Powered By Blogger

Minggu, 22 November 2020

DI BALIK KESEDERHANAAN DAN SIKAP TAWADHU’NYA SANTRI : Mengintip Sisi Spiritualitas dan Jiwa Enterpreneurship Dunia Pesantren

 

Sumber gambar : Indahnya Berkehidupan ala Santri - Islam Santun

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Jika kita mendengar kata “Pondok Pesantren”, mungkin yang terbayang adalah orang-orang yang sedang belajar agama Islam. Wajah mereka penuh dengan pancaran aura kebersihan dan kesucian hati. Perilaku mereka mencerminkan orang-orang yang berhati emas. Mereka memakai pakaian yang mencerminkan jati diri seorang muslim/muslimah. Yang muslim memakai peci, baju koko, dan bersarung, sedangkan yang muslimah memakai pakaian yang tidak menunjukkan lekuk-lekuk tubuh dan berhijab. Ah, membayangkan berada di antara mereka betapa tenang dan bahagianya hati ini. Bisa berada bersama sesama muslim/muslimah yang meng-Agungkan nama Allah swt dan mengidolakan Rasulullah saw adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Ya, mungkin seperti itulah yang kita bayangkan tentang kehidupan santriwan/santriwati di pondok pesantren.

 

Di dalam buku “Bilik-Bilik Pesantren : Sebuah Potret Perjalanan (Paramadina, 1997), Nurchlis Madjid menjelaskaskan bahwa Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan Pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau. Sedangkan Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya “Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai” (LP3S, 1983), mengatakan bahwa Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 

Pondok pesantren memang merupakan suatu tempat di mana orang-orang menuntut ilmu agama. Di pondok pesantren biasanya terdapat seorang kyai yang menjadi pimpinan pondok untuk mengajar para santri. Di situs wikipedia dijelaskan sejarah umum pondok pesantren. Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal ke mana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo (https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren).

 

Seiring perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan umum, kini banyak pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum dalam pesantren. Dari kondisi ini lah kemudian muncul istilah Pesantren Salaf dan Pesantren Modern. Pesantren salaf adalah pesantren yang murni hanya mengajarkan pendidikan agama Islam saja sedangkan pesantren modern   di samping mengajarkan pendidikan agama Islam juga mengajarkan pendidikan umum, di mana persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika, kimia, biologi dan lainnya).

 

Kehidupan pesantren memang identik dengan kehidupan yang sederhana. Sikap-sikap yang menonjol yang ditampakkan oleh para penghuni pondok pesantren adalah sikap-sikap akhlakul karimah seperti sikap hidup sederhana, sikap tawadhu’ atau rendah hati, sikap toleransi, sikap kepedulian sosial yang tinggi, kepedulian terhadap sesama makhluk Tuhan, dan sikap-sikap mulia lainnya. Sikap-sikap mulia tersebut memang diajarkan dan dicontohkan oleh kyai pengasuh pondok pesantren agar para santri kelak menjadi pribadi-pribadi yang berakhlakul karimah.

 

Di pondok pesantren, para santri selain diajarkan ilmu tentang agama Islam, mereka juga diajarkan oleh kyai tentang ilmu kehidupan. Para santri diajarkan ilmu tentang bagaimana mereka nanti dapat hidup rukun dan harmonis dengan masyarakat di sekitarnya. Para santri diajarkan ilmu tentang bagaimana mereka nanti mampu mengimplementasikan ilmu-ilmu agamanya dalam kehidupan mereka. Para santri diajarkan ilmu tentang bagaimana mereka nanti dapat bertahan hidup di tengah persaingan yang begitu ketatnya. Jadi, di pondok pesantren para santri dididik, dibina, dilatih dan digembleng dengan sistem pendidikan yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh kyai pengasuh pondok pesantren agar kelak mereka memiliki jiwa yang tangguh dan sikap mental positif.

 

Penanaman nilai-nilai spiritual dalam diri para santri diharapkan mampu membangkitkan energi positif pada setiap diri santri sehingga mereka kelak dapat survive dalam  menjalani roda kehidupan. Internalisasi nilai-nilai spiritual dalam diri setiap santri diharapkan mampu mendorong munculnya sikap mental positif dalam kehidupan mereka, termasuk juga dalam hal ekononomi. Penanaman nilai-nilai spiritual dalam diri setiap santri diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan jiwa enterpreneurship para santri. Dengan bekal ilmu agamanya yang mengajarkan bahwa muslim/muslimah yang kuat (fisik, intelektual maupun ekonomi) adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah swt dibandingkan muslim/muslimah yang lemah, diharapkan mampu memotivasi para santri untuk memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja, berkarier, menjalani profesi, dan meningkatkan taraf kehidupannya.

 

Penanaman nilai-nilai spiritual selama di pondok pesantren diharapkan mampu membangkitkan jiwa kemandirian ekonomi santri. Jiwa kemandirian ekonomi yang tinggi yang dibalut dengan sikap tawadhu’ dan tawakal merupakan cerminan sosok muslim/muslimah yang diharapkan. Apakah penanaman nilai-nilai spiritual memang ada korelasinya dengan sikap kemandirian ekonomi? Ternyata pemikiran seperti ini tidak hanya teoritis saja. Terdapat bukti ilmiah yang mendukung kebenaran pemikiran tersebut. Seorang peneliti yang bernama Rizal Muttaqin (2010) melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Peran pondok pesantren terhadap kemandirian ekonomi santri dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya : Studi kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung”. Salah satu hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel motivasi spiritual (motivasi akidah, motivasi ibadah dan motivasi muamalah) dengan variabel kemandirian ekonomi santri. Artinya, apabila motivasi spiritual santri tinggi, maka tingkat kemandirian ekonomi santri akan semakin tinggi pula (http://etd.repository.ugm.ac.id). Hasil penelitian Rizal Muttaqin tersebut telah membuktikan secara ilmiah bahwa sisi spiritual berkorelasi dengan sisi enterpreneurship. Artinya, penanaman nilai-nilai spiritualisme pada santri melalui metode pembelajaran yang tepat dan mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna akan mampu meningkatkan jiwa kemandirian ekonomi santri.  

 

Kelak setelah menamatkan pendidikannya di pondok pesantren, walaupun para santri nantinya mungkin ada yang menjalani profesi yang tidak terkait agama, maksudnya tidak menjadi da’i, ustadz, kyai ataupun penceramah tetapi menjalani profesi lain seperti guru, dosen, pengusaha, pegawai, pedagang dan lain-lain, diharapkan mereka dalam menjalankan profesi-profesinya tersebut tetap diwarnai dengan sikap-sikap atau karakter akhlakul karimah. Tidak masalah apapun profesinya, yang terpenting ciri seorang santri tidak hilang. Segala tindak tanduknya mencerminkan sosok orang yang mengetahu ilmu agama dan mengetahui  bagaimana hidup sesuai tuntunan ajaran agama. []

 

 

_______________________

*) Agung Nugroho Catur Saputro,S.Pd.,M.Sc., ICT staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan lebih dari 30 judul buku,  Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2, serta Trainer MindMap tersertifikasi ThinkBuzan iMindMap Leader dan Indomindmap Certified Trainer-ICT. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat diakses di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, Website : https://sahabatpenakita.id dan Blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Postingan Populer