Powered By Blogger

Rabu, 18 November 2020

MENJAGA KOMITMEN DALAM MENULIS

 

Sumber Gambar : http://ptpn10.co.id/blog/arti-penting-sebuah-komitmen-teamwork-series-2


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Menekuni dunia literasi menulis itu memerlukan ketekunan dan komitmen. Menulis bukanlah sekedar menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan, tetapi lebih dari itu menulis adalah sarana melatih kedisiplinan dan memelihara komitmen diri. Menulis merupakan aktivitas yang perlu dilakukan secara terus-menerus. Keterampilan menulis harus dilatih dan dipraktikkan secara terus-menerus. Semakin sering dipraktikkan secara rutin dan kontinyu hingga menjadi habit dan hobi, maka menulis akan menjadi aktivitas yang ringan dan menyenangkan. Bahkan aktivitas menulis dapat dimanfaatkan sebagai terapi kesehatan [1]. Dengan menulis, hati menjadi tenteram dan bahagia sehingga imun tubuh meningkat dan meningkat pula semangat menjalani kehidupan.

 

Sekarang ini kesadaran orang untuk menjaga kesehatan semakin tinggi. Semakin banyak orang melakukan olah raga secara rutin setiap hari untuk menjaga stamina tubuh dan kesehatan. Kita melakukan olah raga secara teratur untuk meningkatkan kesehatan fisik secara umum dan membuat tubuh merasa lebih baik. Situasi yang sama juga berlaku ketika kita melatih otak kita. Semakin sering kita melatihnya, kinerja otak akan semakin membaik, dan semakin baik pula perasaan kita. Selain itu, berlawanan dengan organ fisik lainnya, otak kita tidak aus oleh penggunaan yang berulang-ulang dan terus-menerus. Malah sebaliknya, otak kita semakin membaik bila kita semakin menantangnya. Pengamatan ini telah menjurus ke suatu prinsip mendasar tentang cara kerja otak, yaitu : gunakan atau kita akan kehilangannya[2].

 

Demikianlah otak kita bekerja mirip dengan bekerjanya otot. Otot tubuh kita kalau jarang dipakai untuk melakukan aktivitas fisik, maka lama-kelamaan otot tubuh menjadi kaku. Demikian pula halnya dengan otak kita, jika jarang dipakai untuk berpikir maka kinerjanya akan menurun. Sebaliknya, jika semakin sering dipergunakan untuk berpikir menemukan ide gagasan, maka kinerja otak kita semakin lancar dan cepat dalam menemukan ide-ide segar untuk ditulis.

 

Ternyata, aktivitas menulis itu tidak hanya melibatkan kerja otak tetapi juga melibatkan hati (spirit). Untuk menekuni aktivitas menulis, selain kemampuan mengubah ide, gagasan, dan pemikiran menjadi sebuah tulisan, juga diperlukan semangat pantang menyerah dan berani menjaga komitmen diri untuk menulis. Selain itu, saat kita menulis juga harus melibatkan hati. Maksudnya adalah aktivitas kita menulis harus mampu membuat hati kita senang, tenteram, dan bahagia. Jika setiap kita menulis hati kita menjadi bahagia, maka dapat dipastikan menulis itu bukan pekerjaan yang berat,  bahkan bisa jadi malah kita menjadi ketagihan untuk terus menulis. Oleh karena itu, bagi penulis pemula (seperti saya sendiri misalnya), mengawali menulis lebih baik dimulai dari tema-tema yang ringan dan menyenangkan.

 

Mulailah menulis misalnya tentang hobi kita, tentang aktivitas sehari-hari kita, tentang keluarga kita, tentang pekerjaan kita, dan lain sebagainya. Nanti jika menulis sudah terasa bukan beban lagi dan bahkan menjadi semacam “klangenan”, boleh lah mulai menulis tema-tema agak berat dan agak serius. Demikian strategi yang mudah terapkan untuk memunculkan spirit menulis dan menjadikan menulis sebagai aktivitas rutin sehari-hari seperti halnya makan. Jika kita tidak makan sehari, maka badan kita akan merasakan efeknya seperti perut lapar, badan lemas, kepala pusing, dan lain-lain. Demikian pula jika menulis sudah menjadi hobi atau klangenan bagi kita, maka jika sehari saja kita tidak menulis, maka tubuh kita akan merasakan efeknya juga seperti misalnya hati selalu gelisah kayak ada sesuatu yang mengganjal pikiran, pikiran tidak tenang, tidur tidak nyenyak, sulit konsentrasi, dan lain sebagainya.

 

Belum lama ini saya bergabung dalam beberapa grup WhatsApp yang dibentuk bertujuan untuk memfasilitasi anggota berkolaborasi menulis buku bersama-sama. Saya pribadi senang jika ada tawaran atau undangan menulis buku secara kolaborasi. Tujuan saya memutuskan bergabung ke dalam grup-grup penulisan buku kolaborasi tersebut adalah yang pertama untuk menjaga semangat dan komitmen menulis saya. Saya menyadari bahwa menjaga komitmen dan disiplin menulis secara rutin itu bukan sesuatu yang mudah. Banyak faktor yang dapat menurunkan semangat menulis. Nah, dengan bergabung dalam grup menulis buku kolaborasi tersebut menjadikan saya mampu mempertahankan semangat menulis. Tujuan kedua adalah untuk mendapat teman baru dan mengenal penulis lain. Dan tujuan ketiga adalah untuk membentuk network (jejaring) kerjasama antarpenulis untuk berkolaborasi dalam berkarya. Dengan banyak berkolaborasi dengan penulis lain, maka akan semakin banyak pula karya tulis yang dapat kita hasilkan. Kolaborasi merupakan salah satu kemampuan yang dipersyaratkan di abad 21. Maka, sudah waktunya kita memperbanyak kolaborasi dan kerjasama sehingga kesuksesan dapat kita raih secara bersama-sama.  

 

Ada fenomena menarik yang terjadi di grup-grup kolaborasi menulis yang saya ikuti. Di salah satu grup kolaborasi menulis, awalnya banyak orang yang bergabung di grup menulis tersebut. Tetapi seiring berjalannya waktu, satu persatu anggota grup keluar. Saya kurang tahu apa motif awal mereka bergabung di grup menulis dan apa alasan mereka kemudian keluar dari grup. Tetapi menurut analisis saya, kemungkinan mereka keluar dari grup karena mereka tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan. Mungkin mereka awalnya berharap bahwa setelah bergabung di grup menulis tersebut mereka akan dapat belajar menulis. Saya berpikiran positif bahwa mereka yang keluar tersebut adalah orang-orang yang punya semangat tinggi ingin belajar menulis. Sehingga ketika beberapa waktu bergabung di grup tidak mendapatkan apa yang dicari, maka mereka memutuskan keluar dari grup.

 

Jikaa dugaan saya tersebut benar, berarti telah terjadi kekeliruan sebagian anggota grup dalam memahami tujuan pembentukan grup kolaborasi menulis tersebut. Grup kolaborasi menulis tersebut memang sengaja dibentuk untuk mewadahi orang-orang yang bersedia menulis bersama dalam satu buku antologi dan memudahkan dalam menjalin komunikasi antar penulis. Maka jika tujuan sebagian orang bergabung di grup untuk belajar menulis, maka mereka salah masuk grup. Kadang terjadi ada seseorang yang memutuskan bergabung dengan sebuah grup atau komunitas tertentu tanpa terlebih dahulu mencari informasi tentang grup tersebut.  

 

Fenomena yang terjadi di grup menulis lain adalah ada beberapa orang yang terlambat mengirimkan artikel tulisannya ke panitia atau bahkan ada yang tidak mengirimkan artikel sama sekali hingga batas waktu yang telah ditetapkan panitia. Padahal semula mereka bergabung di grup tersebut atas inisiatif sendiri. Mereka sendiri lah yang memilih tema tulisan yang disediakan panitia untuk mereka tulis. Tetapi ketika mendekati batas waktu pengumpulan artikel tulisan, ternyata ada beberapa anggota yang terlambat mengirimkan artikel tulisan dan bahkan ada yang tidak mengirimkan artikel tulisan meskipun telah ditunggu beberapa hari atau diberikan kelonggaran tambahan waktu. Sikap beberapa anggota tersebut jelas menghambat proses penerbitan buku karena jadwal penerbitan buku menjadi tidak tepat waktu sesuai rencana awal. Perbuatan sebagian anggota grup yang tidak disiplin waktu dan kurang komitmen menulis telah menyebabkan penulis lain yang disiplin mengumpulkan artkel tulisan menjadi dirugikan, yaitu berupa keterlambatan proses penerbitan buku.

 

Demikianlah contoh fenomena yang terjadi di grup menulis yang saya ikuti. Ternyata semangat saja tidak cukup untuk mampu menyelesaikan sebuah tulisan tepat waktu, tetapi juga perlu memiliki komitmen tinggi untuk menyelesaikan tulisan. Jadi semangat, disiplin, dan komitmen diri sangat diperlukan untuk menjadi seorang penulis. Tanpa memiliki komitmen diri yang kuat, maka seseorang yang mahir menulis pun bisa mungkin tidak mampu menyelesaikan tulisannya karena adanya faktor-faktor lain yang menghambat. []

 

Sumber Referensi

[1] A. Pribadi, “Menulis Untuk Penyembuhan Diri,” KOMPASIANA, May 18, 2012. https://www.kompasiana.com/aguspribadi1978/55107337813311aa39bc64a6/menulis-untuk-penyembuhan-diri (accessed Nov. 18, 2020).

[2]   R. Restak, Smart and Smarter : Cara-cara Melatih Otak Agar Kita Menjadi Lebih Pintar dan Tetap Pintar [Terjemahan dari buku Mozart’s Brain and The Fighter Pilot : Unleashing Your Brain’s Potential]. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005.

 

Gumpang Baru, 18 November 2020

 

_______________________

*) Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan lebih dari 30 judul buku,  Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2, dan Trainer MindMap tersertifikasi ThinkBuzan iMindMap Leader dan Indomindmap Certified Trainer-ICT. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat diakses di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website https://sahabatpenakita.id dan blog https://sharing-literasi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Postingan Populer