Sumber Gambar : https://www.employeehandbooks911.com/indikator-dan-faktor-yang-mempengaruhi-kualitas-kerja-karyawan/ |
PENGARUH PUASA TERHADAP KUALITAS KERJA
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Setiap orang pasti memiliki kebutuhan
dalam kehidupannya, mulai dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, kebutuhan
tersier, dan lain sebagainya hingga kebutuhan-kebutuhan pendukung aktivitas
sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang jumlah dan jenisnya
beraneka ragam tersebut, setiap orang membutuhkan uang untuk membeli segala
keperluan hidupnya. Dan untuk memperoleh uang setiap orang harus bekerja. Bekerja
adalah satu-satunya cara seseorang agar mendapatkan uang, baik bekerja untuk
orang lain maupun bekerja dengan membuka usaha sendiri. Intinya adalah setiap
orang harus memiliki pekerjaan yang produktif agar mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri maupun kebutuhan hidup keluarganya.
Dalam melakukan pekerjaan, setiap orang
dituntut untuk focus pada pekerjaannya dan melakukannya dengan penuh tanggung
jawab. Seseorang yang tidak focus pada apa yang dikerjakannya pasti akan
menghasilkan hasil yang kurang maksimal dan bisa juga hasil pekerjaannya akan
mengecewakan dan menimbulkan kerugian. Dalam bekerja juga dituntut untuk selalu
meningkatkan kualitas, baik kualitas kerjanya maupun kualitas hasil kerja. Setiap
orang harus berorientasi process oriented, bukan hanya product oriented. Mengapa
demikian? Karena jika prosesnya baik, maka pasti hasilnya juga baik. Tetapi
sebaliknya, jika yang penting hasilnya baik, maka boleh jadi prosesnya tidak
baik karena dilakukan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dan melanggar
aturan.
Sebagai contoh sederhana pada pada siswa
sekolah. Jika seorang siswa berorientasi process oriented, maka ia akan belajar
dengan giat dan rajin agar nilai ujiannya bagus. Ia akan berusaha belajar
dengan giat dan bahkan menambah porsi waktu belajarnya dengan tujuan agar mampu
mengerjakan soal-soal ujian dengan lancer dan hasil ujiannya maksimal. Sebaliknya,
siswa yang berorientasi hanya product oriented, maka boleh jadi ia akan
melakukan tindakan curang untuk mendapatkan nilai ujian yang bagus, seperti
mencotek, bekerja sama dengan temannya waktu ujian, menggunakan joki ketika
ujian, dan lain sebagainya. Siswa yang hanya berpikir product oriented akan
berusaha sekuat tenaga untuk melakukan apapun, tidak memperdulikan caranya itu
benar atau tidak, tidak peduli caranya itu sesuai aturan atau melanggar aturan,
yang dia pikirkan hanyalah bagaimana caranya hasil ujiannya bagus. Seorang siswa
product oriented tidak memikirkan bahwa tindakan berlaku curang itu tidak akan
membawa manfaat pada dirinya di masa depan, bahkan boleh jadi malah akan
merusak nama baik dan masa depannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara yang
curang suatu saat pasti akan merugikan dirinya sendiri.
Demikian pula halnya dengan puasa. Puasa
merupakan jenis amaliah ibadah yang berorientasi process oriented. Hasil dari
pelaksanaan ibadah puasa Ramadan adalah mencapai derajat muttaqin (menjadi
orang bertakwa). Derajat muttaqin tidak mudah didapatkan oleh setiap orang yang
berpuasa. Mengapa? Karena derajat muttaqin hanya akan diperoleh oleh orang yang
menjalankan puasanya dengan niat ikhlas lillahi ta’ala, memenuhi rukun dan
syarat sah puasa, dan berdampak positif terhadap kesalihan sosial. Puasa yang
mampu menghantarkan pelakunya mencapai derajat muttaqin adalah puasa yang
berorientasi process oriented.
Puasa yang mendapatkan derajat muttaqin
bukan hanya sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri
sejak dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa yang hanya berada
pada level menahan diri jasmani dari pemenuhan kebutuhan jasmani pula adalah
tingkatan puasanya orang awam. Sedangkan tujuan puasa jauh lebih tinggi dari
sekadar menahan rasa lapar dan haus, melainkan juga menahan rohani dari
keinginan-keinginan negatif yang mampu mengotori hati dan jiwa, dan juga mampu
membentuk kepribadian yang shaleh dan memiliki rasa empati pada sesama.
Puasa yang mampu membentuk pelakunya
memiliki sifat-sifat orang shaleh dan memiliki kepribadian yang baik yang
tercermin dari perubahan dirinya menjadi orang yang berakhlak mulia, berbudi
luhur, peduli dan empati pada sesame, berorientasi kebaikan, dan meningkat
amalan ibadahnya kepada Allah Swt dengan diiringi peningkatan derajat
keikhlasannya, adalah puasa yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Hanya
orang-orang yang terpilih saja yang akan mampu meraih derajat tinggi tersebut. Siapakah
orang yang memperoleh derajat muttaqin tersebut? Apakah kita termasuk golongan
tersebut? Semoga saja kita termasuk hamba-hamba Allah Swt yang mencapai derajat
muttaqin melalui pelaksanaan ibadah puasa Ramadan tahun ini. Amin.
Puasa derajatnya orang muttaqin tidak
akan hanya sekadar mampu menahan dirinya dari makan, minum, dan kebutuhan
jasmani lainnya, tetapi harus juga berdampak pada peningkatan kualitas
kehidupan, terutama kualitas kerja. Mengapa puasa harus berkaitan dengan
kualitas pekerjaan? Karena puasa itu tidak hanya berorientasi kebutuhan kehidupan
akhirat saja, melainkan juga berorientasi pada kebutuhan kehidupan duniawi. Orang
yang berpuasa itu tetap harus berbuka dengan makanan dan minuman, juga
disunnahkan untuk makan sahur karena di dalam makan sahur terkandung keberkahan
dari Allah Swt. Dengan alur berpikir seperti ini, maka ketika seseorang
berpuasa ia juga harus tetap memenuhi kebutuhan jasmani duniawi.
Karena puasa adalah ibadah yang memiliki
keistimewaan tersendiri di hadapan Allah Swt, maka seyogyanya ibadah puasa yang
dijalani juga harus mampu memperbaiki kualitas diri menjadi pribadi yang lebih
baik dan meningkatkan kualitas kinerja sehingga kehidupan duniawi juga semakin
baik. Spirit puasa yang kita jalankan harus mampu meningkatkan pola kerja
dan level kinerja kita menjadi semakin tinggi. Setujukah
Anda dengan pemikiran seperti ini? Silakan dipikirkan! [].
Gumpang Baru, 09 Ramadan 1442 H (21 April 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar