Powered By Blogger

Kamis, 15 April 2021

PUASA DAN SIFAT WELAS ASIH

 

Sumber Gambar : https://sinarnurani.wordpress.com/2015/06/12/kata-perenungan-master-cheng-yen-908/

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan karena Islam diturunkan memang untuk manusia. Setiap aturan syariatnya sangat memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan. Sebagai misal dalam perintah ibadah puasa. Puasa dalam Islam berbeda dengan puasa di agama ataupun kepercayaan lain. Di Islam, puasa itu tidak memberatkan dan berada dalam batas kewajaran. Kata “tidak memberatkan” bukan berlaku secara individual, tetapi secara umum. Pelaksanaan puasa dalam ajaran Islam bisa dilakukan semua orang tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Selain itu, pelaksanaan puasa dalam Islam juga sangat memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan.

 

Puasa dalam Islam tidak melanggar batas-batas sifat kemanusiaan karena puasa dalam Islam bertujuan bukan untuk keperluan fisik jasmani (misal untuk memperoleh kekuatan tertentu)  melainkan untuk tujuan pembentukan akhlak dan karakter. Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 yang merupakan dasar dari kewajiban menjalankan puasa Ramadan ditegaskan bahwa tujuan akhir dari ibadah puasa Ramadan adalah agar menjadi orang yang muttaqin (orang yang bertakwa).

Firman Allah Swt.

“Yaa ayyuhallaziina aamanį»„ kutiba 'alaikumus-siyaamu kamaa kutiba 'alallaziina min qablikum la'allakum tattaquun.”

Artinya:

Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 183).

 

Inilah perbedaan pelaksanaan puasa dalam Islam dengan puasa di agama atau kepercayaan lain di luar Islam. Puasa itu untuk pembentukan sikap dan karakter, bukan untuk gaya-gayaan atau untuk tujuan agar tampak hebat atau kuat karena mampu tidak makan dan minum seharian. Puasa dalam Islam juga bukan untuk tujuan agar tercatat di buku rekor MURI atau bahkan dalam buku rekor dunia The Guinness Book of Records. Tidak sama sekali. Puasa dalam Islam memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu membentuk sosok manusia beriman yang berkarakter dan bermartabat yaitu memiliki kepribadian muttaqin.   

 

Puasa dalam agama Islam sangat memperhatikan batasan-batasan kemampuan manusia. Puasa dalam ajaran Islam bukan untuk menguji seberapa kuat umat Islam menahan rasa  lapar,  haus dan kebutuhan jasmani lainnya, melainkan untuk pembentukan karakter dan akhlak. Puasa dalam Islam bukan untuk mengukur seberapa kuat fisik jasmani seseorang, tetapi untuk melatih rasa empati dan welas asih seseorang agar memiliki jiwa yang lembut, peka terhadap kondisi orang lain, mudah tersentuh hatinya untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan, sensitif terhadap signal-signal dari sang khalik sehingga menjadi hamba-hamba yang berserah diri dan jauh dari sikap sombong dan membangga-banggakan diri.

 

Ketika kita berpuasa, sebenarnya yang sedang berlatih menahan diri bukan hanya jasmani saja tetapi juga psikis (rohani). Ketika kita sedang berpuasa, rohani kita dilatih atau digembleng agar   semakin peka terhadap lingkungan sosial sekitar dan hati kita semakin lembut dan dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang. Ramadhan artinya membakar, maka di bulan Ramadhan ini melalui pelaksanaan ibadah puasa kita belajar dan dilatih untuk membakar sifat-sifat angkuh dan sombong akibat merasa sudah punya segala kekayaan ataupun jabatan duniawi. Bulan Ramadhan bagaikan media simulasi bagi kita untuk berlatih dan menguji diri apakah tubuh kita ini didominasi unsur-unsur duniawi atau ukhrowi, apakah diri kita dominan berorientasi untuk tujuan dan kepentingan duniawi ataukah ukhrowi, dan sifat manakah yang mendominasi diri kita, apakah sifat sombong dan emosional ataukah sifat kasih sayang dan welas asih.

 

Puasa melalui merasakan rasa lapar dan haus serta badan yang lemah kurang berenergi mengajak kita untuk membangun sifat welas asih, cinta, dan kasih sayang kita pada sesama manusia. Sifat fitrah manusia yang berupa kebaikan yang sempat menghilang karena dampak pengaruh kehidupan duniawi akan dibangkitkan kembali agar mendominasi diri kita melalui merasakan penderitaan rasa lapar dan haus. Makan dan minum adalah kebutuhan dasar manusia, tanpa terpenuhinya dua kebutuhan vital tersebut, maka kehidupan seseorang pasti akan terganggu. Nah, puasa justru sesaat (sekitar 12 jam) mencegah atau menahan manusia dari memenuhi kebutuhan pentingnya tersebut. Tetapi keunikannya adalah puasanya orang Islam tidak akan sampai membuat kehilangan semangat hidupnya karena penderitaan yang dideritanya ketika berpuasa masih pada batas kewajaran. Di sinilah tampak sisi kemanusiaan di balik perintah puasa Ramadhan.

 

Sifat welas asih, kasih sayang dan cinta harus selalu dibangun di setiap diri. Kenikmatan duniawi terkadang mampu menggerus sifat-sifat kemanusiaan tersebut dan tergantikan oleh sifat-sifat keserakahan, kekejaman, kebengisan, dan kesombongan. Karena merasa sudah memiliki segalanya, mungkin berupa kekayaan yang melimpah ataupun jabatan yang tinggi, terkadang mampu membuat seseorang kehilangan sifat welas asih dan berubah menjadi sombong dan tidak berperikemanusiaan. Harta dan jabatan terkadang mampu mengubah seseorang yang tadinya berkepribadian lemah lembut dan penuh welas asih berubah seratus delapan puluh derajat menjadi berkepribadian lain yang sangat berbeda, ia menjadi orang sombong, congkak, angkuh, mudah merendahkan orang lain, merasa paling berharga, dan sifat buruk lainnya. Nah, melalui puasa kita disadarkan bahwa manusia itu hanyalah makhluk yang lemah, manusia adalah makhluk yang tidak mampu hidup sendirian tanpa bantuan dari pihak lain, dan manusia hanyalah makhluk ciptaan yang sangat bergantung pada kemurahan dan kasih sayang sang penciptanya. Melalui kesadaran tersebut, akan mampu mengembalikan manusia kepada fitrahnya dan menjadi hamba-hamba bertakwa sesuai tujuan penciptaannya. Wallahu a’lam bish-shawab. []

 

Gumpang Baru, 04 Ramadhan 1442 H (16 April 2021)

 

*) Tulisan dalam artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer