Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Perkembangan Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perkembangan Anak. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Desember 2023

HASIL TES PSIKOLOGI ANAK


HASIL TES PSIKOLOGI ANAK

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Beberapa waktu yang lalu sekolah putri kecil kami mengadakan tes psikologi untuk siswa. Tes psikologi tersebut dilakukan dengan bekerja sama dengan lembaga psikologi ANAVA. Tes psikologi tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu masuk Sekolah Dasar.

Dua Minggu kemudian hasil tes psikologi dibagikan. Orang tua mendapatkan undangan ke sekolah untuk mengambil hasil tes psikologi anak. Hasil tes psikologi putri kecil kami diambil oleh maminya. Sebenarnya saya juga ingin ikut datang ke sekolah untuk bertemu langsung dengan psikologinya untuk mengetahui perkembangan psikologi di kecil. Tetapi karena di hari pengambilan hasil tes psikologi kebetulan jadwal mengajar saya padat dari pagi sampai sore, maka saya mewakilkan istri untuk mengambilnya.

Hasil tes psikologi menunjukkan IQ putri kecil kami berada di angka 121 yang bermakna kategori cerdas. Terkait kepribadian, menunjukkan data kematangan motorik cukup baik, kemandirian cukup, penyesuaian diri cukup, dan kepercayaan diri juga cukup. Adapun terkait kesiapan sekolah diperoleh data kestabilan emosi agak rendah, konsentrasi cukup tinggi, tanggung jawab cukup, dan penalaran cukup tinggi.

Selain data-data kategorisasi tersebut di atas, hasil tes psikologi juga mendeskripsikan perkembangan si kecil. Di laporan tes psikologi dinyatakan bahwa putri kecil kami telah memiliki kesiapan sekolah didukung dengan kemampuan logika berpikirnya yang mulai berkembang. Namun, terkadang ia tampak ragu-ragu dalam mengambil sebuah keputusan sehingga tampak kurang cekatan. Ia juga telah memiliki kemampuan motorik tangan yang sudah mulai berkembang sehingga mampu menyelesaikan tugas keterampilan dengan kreativitasnya.

Membaca hasil tes psikologi putri kecil kami tersebut, kami cukup senang dan bersyukur karena putri kecil kami telah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan mulai dapat melakukan tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Data kemampuan pengendalian emosi putri kecil kami yang agak rendah perlu kami berikan perhatian lebih agar dia menjadi lebih mampu mengendalikan emosinya.

Tugas kami selanjutnya sebagai orang tua adalah terus mendorong dan mensupport dia agar mampu mengembangkan kompetensi dirinya semaksimal mungkin dengan tetap memberikan pendampingan dan keteladanan dalam bersikap agar perkembangan karakter yang baiknya terus berkembang. Semoga Allah SWT memudahkan dan meridhai ikhtiar baik kami untuk kebaikan dan kesuksesan putri kecil kami kelak ketika ia dewasa. Amin. []


Gumpang Baru, 11 Desember 2023

IMITASI DAN KETELADANAN

 

IMITASI DAN KETELADANAN

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Manusia adalah makhluk pembelajar. Manusia secara fitrah akan mempelajari hal-hal baru untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Melalui bekal potensi diri yang dimiliki, setiap orang akan berusaha mengembangkan kemampuan dirinya lewat kegiatan belajar. 


Setiap anak memiliki caranya tersendiri untuk belajar. Umumnya anak kecil belajar dengan meniru (imitasi) apa yang dilihatnya. Anak kecil akan mempraktikkan apa yang dilihatnya dari orang-orang di sekitarnya. Apapun yang ia lihat akan diamati dan ditiru. 


Anak kecil belajar dengan mengimitasi (meniru) apa yang dilihatnya. Cara belajar anak kecil tersebut dapat dimanfaatkan untuk strategi bagaimana mengajarkan kebiasaan baik ke anak. Strategi terbaik untuk mengajarkan sikap, perilaku dan kebiasaan yang baik kepada anak kecil adalah melalui keteladanan.


Pendidikan karakter yang baik perlu diajarkan ke anak sejak dini melalui pemberian contoh tauladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifat anak kecil yang mudah meniru apa saja yang dilihatnya, maka menyengaja menciptakan lingkungan kebiasaan yang baik kepada anak kecil merupakan cara terbaik untuk mengajarkan kebiasaan baik. 


Menyadari cara belajar anak kecil melalui proses mengimitasi seperti itu, maka saya dan istri mendesain program pendidikan karakter di lingkungan keluarga kami dengan cara menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar anak-anak menirunya. Kami memilih untuk tidak banyak menceramahi anak-anak terkait kebiasaan-kebiasaan yang baik tetapi memilih melalui pemberian contoh nyata yang dapat mereka lihat secara langsung. 


Mengajarkan pendidikan karakter yang baik kepada anak harus memadukan antara penjelasan dan praktik. Konten pendidikan karakter dapat disajikan dalam wujud penjelasan teori dan contoh nyata pelaksanaan sehari-hari. Untuk mengajari anak kecil, strategi yang paling tepat dan pertama dilakukan adalah memberikan contoh tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Anak diajak dan dilatih untuk ikut melakukan kebiasaan baik yang akan diajarkan, melalui ajakan terlibat langsung dalam aktivitas belajar, walaupun ia belum tahu manfaatnya. 


Sebagai contoh, ketika orang tua ingin mengajarkan anaknya bisa dan mau mengerjakan shalat, maka tidak perlu dijelaskan pentingnya shalat karena anak kecil belum paham. Tetapi cukup orang tua mengajak anaknya yang masih kecil tersebut untuk ikut shalat setiap hari. Tidak perlu mengajari anak bagaimana gerakan shalat dulu, yang penting anak mau ikut shalat  dan menirukan gerakan sholat walaupun ia shalat sambil bermain.


Tujuan utama mengajak anak ikut shalat adalah agar anak terbiasa mengerjakan shalat seperti yang dilakukan keluarganya yang setiap hari dilihat. Jika anak sudah terbiasa mengerjakan shalat setiap hari bagaikan aktivitas rutin yang dilakukan otomatis dan tanpa beban, maka tujuan pendidikan karakter sudah hampir tercapai. Nanti ketika usia anak sudah cukup untuk diberi penjelasan tentang kewajiban dan manfaat shalat, maka anak tidak akan mengalami hambatan dalam aktivitas ibadahnya kelak karena sekarang sudah mengetahui tujuan shalat dan juga sudah terbiasa shalat. 


Demikianlah yang kami lakukan untuk anak-anak kami. Sejak anak-anak masih kecil, mereka kami libatkan dalam aktivitas ibadah setiap hari seperti shalat, berdoa, berdzikir, dan membaca Al-Qur'an. Alhamdulillah sekarang kami melihat hasil yang dulu kami lakukan. Dulu mereka memang hanya mengimitasi apa yang kami (orang tuanya) lakukan yang setiap hari mereka melihatnya. Alhamdulillah sekarang mereka- khususnya putri kecil kami yang baru berumur 6 tahun- sudah terbiasa rutin mengerjakan shalat fardhu, shalat sunnah rawatib, berdzikir, berdoa, dan membaca Al-Qur'an setiap hari. []


Gumpang Baru, 10 Desember 2023

Senin, 30 Oktober 2023

SILATURAHMI DAN WAKTU KEBERSAMAAN KELUARGA

 


SILATURAHMI DAN WAKTU KEBERSAMAAN KELUARGA

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Beberapa waktu yang lalu ada undangan silaturahmi keluarga besar Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS. Acara silaturahmi diselenggarakan di rumah salah seorang kolega dosen yang tempatnya berada di kawasan Tawangmangu. Karena tempat acara silaturahmi cukup jauh dan dekat dengan banyak tempat wisata, maka saya berencana mengajak keluarga untuk ikut menghadiri acara.

Biasanya memang di setiap menghadiri acara silaturahmi keluarga kampus, saya juga hampir selalu membawa semua anggota keluarga. Hanya, setelah anak pertama masuk sekolah SMA, dia sudah jarang mau diajak acara-acara silaturahmi seperti itu. Biasanya kalau hari libur dia punya acara sendiri dengan teman-temannya.

Tetapi khusus untuk acara silaturahmi di Tawangmangu tersebut, saya menawarinya mau ikut atau tidak karena tempat acaranya dekat lokasi wisata dan juga tempat acara adalah rumah temannya sewaktu sekolah Madrasah Aliyah. Alhamdulillah ternyata dia mau ikut.

Acara silaturahmi dijadwalkan akan dimulai pada pukul 11.00 wib. Karena acara mulai agak siang, maka kami berangkat agak pagi agar sampai di Tawangmangu beberapa jam sebelum mulai acara silaturahmi. Selang waktu sebelum acara silaturahmi, kami manfaatkan untuk mengunjungi salah satu tempat wisata di Tawangmangu.

Kami membuat agenda seperti itu karena putri kecil kami belum pernah piknik ke Tawangmangu. Jadi kami sengaja mengajak si kecil untuk piknik ke Tawangmangu. Si kecil sangat senang dan antusias jika diajak jalan-jalan ke tempat wisata. Kami memang sengaja memperbanyak acara-acara pergi bersama anak-anak agar anak-anak memiliki banyak memori kenangan kebersamaan dengan orang tuanya.

Kami menyadari bahwa jika orang tua banyak menyempatkan waktu bersama anak-anak, maka kelak ketika mereka sudah dewasa dan orang tua sudah lansia, mereka akan juga banyak meluangkan waktu untuk mengunjungi orang tua. Memori-memori indah dan membahagiakan anak bersama orang tuanya semoga dapat menjadi tali pengikat hubungan emosional antara anak dan orang tua.

Setiap orang pasti ingin mengulang momen-momen yang indah dan membahagiakan dalam hidupnya. Dengan menggunakan asumsi seperti ini, kami berharap ketika kami nanti sudah lanjut usia, anak-anak kami selalu mengingat momen-momen indah bersama orang tuanya dan ingin selalu mengulanginya dengan sering mengunjungi kami. Semoga Allah SWT mengabulkan dan meridhoi doa dan harapan kami. Amin. []

Surakarta, 30 Oktober 2023

Sabtu, 14 Oktober 2023

PUTRI KECIL KAMI YANG SHALIHAH



 PUTRI KECIL KAMI YANG SHALIHAH

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Tadi sore si kecil minta diajak jalan-jalan (maksudnya pergi ke toko) karena ada yang ingin dibeli. Saya mengiyakan permintaan si kecil sekalian makan malam di luar. Kamipun pergi menuju mall terdekat. Sampai di parkiran mall, ternyata adzan Maghrib sudah berkumandang, maka kami pun segera menuju ke masjid untuk sholat Maghrib.

Karena maminya sedang tidak sholat, maka kami bertanya ke si kecil, "Mami sedang libur sholat, adek sholatnya bagaimana?" Si kecil menjawab, "Adek sholat sendiri, mami mengantar saja". Akhirnya maminya menemani si kecil berwudhu, kemudian si kecil masuk ke masjid sendirian dan bergabung dengan jamaah putri.

Alhamdulillah, kami bersyukur si kecil sudah mampu menjaga sholat fardhunya. Di usianya yang belum ada tujuh tahun, baru mendekati enam tahun, dia sudah mau mendirikan sholat fardhu dan sholat sunah setiap harinya. Ya Allah, jagalah hati putri kecil kami agar selalu dekat dengan-Mu. Aamiin yaa robbal'aalamiin.


Sabtu, 07 Oktober 2023

TES SELEKSI MASUK SD

 


TES SELEKSI MASUK SD

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Putri kecil kami saat ini usianya hampir 6 tahun. Tahun depan sudah waktunya masuk SD. Minggu kemarin dia mengikuti tes seleksi penerimaan siswa baru di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura. Kami sempat khawatir apakah si kecil akan bisa mengikuti rangkaian acara tes dengan baik. Walaupun saat ini dia sudah bisa calistung, kami tetap mempersiapkan dia agar nanti bisa menjalani tes dengan lancar. Karena kelebihan si kecil adalah dia sudah bisa diajak untuk diskusi dan mampu memahami maksudnya, maka beberapa hari sebelumnya maminya melatih tanya jawab terkait identitas dirinya dan keluarganya. 


Saat mendengar penjelasan dari panitia tentang materi tes, kami sedikit agak tenang karena ternyata materi tesnya bukan kemampuan calistung, terapi lebih terkait dengan kematangan diri dan kesiapan anak. Tes dilakukan oleh praktisi Psikologi, bukan guru sekolah. Sekolah bekerja sama dengan lembaga psikologi dalam penyelenggaraan tes seleksi penerimaan siswa baru. 


Ketika selesai tes, kami bertanya ke si kecil apakah bisa mengerjakan tes? Dia jawab bisa. Alhamdulillah, kami senang mendengarnya. Kami memang memiliki keyakinan si kecil akan lolos tes seleksi karena dia memiliki kemandirian yang cukup, pemahaman yang cukup, dan bisa diajak komunikasi. Berbeda dengan kakaknya dulu tidak lolos tes karena saat tes menangis. Semoga harapan kami si kecil lolos tes seleksi dan diterima sebagai siswa baru di sekolah tersebut terkabul. Amin.


Dan alhamdulillah saat pengambilan pengumuman hasil seleksi, sesuai dugaan dan harapan kami, akhirnya putri kecil kami lolos seleksi penjaringan siswa baru dan dinyatakan diterima sebagai siswa baru di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura. Selamat dek Icha. Kamu telah mempersembahkan kemampuan terbaikmu. InsyaAllah tahun depan masuk SD ya...😍



Jumat, 29 September 2023

PENDIDIKAN KELUARGA


PENDIDIKAN KELUARGA

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Setiap anak yang terlahir ke dunia ini telah dibekali kemampuan yang berupa potensi diri. Potensi diri adalah kemampuan yang masih bersifat laten, yaitu kemampuan yang masih tersembunyi dalam diri. Potensi diri akan muncul menjadi kemampuan diri ketika seseorang menemukan atau berada di dalam lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung proses tumbuh berkembangnya potensi dirinya.

Keluarga mempunyai peran besar dalam proses perkembangan potensi diri anak. Lingkungan keluarga yang kondusif dan mendukung berkembangnya potensi diri anak akan membuat anak secara alami mengeksplorasi dan menemukan bakat minatnya. Keluarga perlu memfasilitasi anak menjalani fitrah perjalanan hidupnya untuk menemukan jati dirinya sendiri. Jangan sampai ambisi dan arogansi orang tua justru akan mengubur dan mematikan potensi diri anak. Anak perlu suasana dan lingkungan belajar yang aman, kondusif, dan mendukung proses belajarnya.

Sebagai pasangan orang tua yang masih kategori muda, kami berusaha mengapresiasi dan mendorong anak untuk menekuni bidang keahlian yang diminati. Kami berusaha untuk tidak mendiktekan keinginan pribadi kami pada anak-anak. Kami ingin anak-anak tumbuh berkembang dengan capaian prestasi mereka sendiri. Kami ingin anak-anak mampu mengeksplorasi bakat minat mereka dan mengembangkannya semaksimal mungkin. Oleh karena itu, di lingkungan keluarga kami berusaha menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan bakat minat anak.

Sebagai contoh, anak pertama kami memiliki bakat minat dalam bidang editing video, maka kami selalu mendorong dia untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam mengedit video. Kami selalu memotivasi dia untuk tampil menunjukkan kemampuannya dalam mengedit video. Waktu di SMP, dia pernah memperoleh juara 3 dalam acara lomba pembuatan video profil sekolah yang diselenggarakan oleh sekolah.

Awalnya anak pertama kami tidak mau ikut lomba pembuatan video profil sekolah tapi kami terus memotivasinya agar mau ikut lomba. Bahkan maminya sampai mau mengantar dan mendampinginya untuk mengambil gambar di sekolah. Akhirnya ketika pengumuman, dia memperoleh juara 3 dengan hadiah sertifikat dan sejumlah uang pembinaan. Dia senang mendapat juara 3 dan hadiah uang, padahal menurut pengakuannya dia tidak serius membuat video profil sekolahnya. Mendengar pengakuan anak lanang kami, lantas kami mengatakan, "La kamu gak serius saja dapat juara 3, apalagi kalau kamu mau serius membuat video profil sekolah dan mengeditnya dengan kemampuanmu yang maksimal pasti dapat juara 1".

Sekarang anak pertama kami sudah duduk di kelas XI SMA. Sejak awal mendaftar sekolah SMA, kami terus memotivasinya agar nanti di SMA aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai bakat minat. Dan ternyata dia akhirnya ikut ekstrakurikuler yang berkaitan dengan editing video. Dua sering ditugaskan sekolah untuk terlibat dalam kepanitian kegiatan sekolah di bagian divisi dokumentasi.

Di rumah dia sering sibuk mengedit video-video kegiatan sekolah. Jadi di kepanitian kegiatan sekolah, dia mendapat tanggung jawab untuk mengedit video kegiatan sekolah. Kami senang dan bangga dengan aktivitas anak pertama kami. Kami senang dia telah menunjukkan kemampuannya sehingga dipercaya sekolah untuk mengedit video-video kegiatan sekolah. Dan puncak kebanggaan kami adalah Minggu kemarin dia dilantik menjadi pengurus IPM sebagai anggota tim media sekolah.

Sementara putri kecil kami memiliki bakat dalam bidang yang berbeda dengan kakaknya. Si kecil memiliki kecepatan belajar yang lebih baik dibandingkan kakaknya ketika seusianya. Dia sudah mulai menyukai buku-buku. Oleh karena itu, kami memfasilitasinya dengan membelikan buku-buku bacaan maupun buku mewarnai karena dia senang mewarnai. Kemampuan membaca si kecil termasuk di atas rata-rata teman sekelasnya.

Sekarang di usia hampir 6 tahun, dia sudah bisa membaca buku bacaan dan membaca Al-Qur'an. Setiap hari dia membaca buku cerita dan buku Iqra'. Walaupun begitu, dia tetap bermain boneka, bermain masak-masakan, menggambar, dan mewarnai. Setiap hari bakda shalat Maghrib, dia ikut membaca Al-Qur'an seperti kami. Saya membelikan dia mushaf Al-Qur'an sendiri. Jadi setiap bakda shalat Maghrib, kami semua berkumpul di ruang musholla keluarga dan mengaji Al-Qur'an bersama.

Demikianlah program pendidikan keluarga yang kami rancang dan jalankan untuk membekali anak-anak kami. Kami percaya bahwa program pendidikan keluarga yang kami jalankan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami selalu melakukan evaluasi dan refleksi terhadap progres perkembangan pendidikan anak-anak.

Kami menyadari bahwa kami sebagai orang tua baru masih perlu terus belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kami. Tetapi prinsip yang kami pegang adalah kami orang tuanya yang paling mengetahui dan memahami anak-anak kami, maka kamilah yang paling bertanggung jawab atas pendidikan mereka. Sekolah adalah mitra kami dalam mendidik dan mengembangkan kompetensi anak-anak kami. []


Surakarta, 29 September 2023


__________________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro. Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

Senin, 11 September 2023

PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA: MEMBACA AL-QUR’AN

 


PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA: 

MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Penyelenggaraan pendidikan untuk anak merupakan tanggung jawab orang tua. Orang tua dapat menyelenggarakan pendidikan sendiri untuk anak-anaknya atau meminta bantuan pihak lain untuk mengambil alih tanggung jawabnya. Di era modern ini, umumnya tanggung jawab pendidikan anak dilimpahkan ke lembaga pendidikan, seperti sekolah atau pondok pesantren. Orang tua mempercayakan proses pendidikan anak-anaknya kepada sekolah karena sekolah memiliki kurikulum, sarana prasarana, dan sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan proses pendidikan.

 

Jika tanggung jawab pendidikan anak telah dilakukan oleh sekolah, lantas peranan apa yang dapat dilakukan orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya? Karena pada hakikatnya tanggung jawab pendidikan anak tetap berada di pundak orang tua, sedangkan sekolah hanya membantu saja, maka setiap orang tua tetap harus menyelenggarakan proses pendidikan di rumah (pendidikan keluarga). Menurut K.H. R. Zainuddin Fananie, pendidikan rumah adalah asas bagi segala pendidikan sesudahnya. Asas pendidikan dalam rumah adalah “kasih sayang” dan “kecintaan” (Fananie, 2011).  Karena anak tidak 24 jam sehari semalam berada di sekolah -kecuali anak yang belajar di pondok pesantren atau di sekolah program boarding yang tinggal di asrama-, maka waktu anak di rumah sebagian waktunya dapat dialokasikan untuk pendidikan keluarga. Orang tua dapat memilih waktu yang tepat untuk menyelenggarakan program pendidikan keluarga.

 

Pendidikan seharusnya mampu mendidik peserta didik menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berkarakter baik, mengetahui adab kesopanan bagaimana sikap berinteraksi dengan orang lain, baik dengan gurunya maupun sesama peserta didik. Fananie (2011) berpandangan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu menunjukkan jalan kebaikan kepada peserta didik agar dapat memilih jalan tersebut dengan sendirinya. Dalam hal ini tentu saja pendidik akan menunjukkan jalan yang paling baik agar peserta didik menjadi baik di setiap perbuatan, perkataan, dan hati.

 

Materi program pendidikan keluarga dapat berupa pendidikan keagamaan dan pendidikan karakter. Walaupun mungkin di sekolah telah juga mendapatkan program pendidikan karakter, maka program pendidikan karakter di rumah dapat membantu memperkuat program pendidikan karakter yang diselenggarakan sekolah agar hasilnya lebih maksimal. Selain untuk menambah materi pendidikan karakter, pendidikan keluarga juga dapat untuk melatih anak-anak mengimplementasikan materi pendidikan karakter dalam sikap dan perilaku hidup sehari-hari sehingga nilai-nilai karakter yang dipelajari dapat menyatu dalam diri mereka dan menjadi kebiasaan.

 

Berkaitan dengan pendidikan rumah atau pendidikan keluarga, K.H. R. Zainuddin Fananie (2011) mengemukakan beberapa hal sebagai berikut. 1). Anak-anak yang membutuhkan pendidikan lebih banyak menggunakan waktunya di rumah daripada di tempat-tempat lain., 2). Pengaruh pendidikan rumah lebih besar daripada sekolah karena anak merasa hidup dan kesenangannya bergantung kepada orang tua., 3). Azas pendidikan rumah adalah kecintaan dan kasih sayang sehingga pendidikan yang diberikan akan mudah tertanam., 4). Pendidikan kepercayaan, keagamaan, dan adat istiadat wajib ditanamkan di dalam rumah.

 

Menurut Hudi (2017), pendidikan moral atau karakter hanya sampai pada moral knowing tidaklah cukup, sebab sebatas hanya tahu atau memahami nilai-nilai atau moral tanpa melaksanakannya, hanya menghasilkan orang cerdas, tetapi tidak bermoral. Sangat  penting proses pendidikan dilanjutkan sampai pada moral feeling. Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada peserta didik yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai prinsip-prinsip moral. Terdapat enam hal aspek emosi yang harus dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia bermoral atau berkarakter, yakni conscience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran), self control (mampu mengontrol diri), dan humility (kerendahan hati). Namun, pendidikan moral atau karakter hanya sampai pada moral feeling saja juga tidaklah cukup, sebab sebatas ingin atau mau, tanpa disertai perbuatan nyata hanya akan menghasilkan manusia munafik.

 

Menyadari betapa pentingnya melatihkan perilaku baik rutin setiap hari sehingga bisa menjadi kebiasaan dan bahkan kesenangan, maka kami selaku orang tua mendesain suasana keluarga yang kondusif dan memberikan contoh langsung kepada anak-anak. Dengan melihat sendiri contoh yang dilakukan orang tuanya dan mengalami sendiri bagaimana sikap dan perilaku tersebut dilakukan, maka kami berharap anak-anak bisa menikmati proses melakukan perilaku baik tersebut sehingga terbangun kecintaan untuk terus melakukannya. Kami berharap kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan setiap hari tersebut akan masuk dan menyatu dengan diri anak-anak sehingga mewujud menjadi jati diri dan karakter mereka kelak. Demikianlah harapan dan upaya kami selaku orang tua agar anak-anak kami kelak menjadi orang-orang yang berkepribadian baik dan bisa sukses di masa depan. Amin.

 

Salah satu program pendidikan keluarga yang kami desain dan kami latihkan setiap hari ke anak-anak adalah kebiasaan membaca Al-Qur’an setiap bakda shalat Maghrib. Setiap bakda shalat Maghrib kami semua mengaji bersama di dalam satu ruangan dan kemudian dilanjutkan program kajian keluarga. kami memilih waktu bakda shalat Maghrib sebagai waktu keluarga (family time) untuk melaksanakan program pendidikan karakter di lingkup keluarga karena kami merasa waktu di antara sholat Maghrib dan shalat Isya’ adalah waktu yang tepat untuk berkumpul semua anggota keluarga dan membicarakan banyak hal terkait permasalahan keluarga maupun perkembangan pendidikan anak-anak.

 

Kebiasaan membaca Al-Qur’an setiap bakda shalat Maghrib ini sudah lama kami lakukan sejak kami menikah karena kebiasaan tersebut saya bawa ke dalam kehidupan berkeluarga saya. Membaca Al-Qur’an setiap bakda shalat Maghrib merupakan kebiasaan di keluarga saya. Setelah saya menikah, kebiasaan tersebut saya teruskan dan lanjutkan menjadi kebiasaan di kehidupan keluarga baru saya. Setelah anak-anak ada dalam kehidupan keluarga kami, maka kebiasaan tersebut kami ajarkan ke anak-anak agar kelak ketika mereka sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri juga akan seperti saya yang membiasakan keluarganya melakukan kebiasaan membaca Al-Qur’an setiap bakda shalat Maghrib.

 

Kami mengamati anak-anak ketika masih kecil karena sudah terbiasa melihat kedua orang tuanya membaca Al-Qur’an akhirnya mereka ikut-ikut melakukannya. Cara belajar anak kecil adalah mengamati lingkungan sekitarnya dan meniru (mengimitasi) apa yang dilihatnya. Anak pertama kami dulu juga begitu, awalnya hanya mengimitasi apa yang dilakukan orang tuanya, tetapi setelah ia bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, maka ia juga rutin setiap bakda shalat Maghrib membaca Al-Qur’an bersama kedua orang tuanya.

 

Dan sekarang pemandangan tersebut berulang kembali pada anak kedua kami yang baru berusia lima tahun. Di usia yang hampir mendekati enam tahun ini, putri kecil kami telah mampu membaca tulisan arab walaupun masih terbata-bata. Putri kecil kami sekarang sedang sekolah di TK B dan kemampuannya membaca buku IQRA’ sudah sampai jilid 6 yang berarti sebentar lagi ia akan lanjut ke tingkat membaca Al-Qur’an. Walaupun belum lulus IQRA’ jilid 6, putri kecil kami sudah ingin membaca Al-Qur’an setiap bakda shalat Maghrib seperti papi, mami, dan kakanya. Untuk menunjang keinginannya tersebut, maka saya memberikannya mushaf Al-Qur’an sendiri untuk putri keci kami. Ia tampak senang sekali memiliki mushaf Al-Qur’an sendiri yang berbeda warna dengan mushaf Al-Qur’an orang tua dan kakaknya.

 

Sekarang setiap hari bakda shalat Maghrib, kami sekeluarga duduk bersama di ruang mushalla di rumah membaca Al-Qur’an. Melihat pemandangan tersebut, hati saya sangat bahagia dan bersyukur sekali. Saya sangat bersyukur kepada Allah Swt atas karunia anak-anak yang baik dan sholih sholihah. Terkadang saya tersenyum bahagia melihat bagaimana betapa cantik dan lucunya putri kecil kami yang memakai mukena warna pink duduk dengan dan membaca Al-Qur’an dengan suara paling keras. Ia juga rajin menata mushaf-mushaf Al-Qur’an di meja dengan urutan dari bawah mushaf Al-Qur’an milik kakaknya, kemudian di atasnya mushaf Al-Qur’an milik papinya, di atasnya lagi mushaf Al-Qur’an milik maminya, dan baru posisi paling atas mushaf Al-Qur’an miliknya. Formasi penataan mushaf Al-Qur’an tersebut tidak boleh diubah dan dia maunya yang menata sendiri susunan mushaf-mushaf Al-Qur’an tersebut.

 

Satu lagi hal yang membuat saya sangat bahagia dan bersukur kepada Allah Swt adalah keinginan putri kecil kami untuk mengerjakan shalat fardhu lima waktu. Alhamdulillah sekarang di usianya yang masih terbilang balita, putri kecil kami sudah rutin mengerjakan sholat wajib lima waktu atas keinginannya sendiri. Dan kami lebih bersyukur lagi, putri kecil kami juga mau mengerjakan shalat sunah seperti shalat sunah bakda Maghrib, shalat sunah bakda Isya’ dan shalat witir. Setiap kali masuk waktu shalat, kami mengatakan kepada si kecil, “Adek ayo shalat”, maka putri kecil kami segera masuk ke kamar mandi untuk berwudlu dengan tidak lupa dengan suara keras membaca doa mau masuk ke kamar mandi.

 

Karena sudah sekitar sebulan ini putri kecil kami mulai rutin mengerjakan shalat wajib dan shalat sunah, maka sekarang setiap kali saya pulang dari kampus, saya selalu bertanya pada putri kecil kami, “Adek sudah shalat Ashar?”. Dan sepertinya biasanya, dengan suara khasnya, putri kecil kami menjawab, “Ya sudah lah, tadi shalat sama mami, masak papi lupa?”. Pertanyaan “Adek sudah shalat?” memang saya sengaja saya ucapkan agar terekam dalam memori ingatan si kecil, sehingga kelak ketika ia sudah dewasa akan selalu ingat mengerjakan shalat karena dulu papinya sering menanyakannya.

 

Demikianlah program sederhana pendidikan keluarga terkait pendidikan karakter religius yang kami desain untuk anak-anak kami. Program membaca Al-Qur’an dan program kajian keluarga setiap bakda shalat Maghrib memang bukan program yang luar biasa. Kedua program pendidikan keluarga kami tersebut sangat sederhana dan simple sekali, yang saya yakin semua orang/keluarga pasti juga mampu melakukannya. Walaupun bukan program pendidikan yang luar biasa, kami tetap melakukannya karena kami sadar bahwa aktivitas yang ringan seperti membaca Al-Qur’an jika tidak dilatihkan ke anak-anak sejak kecil dan tidak dibiasakan dalam kehidupan keluarga, maka anak pasti akan merasa berat melakukannya. Agar anak merasa ringan melakukannya dan bahkan menjadi kebutuhannya, maka kami mengajarkannya sejak mereka kecil dan memberikan contohnya dalam kehidupan keluarga secara rutin. Semoga upaya baik kami ini mendapatkan ridha Allah Swt dan mampu membentuk putra putri menjadi sosok pribadi yang shalih shalihah. Amin. []

 

Gumpang Baru, 11 September 2023

 

 

Daftar Bacaan

Fananie, K. H. R. Z. (2011). Pedoman Pendidikan Modern. Tinta Medina.

Hudi, I. (2017). Pengaruh Pengetahuan Moral Terhadap Perilaku Moral pada Siswa SMP Negeri Kota Pekanbaru Berdasarkan Pendidikan Orang Tua. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 2(1), 30–44.

 

_______________________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Selasa, 15 Agustus 2023

GAYA BELAJAR BIDADARI KECIL KAMI

 


GAYA BELAJAR BIDADARI KECIL KAMI

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Anak adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah Swt. Kelahiran bidadari kecil setelah kami menunggu dan berharap selama sepuluh tahun lamanya telah menambah kebahagiaan di keluarga kami. Rumah kembali ramai dengan suara tangis si kecil dan suara tertawa kami karena tingkah lucu si kecil. Suara teriak-teriak si kecil sering terdengar karena digoda kakaknya. Terkadang si kecil sudah menangis masih juga tetap digoda karena gemasnya sang kakak. Kata sang kakak, "Lha adik lucu kalau menangis".

Sekarang, bidadari kecil kami telah tumbuh semakin besar dan berusia 5 tahun lebih. Ia telah duduk di sekolah TK B. Sejak duduk di sekolah TK, ia berubah aktivitas nya. Dulu biasanya ia lebih banyak bermain, tetapi sekarang aktivitas rutinnya selain bermain adalah belajar. Ia senang mewarnai gambar. Ia juga mulai belajar berhitung dan membaca. Proporsi waktu antara bermain dan belajar kami rasa masih wajar.

Satu lagi aktivitas yang dilakukan putri kecil kami adalah menonton YouTube Chanel anak-anak berbahasa Inggris. Setiap hari selain aktivitas bermain boneka, mewarnai gambar, dan menulis, ia meminjam HP papinya untuk menonton Chanel anak-anak di YouTube. Saya membolehkan ia mengakses YouTube karena yang ia lihat adalah Chanel acara anak-anak. Saya terkadang melihat acara apa yang ia tonton dan mengecek chanelnya. Ternyata memang Chanel yang ia tonton adalah Chanel bermain dan belajar untuk anak-anak.

Dari aktivitas menonton Chanel bermain anak-anak yang berbahasa Inggris, ternyata berdampak positif terhadap kemampuan si kecil dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris. Putri kecil kami secara autodidak belajar sendiri bagaimana berbicara dalam bahasa Inggris. Kami sempat kaget ketika tiba-tiba putri kecil kami berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris, sedangkan kami merasa belum pernah mengajarinya. Ketika kami tanya darimana adek belajar bahasa Inggris, dia menjawab dari HP papi, yang maksudnya adalah dari channel Youtube yang ia tonton di HP papinya. Sekarang dia sudah mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Jumlah vocabolary yang dihafal juga terus bertambah banyak. Untuk percakapan-percakapan pendek tema kehidupan sehari-hari, si kecil sudah mampu melakukannya dalam bahasa Inggris. Maminya terus mendorong mengenalkan vocabolary baru dengan cara bertanya ke dia dan si kecil akan meresponnya.

Mengikuti perkembangan kognitif putri kecil kami, terkait penggunaan gadget oleh anak kecil, kami merasa tidak semuanya membawa dampak negatif ke anak. Kami kira selama anak didampingi orang tua saat mengakses internet dan situs atau channel yang diakses adalah berkaitan dengan dunia anak-anak yang ada unsur pendidikannya, maka mengenalkan gadget ke anak-anak adalah tidak masalah. Selama ada pendampingan dan monitoring serta pengarahan orang tua ke anak ketika mengakses internet, maka dampak negatif efek penggunaan gadget oleh anak dapat diminimalisir.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa munculnya efek negatif penggunaan gadget oleh anak-anak karena kurang adanya pendampingan dan monitoring dari orang tua. Ketika orang tua berperan aktif dalam mengarahkan anak dalam menggunakan gadget, maka justru dampak positif yang akan diperolehnya. Jalan pikiran anak masih polos. Anak belum tahu mana tayangan yang baik dan mana tayangan yang tidak baik. Oleh karena itu, kehadiran orang tua dalam mendampingi proses belajar anak menjadi sangat penting.

Dalam proses belajar anak, orang tua harus hadir dalam proses tumbuh kembang anaknya. Orang tua harus menyediakan "ruangan belajar" yang luas bagi anak-anaknya agar proses eksplorasi dan pengenalan potensi diri anak dapat berlangsung dengan baik. Orang tua justru harus mampu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif agar anak-anaknya dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri dan bakat minatnya secara maksimal. Lingkungan belajar yang tepat akan dapat mendorong proses belajar anak mencapai tujuan secara maksimal. []


Ruang tunggu RS UNS, 15 Agustus 2023

___________________________________ 
*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Selasa, 18 Juli 2023

MEMULAI KEMBALI PROGRAM KAJIAN KELUARGA

 

MEMULAI KEMBALI PROGRAM KAJIAN KELUARGA

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Sejak masa pandemi Covid-19 di mana pendidikan anak sekolah dilakukan secara daring melalui internet, saya dan istri menggagas program pendidikan keluarga untuk mendukung program pendidikan yang diselenggarakan sekolah. Program pendidikan keluarga yang kami gagas lebih ke arah program pendidikan karakter untuk anak-anak. Wujud nyata program pendidikan karakter di lingkungan keluarga yang kami laksanakan berupa program kajian rutin setiap bakda Maghrib. Setiap bakda salat Maghrib, kami sekeluarga membaca Al-Qur’an. Setelah selesai membaca Al-Qur’an, barulah saya mengisi kajian keluarga sampai masuk waktu salat Isya’.

 

Program kajian keluarga yang kami gagas telah berjalan hampir tiga tahun lamanya. Tidak mudah untuk menjalankan program pendidikan karakter di keluarga. Banyak kendala dan hambatan yang dihadapi. Hambatan terbesar adalah bagaimana menjaga motivasi anak untuk mengikuti kajian dengan antusias. Sering sekali ketika saya sedang berbicara, anak malah kepalanya terkantuk-kantuk karena mengantuk. Untuk membangkitkan semangat anak untuk mengikuti kajian, terkadang anak saya minta untuk cuci muka agar tidak mengantuk, anak saya minta bawa minuman, anak saya perbolehkan membawa makanan cemilan, dan lain sebagainya. Berbagai upaya tersebut kami lakukan agar anak bisa lebih konsentrasi dalam mengikuti kajian. Terkadang di tengah menjelaskan materi kajian, saya sengaja bertanya pada anak agar anak berpikir dan terjadi komunikasi dua arah sekaligus agar anak tidak mengantuk.

 

Selama hampir tiga tahun melaksanakan program kajian rutin untuk keluarga, kami menyadari bahwa mendidik keluarga sendiri itu tidak mudah. Perlu semangat dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakannya. Perlu komitmen yang tinggi bagi semua anggota keluarga untuk mendukung keberlanjutan program tersebut. Perlu kedisiplinan yang tinggi untuk bisa konsisten menyelenggarakan program kajian secara rutin setiap bakda Maghrib. Perlu persiapan yang matang, khususnya pemilihan materi kajian yang up to date, kontekstual, dan relevan dengan isu-isu terkini. Alhamdulillah di perpustakaan keluarga terdapat banyak buku yang bisa dijadikan materi kajian. Jadi lebih sering saya membaca isi buku kemudian membahasnya. Tetapi saya tetap perlu melakukan pemilihan materi yang urgen dan relevan untuk didiskusikan bersama.

 

Sejak bulan Oktober 2022 hingga Juni 2023 program kajian keluarga tidak berjalan. Hal itu dikarenakan saya sedang sakit dan menjalani proses pengobatan secara intensif dengan dokter Rumah Sakit. Kondisi saya yang sedang sakit yang lebih banyak beraktivitas di tempat tidur dan juga faktor rasa sakit yang sering terasa menyebabkan kondisi yang kurang nyaman untuk duduk. Untuk salat pun saya lebih sering dengan posisi berbaring dan terkadang duduk ketika badan lumayan nyaman.

 

Setelah menjalani proses pengobatan hampir 9 bulan lamanya dan menjalani tindakan operasi beberapa kali, alhamdulillah kondisi kesehatan saya semakin membaik dan mulai bisa untuk beraktivitas. Walaupun sudah bisa untuk beraktivitas, tetapi saya membatasi diri dari melakukan aktivitas yang berat-berat dulu karena pernah beberapa kali setelah melakukan aktivitas yang cukup berat, tiba-tiba kondisi badan saya ngedrop dan mengalami demam tinggi. Saat ini saya masih menjalani proses pengobatan dengan rawat jalan dan setiap minggu rutin kontrol ke dokter.

 

Dikarenakan kondisi kesehatan yang sudah cukup baik dan lumayan nyaman untuk beraktivitas, maka saya mulai kembali melanjutkan program kajian keluarga setiap bakda Maghrib. Program kajian keluarga merupakan kesempatan saya untuk berbincang-bincang santai dengan istri dan anak-anak. Dalam program kajian keluarga tersebut, saya tidak melulu mengisi dengan materi  agama tetapi terkadang juga saya pergunakan untuk membahas perkembangan sekolah anak. Dan yang terpenting adalah program kajian keluarga merupakan momentum untuk melaksanakan program pendidikan karakter di lingkup keluarga.

 

Pengalaman ketika masa pandemi Covid-19 kemarin, dimana anak lebih banyak beraktivitas di depan laptop karena pembelajaran secara daring, maka aspek pendidikan karakter sedikit terlewatkan. Program pendidikan karakter di keluarga yang kami laksanakan setiap bakda maghrib dapat mendukung dan melengkapi kekurangan dari pembelajaran daring yang diselenggarakan sekolah. Kami percaya bahwa pembentukan karakter yang baik pada anak harus dimulai dari lingkungan keluarga.

 

Keluarga yang karakternya baik, berperilaku yang baik, dan bertutur kata yang baik akan membentuk anak-anak yang berkarakter baik pula. Pembiasaan berperilaku dan berkarakter baik harus dilakukan di kehidupan keluarga. Apa yang diajarkan harus terlihat dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Nah, program kajian keluarga inilah yang kami manfaatkan untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan karakter dan perilaku anak. Apa yang terjadi pada anak, apa yang dilakukan anak, bagaimana perilaku anak di sekolah, bagaimana penilaian guru terhadap anak, semuanya kami bahas dalam forum kajian keluarga tersebut. Jadi kami menjadikan program kajian keluarga setiap bakda Maghrib sebagai forum musyawarah, pendidikan, dan monev perkembangan anak.[]

 

Gumpang Baru, 18 Juli 2023

 

 

____________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Postingan Populer