Sumber gambar : Indahnya Berkehidupan ala Santri - Islam Santun |
Oleh :
Agung Nugroho
Catur Saputro
Jika kita mendengar kata “Pondok
Pesantren”, mungkin yang terbayang adalah orang-orang yang sedang belajar agama
Islam. Wajah mereka penuh dengan pancaran aura kebersihan dan kesucian hati.
Perilaku mereka mencerminkan orang-orang yang berhati emas. Mereka memakai
pakaian yang mencerminkan jati diri seorang muslim/muslimah. Yang muslim
memakai peci, baju koko, dan bersarung, sedangkan yang muslimah memakai pakaian
yang tidak menunjukkan lekuk-lekuk tubuh dan berhijab. Ah, membayangkan berada
di antara mereka betapa tenang dan bahagianya hati ini. Bisa berada bersama
sesama muslim/muslimah yang meng-Agungkan nama Allah swt dan mengidolakan
Rasulullah saw adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Ya, mungkin seperti itulah
yang kita bayangkan tentang kehidupan santriwan/santriwati di pondok pesantren.
Di dalam buku “Bilik-Bilik Pesantren : Sebuah Potret
Perjalanan (Paramadina, 1997), Nurchlis Madjid menjelaskaskan bahwa Pondok Pesantren merupakan dua istilah
yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren
menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan Pondok berarti rumah atau tempat
tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan
Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal
dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau
disebut surau. Sedangkan Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya “Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan
Hidup Kyai” (LP3S, 1983), mengatakan bahwa Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para
siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal
dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam
kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan
kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk
dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Pondok pesantren memang
merupakan suatu tempat di mana orang-orang menuntut ilmu agama. Di pondok
pesantren biasanya terdapat seorang kyai yang menjadi pimpinan pondok untuk
mengajar para santri. Di situs wikipedia dijelaskan sejarah umum pondok
pesantren. Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama
kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah
inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman
dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang
terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan
dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap
tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan
sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan
sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah
pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan
pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal ke mana-mana, contohnya
seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo (https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren).
Seiring perkembangan zaman
dan tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan umum, kini
banyak pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum dalam
pesantren. Dari kondisi ini lah kemudian muncul istilah Pesantren Salaf dan Pesantren
Modern. Pesantren salaf adalah
pesantren yang murni hanya mengajarkan pendidikan agama Islam saja
sedangkan pesantren modern di samping mengajarkan pendidikan agama
Islam juga mengajarkan pendidikan umum, di mana persentase ajarannya lebih
banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika,
kimia, biologi dan lainnya).
Kehidupan pesantren memang identik
dengan kehidupan yang sederhana. Sikap-sikap yang menonjol yang ditampakkan
oleh para penghuni pondok pesantren adalah sikap-sikap akhlakul karimah seperti
sikap hidup sederhana, sikap tawadhu’ atau rendah hati, sikap toleransi, sikap
kepedulian sosial yang tinggi, kepedulian terhadap sesama makhluk Tuhan, dan
sikap-sikap mulia lainnya. Sikap-sikap mulia tersebut memang diajarkan dan
dicontohkan oleh kyai pengasuh pondok pesantren agar para santri kelak menjadi
pribadi-pribadi yang berakhlakul karimah.
Di pondok pesantren, para
santri selain diajarkan ilmu tentang agama Islam, mereka juga diajarkan oleh
kyai tentang ilmu kehidupan. Para santri diajarkan ilmu tentang bagaimana
mereka nanti dapat hidup rukun dan harmonis dengan masyarakat di sekitarnya. Para
santri diajarkan ilmu tentang bagaimana mereka nanti mampu mengimplementasikan
ilmu-ilmu agamanya dalam kehidupan mereka. Para santri diajarkan ilmu tentang bagaimana
mereka nanti dapat bertahan hidup di tengah persaingan yang begitu ketatnya. Jadi,
di pondok pesantren para santri dididik, dibina, dilatih dan digembleng dengan
sistem pendidikan yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh kyai pengasuh
pondok pesantren agar kelak mereka memiliki jiwa yang tangguh dan sikap mental
positif.
Penanaman nilai-nilai
spiritual dalam diri para santri diharapkan mampu membangkitkan energi positif
pada setiap diri santri sehingga mereka kelak dapat survive dalam menjalani roda kehidupan. Internalisasi
nilai-nilai spiritual dalam diri setiap santri diharapkan mampu mendorong
munculnya sikap mental positif dalam kehidupan mereka, termasuk juga dalam hal
ekononomi. Penanaman nilai-nilai spiritual dalam diri setiap santri diharapkan
dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan jiwa enterpreneurship para santri. Dengan
bekal ilmu agamanya yang mengajarkan bahwa muslim/muslimah yang kuat (fisik,
intelektual maupun ekonomi) adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah swt
dibandingkan muslim/muslimah yang lemah, diharapkan mampu memotivasi para
santri untuk memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja, berkarier, menjalani
profesi, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
Penanaman nilai-nilai
spiritual selama di pondok pesantren diharapkan mampu membangkitkan jiwa kemandirian ekonomi santri. Jiwa
kemandirian ekonomi yang tinggi yang dibalut dengan sikap tawadhu’ dan tawakal
merupakan cerminan sosok muslim/muslimah yang diharapkan. Apakah penanaman
nilai-nilai spiritual memang ada korelasinya dengan sikap kemandirian ekonomi? Ternyata
pemikiran seperti ini tidak hanya teoritis saja. Terdapat bukti ilmiah yang
mendukung kebenaran pemikiran tersebut. Seorang peneliti yang bernama Rizal
Muttaqin (2010) melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Peran pondok pesantren terhadap kemandirian ekonomi santri dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya : Studi kasus Pondok Pesantren
Al-Ittifaq Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung”. Salah satu hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara variabel motivasi spiritual
(motivasi akidah, motivasi ibadah dan motivasi muamalah) dengan variabel
kemandirian ekonomi santri. Artinya, apabila motivasi spiritual santri tinggi,
maka tingkat kemandirian ekonomi santri akan semakin tinggi pula (http://etd.repository.ugm.ac.id). Hasil penelitian Rizal Muttaqin tersebut telah membuktikan
secara ilmiah bahwa sisi spiritual berkorelasi dengan sisi enterpreneurship.
Artinya, penanaman nilai-nilai spiritualisme pada santri melalui metode
pembelajaran yang tepat dan mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna
akan mampu meningkatkan jiwa kemandirian ekonomi santri.
Kelak setelah menamatkan
pendidikannya di pondok pesantren, walaupun para santri nantinya mungkin ada
yang menjalani profesi yang tidak terkait agama, maksudnya tidak menjadi da’i,
ustadz, kyai ataupun penceramah tetapi menjalani profesi lain seperti guru,
dosen, pengusaha, pegawai, pedagang dan lain-lain, diharapkan mereka dalam
menjalankan profesi-profesinya tersebut tetap diwarnai dengan sikap-sikap atau
karakter akhlakul karimah. Tidak masalah apapun profesinya, yang terpenting
ciri seorang santri tidak hilang. Segala tindak tanduknya mencerminkan sosok
orang yang mengetahu ilmu agama dan mengetahui bagaimana hidup sesuai tuntunan ajaran agama. []
_______________________
*)
Agung Nugroho Catur Saputro,S.Pd.,M.Sc., ICT staff pengajar di Program Studi
Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional
bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI
(2007), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi
yang telah menerbitkan lebih dari 30 judul buku, Konsultan penerbitan
buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2,
serta Trainer MindMap tersertifikasi ThinkBuzan iMindMap Leader dan Indomindmap Certified
Trainer-ICT. Penulis dapat dihubungi melalui
nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat
diakses di akun
Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, Website :
https://sahabatpenakita.id dan Blog : https://sharing-literasi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar