Powered By Blogger

Kamis, 29 April 2021

PUASA DAN MAKNA PERSAUDARAAN

 

Sumber Gambar : https://m.lampost.co/berita-saudara.html


PUASA DAN MAKNA PERSAUDARAAN

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Di dunia ini ada beragam jenis persaudaraan. Ada persaudaraan yang terjalin karena kesamaan keturunan yaitu berasal dari ayah dan ibu yang sama. Persaudaraan jenis ini kita sebut saudara kandung karena berasal dari rahim kandungan yang sama. Ada persaudaraan yang terjalin karena kesamaan asal daerah. Ada persaudaraan karena kesamaan bangsa atau Negara. Ada persaudaraan karena kesamaan ras dan suku. Ada juga persaudaraan karena kesamaan agama atau keyakinan. Ada pula persaudaraan karena persamaan nasib. Semua jenis persaudaraan tersebut bertujuan baik, yaitu mengadakan ikatan kekeluargaan dan saling tolong-menolong.

 

Dari berbagai jenis persaudaraan di atas, jenis persaudaraan yang manakah yang akan kekal sampai ke akhirat kelak? Jenis persaudaraan apakah yang dapat menolong dan menyelamatkan saudaranya nanti ketika hari pembalasan? Pertanyaan seperti ini harus menjadi renungan dan pemikiran kita agar kita mampu mewujudkan jenis persaudaraan tersebut sehingga ketika nanti di hari akhir kita dapat saling tolong-menolong. Jenis persaudaraan yang kekal sampai nanti di kehidupan akhirat inilah yang sebenarnya persauadaraan, jenis persaudaraan inilah yang dinamakan persaudaraan yang hakiki. Jenis persaudaraan hakiki inilah yang harus kita pertahankan dan kita perjuangkan agar jangan sampai putus silaturahimnya.

 

Di antara berbagai  jenis persaudaraan di atas, jenis persaudaraan yang benar-benar bertahan lama hingga nanti hari akhir adalah persaudaraan yang terjalin karena persamaan akidah dan keimanan. Persaudaraan yang dibangun dari persamaan akidah dan keimanan adalah jenis persaudaraan yang akan mampu bertahan sampai hari akhir dan bermanfaat. Persaudaraan karena persamaan akidah dan keimanan dapat terjadi pada siapa saja, bisa pada sesame saudara kandung, bisa saudara satu rumah, bisa sesame teman bermain, bisa sesame kolega di tempat kerja, dan bahkan bisa dengan orang lain yang tidak saling kenal. Mengapa persaudaraan akidah dan keimanan dapat terbentuk dari siapa pun? Karena jenis persaudaraan ini disatukan menurut kesamaan akidah dan keimanannya.

 

Di hari pembalasan nanti, setiap orang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang memiliki akidah dan keimanan yang sama. Walaupun dulu waktu di dunia adalah saudara sekandung, tetapi jika akidah dan keimanannya berbeda, maka di hari akhir ini mereka akan berpisah tempat. Jadi dasar pengelompokkan manusia di hari kiamat nanti adalah berdasarkan akidah dan keimanan. Orang yang beriman akan bersatu dan berkelompok dengan sesame orang yang beriman. Sedangkan orang yang tidak beriman juga akan berkumpul dengan orang-orang yang tidak beriman. Orang-orang yang beriman akan hidup bersama di surge yang penuh dengan kenikmatan, sedangkan orang-orang yang tidak beriman akan ditempatkan di neraka yang penuh dengan siksaan yang pedih. Jadi setiap orang di akhirat nanti akan mengunduh hasil perbuatannya sendiri selama hidup di dunia dan akan berkumpul bersama orang-orang yang seiman.

 

Puasa Ramadan yang sedang kita jalankan sekarang ini adalah jenis ibadah yang mengajarkan kita arti persaudaraan yang sebenarnya. Sesame orang yang berpuasa adalah saudara seiman. Sesame orang yang menjalankan ibadah adalah saudara seiman. Sesame orang yang sholat adalah saudara seiman. Oleh karena itu, janganlah kita saling mengejek dan merendahkan amal ibadah saudara seiman kita walau terkesan cara beribadanya berbeda. Misalnya, ada saudara seiman yang sholat shubuhnya memakai doa qunut dan ada yang  tidak. Maka orang Islam yang mengerjakan qunut dan yang tidak janganlah saling bermusuhan karena hakikatnya mereka adalah saudara seiman karena sama-sama beriman kepada Allah Swt. buktinya apa kalau mereka sama imannya? Buktinya adalah mereka semua mengerjakan sholat Shubuh yang merupakan salah satu sholat fardhu yang wajib ‘ain hukumnya bagi setiap muslim dan muslimat yang telah baligh.

 

Demikianlah seharusnya kita bertindak dan bersikap dalam menanggapi adanya perbedaan dalam cara mengaktualisasikan diri dalam mengabdi dan menyembah Allah Swt. Kita tidak perlu mempermasalahkan mana ibadah yang benar karena yang menilai ibadah kita adalah Allah Swt. justru yang terpenting adalah kita tingkatkan rasa persaudaraan karena persamaan akidah dan keimanan. Walaupun berbeda dalam cara mengerjakan sholat, di akhirat nanti mereka akan dipersatukan dengan kita yang juga mengerjakan sholat. Jadi, buat apa kita bertengkar dan berselisih paham pada hal-hal yang bukan domain kita. Ibadah itu adalah domainnya Allah Swt. biarkan Allah Swt sendiri yang akan menilai ibadah siapa yang diridhainya. Tugas kita selaku hamba adalah beribadah dengan  ikhlas dan menjalankan kehidupan sesuai rambu-rambu yang diajarkan dalam tuntunan beragama. []

 

 

Gumpang Baru, 15 Ramadan 1442 H (27 April 2021)

*) Tulisan dalam artikel ini adalah pendapat pribadi penulisnya.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer