Sumber Gambar : https://m.lampost.co/berita-saudara.html |
PUASA DAN MAKNA PERSAUDARAAN
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Di dunia ini ada beragam jenis
persaudaraan. Ada persaudaraan yang terjalin karena kesamaan keturunan yaitu
berasal dari ayah dan ibu yang sama. Persaudaraan jenis ini kita sebut saudara
kandung karena berasal dari rahim kandungan yang sama. Ada persaudaraan yang
terjalin karena kesamaan asal daerah. Ada persaudaraan karena kesamaan bangsa
atau Negara. Ada persaudaraan karena kesamaan ras dan suku. Ada juga
persaudaraan karena kesamaan agama atau keyakinan. Ada pula persaudaraan karena
persamaan nasib. Semua jenis persaudaraan tersebut bertujuan baik, yaitu
mengadakan ikatan kekeluargaan dan saling tolong-menolong.
Dari berbagai jenis persaudaraan di atas,
jenis persaudaraan yang manakah yang akan kekal sampai ke akhirat kelak? Jenis
persaudaraan apakah yang dapat menolong dan menyelamatkan saudaranya nanti
ketika hari pembalasan? Pertanyaan seperti ini harus menjadi renungan dan
pemikiran kita agar kita mampu mewujudkan jenis persaudaraan tersebut sehingga
ketika nanti di hari akhir kita dapat saling tolong-menolong. Jenis persaudaraan
yang kekal sampai nanti di kehidupan akhirat inilah yang sebenarnya
persauadaraan, jenis persaudaraan inilah yang dinamakan persaudaraan yang
hakiki. Jenis persaudaraan hakiki inilah yang harus kita pertahankan dan kita
perjuangkan agar jangan sampai putus silaturahimnya.
Di antara berbagai jenis persaudaraan di atas, jenis
persaudaraan yang benar-benar bertahan lama hingga nanti hari akhir adalah
persaudaraan yang terjalin karena persamaan akidah dan keimanan. Persaudaraan yang
dibangun dari persamaan akidah dan keimanan adalah jenis persaudaraan yang akan
mampu bertahan sampai hari akhir dan bermanfaat. Persaudaraan karena persamaan
akidah dan keimanan dapat terjadi pada siapa saja, bisa pada sesame saudara
kandung, bisa saudara satu rumah, bisa sesame teman bermain, bisa sesame kolega
di tempat kerja, dan bahkan bisa dengan orang lain yang tidak saling kenal. Mengapa
persaudaraan akidah dan keimanan dapat terbentuk dari siapa pun? Karena jenis
persaudaraan ini disatukan menurut kesamaan akidah dan keimanannya.
Di hari pembalasan nanti, setiap orang
akan dikumpulkan bersama orang-orang yang memiliki akidah dan keimanan yang
sama. Walaupun dulu waktu di dunia adalah saudara sekandung, tetapi jika akidah
dan keimanannya berbeda, maka di hari akhir ini mereka akan berpisah tempat. Jadi
dasar pengelompokkan manusia di hari kiamat nanti adalah berdasarkan akidah dan
keimanan. Orang yang beriman akan bersatu dan berkelompok dengan sesame orang
yang beriman. Sedangkan orang yang tidak beriman juga akan berkumpul dengan
orang-orang yang tidak beriman. Orang-orang yang beriman akan hidup bersama di surge
yang penuh dengan kenikmatan, sedangkan orang-orang yang tidak beriman akan
ditempatkan di neraka yang penuh dengan siksaan yang pedih. Jadi setiap orang
di akhirat nanti akan mengunduh hasil perbuatannya sendiri selama hidup di
dunia dan akan berkumpul bersama orang-orang yang seiman.
Puasa Ramadan yang sedang kita jalankan
sekarang ini adalah jenis ibadah yang mengajarkan kita arti persaudaraan yang
sebenarnya. Sesame orang yang berpuasa adalah saudara seiman. Sesame orang yang
menjalankan ibadah adalah saudara seiman. Sesame orang yang sholat adalah
saudara seiman. Oleh karena itu, janganlah kita saling mengejek dan merendahkan
amal ibadah saudara seiman kita walau terkesan cara beribadanya berbeda. Misalnya,
ada saudara seiman yang sholat shubuhnya memakai doa qunut dan ada yang tidak. Maka orang Islam yang mengerjakan
qunut dan yang tidak janganlah saling bermusuhan karena hakikatnya mereka
adalah saudara seiman karena sama-sama beriman kepada Allah Swt. buktinya apa
kalau mereka sama imannya? Buktinya adalah mereka semua mengerjakan sholat
Shubuh yang merupakan salah satu sholat fardhu yang wajib ‘ain hukumnya bagi
setiap muslim dan muslimat yang telah baligh.
Demikianlah seharusnya kita bertindak
dan bersikap dalam menanggapi adanya perbedaan dalam cara mengaktualisasikan
diri dalam mengabdi dan menyembah Allah Swt. Kita tidak perlu mempermasalahkan
mana ibadah yang benar karena yang menilai ibadah kita adalah Allah Swt. justru
yang terpenting adalah kita tingkatkan rasa persaudaraan karena persamaan
akidah dan keimanan. Walaupun berbeda dalam cara mengerjakan sholat, di akhirat
nanti mereka akan dipersatukan dengan kita yang juga mengerjakan sholat. Jadi,
buat apa kita bertengkar dan berselisih paham pada hal-hal yang bukan domain kita.
Ibadah itu adalah domainnya Allah Swt. biarkan Allah Swt sendiri yang akan
menilai ibadah siapa yang diridhainya. Tugas kita selaku hamba adalah beribadah
dengan ikhlas dan menjalankan kehidupan
sesuai rambu-rambu yang diajarkan dalam tuntunan beragama. []
Gumpang Baru, 15 Ramadan 1442 H (27
April 2021)
*) Tulisan dalam artikel ini adalah
pendapat pribadi penulisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar