu melakukannya. Walaupun bukan program pendidikan yang luar
biasa, kami tetap melakukannya karena kami sadar bahwa aktivitas yang ringan
seperti membaca Al-Qur’an jika tidak dilatihkan ke anak-anak sejak kecil dan
tidak dibiasakan dalam kehidupan keluarga, maka anak pasti akan merasa berat
melakukannya. Agar anak merasa ringan melakukannya dan bahkan menjadi
kebutuhannya, maka kami mengajarkannya sejak mereka kecil dan memberikan
contohnya dalam kehidupan keluarga secara rutin. Semoga upaya baik kami ini
mendapatkan ridha Allah Swt dan mampu membentuk putra putri menjadi sosok
pribadi yang shalih shalihah. Amin. []
Gumpang Baru, 11 September 2023
Daftar
Bacaan
Fananie,
K. H. R. Z. (2011). Pedoman Pendidikan Modern. Tinta Medina.
Hudi, I. (2017). Pengaruh Pengetahuan
Moral Terhadap Perilaku Moral pada Siswa SMP Negeri Kota Pekanbaru Berdasarkan
Pendidikan Orang Tua. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 2(1), 30–44.
_______________________________________________
*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas
Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta:
KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis
Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.
Selasa, 15 Agustus 2023
GAYA BELAJAR BIDADARI KECIL KAMI
GAYA BELAJAR BIDADARI KECIL KAMI
Selasa, 18 Juli 2023
MEMULAI KEMBALI PROGRAM KAJIAN KELUARGA
MEMULAI KEMBALI PROGRAM KAJIAN KELUARGA
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Sejak masa pandemi Covid-19 di mana
pendidikan anak sekolah dilakukan secara daring melalui internet, saya dan
istri menggagas program pendidikan keluarga untuk mendukung program pendidikan
yang diselenggarakan sekolah. Program pendidikan keluarga yang kami gagas lebih
ke arah program pendidikan karakter untuk anak-anak. Wujud nyata program
pendidikan karakter di lingkungan keluarga yang kami laksanakan berupa program
kajian rutin setiap bakda Maghrib. Setiap bakda salat Maghrib, kami sekeluarga
membaca Al-Qur’an. Setelah selesai membaca Al-Qur’an, barulah saya mengisi
kajian keluarga sampai masuk waktu salat Isya’.
Program kajian keluarga yang kami gagas telah
berjalan hampir tiga tahun lamanya. Tidak mudah untuk menjalankan program
pendidikan karakter di keluarga. Banyak kendala dan hambatan yang dihadapi. Hambatan
terbesar adalah bagaimana menjaga motivasi anak untuk mengikuti kajian dengan
antusias. Sering sekali ketika saya sedang berbicara, anak malah kepalanya terkantuk-kantuk
karena mengantuk. Untuk membangkitkan semangat anak untuk mengikuti kajian,
terkadang anak saya minta untuk cuci muka agar tidak mengantuk, anak saya minta
bawa minuman, anak saya perbolehkan membawa makanan cemilan, dan lain
sebagainya. Berbagai upaya tersebut kami lakukan agar anak bisa lebih
konsentrasi dalam mengikuti kajian. Terkadang di tengah menjelaskan materi
kajian, saya sengaja bertanya pada anak agar anak berpikir dan terjadi
komunikasi dua arah sekaligus agar anak tidak mengantuk.
Selama hampir tiga tahun melaksanakan
program kajian rutin untuk keluarga, kami menyadari bahwa mendidik keluarga
sendiri itu tidak mudah. Perlu semangat dan kesadaran yang tinggi untuk
melaksanakannya. Perlu komitmen yang tinggi bagi semua anggota keluarga untuk
mendukung keberlanjutan program tersebut. Perlu kedisiplinan yang tinggi untuk
bisa konsisten menyelenggarakan program kajian secara rutin setiap bakda
Maghrib. Perlu persiapan yang matang, khususnya pemilihan materi kajian yang up
to date, kontekstual, dan relevan dengan isu-isu terkini. Alhamdulillah di
perpustakaan keluarga terdapat banyak buku yang bisa dijadikan materi kajian. Jadi
lebih sering saya membaca isi buku kemudian membahasnya. Tetapi saya tetap
perlu melakukan pemilihan materi yang urgen dan relevan untuk didiskusikan
bersama.
Sejak bulan Oktober 2022 hingga Juni
2023 program kajian keluarga tidak berjalan. Hal itu dikarenakan saya sedang
sakit dan menjalani proses pengobatan secara intensif dengan dokter Rumah Sakit.
Kondisi saya yang sedang sakit yang lebih banyak beraktivitas di tempat tidur
dan juga faktor rasa sakit yang sering terasa menyebabkan kondisi yang kurang
nyaman untuk duduk. Untuk salat pun saya lebih sering dengan posisi berbaring
dan terkadang duduk ketika badan lumayan nyaman.
Setelah menjalani proses pengobatan
hampir 9 bulan lamanya dan menjalani tindakan operasi beberapa kali, alhamdulillah
kondisi kesehatan saya semakin membaik dan mulai bisa untuk beraktivitas. Walaupun
sudah bisa untuk beraktivitas, tetapi saya membatasi diri dari melakukan
aktivitas yang berat-berat dulu karena pernah beberapa kali setelah melakukan
aktivitas yang cukup berat, tiba-tiba kondisi badan saya ngedrop dan mengalami
demam tinggi. Saat ini saya masih menjalani proses pengobatan dengan rawat
jalan dan setiap minggu rutin kontrol ke dokter.
Dikarenakan kondisi kesehatan yang sudah
cukup baik dan lumayan nyaman untuk beraktivitas, maka saya mulai kembali melanjutkan
program kajian keluarga setiap bakda Maghrib. Program kajian keluarga merupakan
kesempatan saya untuk berbincang-bincang santai dengan istri dan anak-anak. Dalam
program kajian keluarga tersebut, saya tidak melulu mengisi dengan materi agama tetapi terkadang juga saya pergunakan
untuk membahas perkembangan sekolah anak. Dan yang terpenting adalah program
kajian keluarga merupakan momentum untuk melaksanakan program pendidikan
karakter di lingkup keluarga.
Pengalaman ketika masa pandemi Covid-19
kemarin, dimana anak lebih banyak beraktivitas di depan laptop karena
pembelajaran secara daring, maka aspek pendidikan karakter sedikit terlewatkan.
Program pendidikan karakter di keluarga yang kami laksanakan setiap bakda
maghrib dapat mendukung dan melengkapi kekurangan dari pembelajaran daring yang
diselenggarakan sekolah. Kami percaya bahwa pembentukan karakter yang baik pada
anak harus dimulai dari lingkungan keluarga.
Keluarga yang karakternya baik,
berperilaku yang baik, dan bertutur kata yang baik akan membentuk anak-anak
yang berkarakter baik pula. Pembiasaan berperilaku dan berkarakter baik harus
dilakukan di kehidupan keluarga. Apa yang diajarkan harus terlihat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari. Nah, program kajian keluarga inilah yang kami manfaatkan
untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan karakter dan perilaku anak. Apa yang
terjadi pada anak, apa yang dilakukan anak, bagaimana perilaku anak di sekolah,
bagaimana penilaian guru terhadap anak, semuanya kami bahas dalam forum kajian
keluarga tersebut. Jadi kami menjadikan program kajian keluarga setiap bakda
Maghrib sebagai forum musyawarah, pendidikan, dan monev perkembangan anak.[]
Gumpang Baru, 18 Juli 2023
____________________________
*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.
Postingan Populer
-
Oleh : Agung Nugroho Catur Saputro Manusia adalah makhluk yang mendapatkan karunia keistimewaan dari Allah swt. Keistimewaan te...
-
MENGENAL MIND MAP Oleh: Agung Nugroho Catur Saputro Di era sekarang ini yang serba modern dan mengandalkan kecepatan, kita dituntu...
-
Sumber gambar : Dokumen pribadi penulis Oleh : Agung Nugroho Catur Saputro Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti proses asesmen se...