Powered By Blogger

Minggu, 25 April 2021

PUASA DAN KESADARAN KETUHANAN

 

Sumber Gambar : https://www.infobaru.id/2002/04/3000-gambar-allah-bersama-kita-hd-gratis.html


PUASA DAN KESADARAN KETUHANAN

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 


Setiap orang yang beriman harus meyakini bahwa Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Melihat. Apapun yang dilakukan makhluk-Nya pasti terlihat oleh-Nya, dan bahkan apa yang terbersit di dalam hati pun pasti diketahui-Nya. Kesadaran bahwa Allah Swt selalu membersamainya adalah derajat keimanan yang tinggi. Mengapa? Karena jika seseorang meyakini bahwa Allah Swt selalu bersamanya dan melihat apapun perbuatannya dan bahkan mengetahui apa yang ada di dalam isi hatinya, maka akan berdampak positif pada sikap hidupnya.

 

Sikap hidup orang yang menyadari kebersamaannya dengan Tuhan akan membuatnya selalu berorientasi kebajikan. Ia tidak akan punya pikiran atau niat untuk melakukan perbuatan yang melanggar aturan agama karena ia yakin Allah Swt pasti melihatnya. Orang yang demikian lah yang dikategorikan sebagai orang yang memiliki rasa malu. Ia malu melakukan perbuatan yang dilarang Allah Swt. ia malu mengotori hati dan jiwanya dengan pikiran-pikiran kotor dan penuh kesesatan. Ia malu dirinya melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan jalan hidup orang-orang shaleh. Baginya, hidupnya adalah untuk kebaikan dan pengabdian pada Allah Swt, Tuhan Penguasa seluruh alam semesta.

 

Malu harusnya ditujukan kepada Allah Swt. Malu kepada Allah Swt akan melahirkan sikap selalu berorientasi kepada kebaikan. Orang yang malu pada Allah Swt akan selalu memelihara dirinya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengotori diri dengan dosa-dosa. Orang yang memiliki rasa malu kepada Allah Swt akan berusaha sekuat tenaga untuk memelihara jiwa dan pikirannya dari potensi memiliki pikiran-pikiran negatif. Ia akan sangat berhat-hati dalam menjaga hati, jiwa, pikiran dan perbuatannya dari kemungkinan tercemari oleh pikiran dan perbuatan kotor yang tidak diridhai Allah Swt.

 

Orang yang mempunyai rasa mala adalah orang yang selalu ingat pada Allah Swt. Seseorang yang memiliki prinsip hidup “Allah Swt selalu bersama kita” dan “Allah Swt selalu melihat kita” akan membuat dirinya menjad orang yang selalu berorientasi kebaikan. Hidupnya akan selalu dipenuhi dengan perbuatan-perbuatan baik dan bermanfaat bagi sesame. Demikian mulianya kedudukan orang yang memiliki rasa malu kepada Allah Swt.

 

Puasa merupakan jenis ibadah wajib yang mengajarkan aspek kesadaran ketuhanan. Puasa adalah jenis ibadah yang sangat pribadi, hanya dia dan Allah Swt saja yang tahu. Tidak ada orang lain yang mengetahui secara pasti apakah seseorang itu berpuasa atau tidak. Bisa saja seseorang mengaku-aku puasa padahal tidak, dengan memperlihatkan kondisi badannya lemah dan kelaparan serta kehausan. Memang orang yang berpuasa akan merasakan lapar dan haus serta badannya lemah tidak berenergi, tetapi tanda-tanda seperti itu juga dialami atau ditunjukkan oleh orang-orang yang kelaparan. Maka secara pandangan fisik tidak ada perbedaan antara orang yang berpuasa dengan orang yang kelaparan.

 

Perbedaan pokok antara orang berpuasa dan orang kelaparan adalah niatnya. Orang yang kelaparan karena berpuasa memiliki niat menyengaja menahan rasa lapar dan haus karena menjalankan ibadah puasa, sedangkan orang yang kelaparan tidak memiliki niat ibadah dengan rasa lapar dan haus yang dirasakannya. Sedangkan niat itu yang tahu hanya orang yang bersangkutan dan Allah Swt. di sinilah terlihat jelas bahwa puasa itu adalah jenis ibadah yang sangat pribadi karena hanya orang yang menjalankannya dan Allah Swt saja yang mengetahuinya.

 

Orang yang berpuasa walaupun berada di tempat sepi dan tidak ada seorang pun yang melihatnya, dia tidak akan makan dan minum karena ia tahu itu akan membatalkan puasanya. Walaupun tidak seorang pun yang akan melihatnya, ia akan tetap berpuasa dan tidak makan maupun minum sebelum datang masuk waktu maghrib. Demikianlah puasa mampu membentuk sikap kejujuran pada pelakunya dan menumbuhkan kesadaran akan ketuhanan, yaitu keyakinan bahwa Allah Swt selalu membersamainya dan selalu mengawasinya. Dengan demikian, puasa adalah ibadah yang mengajak pelakunya pada sebuah kesadaran adanya pengawasan melekat pada dirinya oleh Allah Swt, Tuhan penguasa alam semesta yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui. Wallahu a’lam bish-shawab. []

 

Gumpang Baru, 13 Ramadan 1442 H (25 April 2021)

Tidak ada komentar:

Postingan Populer