Sumber Gambar : https://www.infobaru.id/2002/04/3000-gambar-allah-bersama-kita-hd-gratis.html |
PUASA DAN KESADARAN
KETUHANAN
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Setiap orang yang beriman harus meyakini
bahwa Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Melihat. Apapun yang dilakukan
makhluk-Nya pasti terlihat oleh-Nya, dan bahkan apa yang terbersit di dalam
hati pun pasti diketahui-Nya. Kesadaran bahwa Allah Swt selalu membersamainya
adalah derajat keimanan yang tinggi. Mengapa? Karena jika seseorang meyakini
bahwa Allah Swt selalu bersamanya dan melihat apapun perbuatannya dan bahkan
mengetahui apa yang ada di dalam isi hatinya, maka akan berdampak positif pada
sikap hidupnya.
Sikap hidup orang yang menyadari
kebersamaannya dengan Tuhan akan membuatnya selalu berorientasi kebajikan. Ia tidak
akan punya pikiran atau niat untuk melakukan perbuatan yang melanggar aturan
agama karena ia yakin Allah Swt pasti melihatnya. Orang yang demikian lah yang
dikategorikan sebagai orang yang memiliki rasa malu. Ia malu melakukan
perbuatan yang dilarang Allah Swt. ia malu mengotori hati dan jiwanya dengan
pikiran-pikiran kotor dan penuh kesesatan. Ia malu dirinya melakukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan jalan hidup orang-orang shaleh. Baginya, hidupnya
adalah untuk kebaikan dan pengabdian pada Allah Swt, Tuhan Penguasa seluruh
alam semesta.
Malu harusnya ditujukan kepada Allah
Swt. Malu kepada Allah Swt akan melahirkan sikap selalu berorientasi kepada
kebaikan. Orang yang malu pada Allah Swt akan selalu memelihara dirinya dari
melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengotori diri dengan dosa-dosa. Orang
yang memiliki rasa malu kepada Allah Swt akan berusaha sekuat tenaga untuk
memelihara jiwa dan pikirannya dari potensi memiliki pikiran-pikiran negatif.
Ia akan sangat berhat-hati dalam menjaga hati, jiwa, pikiran dan perbuatannya
dari kemungkinan tercemari oleh pikiran dan perbuatan kotor yang tidak diridhai
Allah Swt.
Orang yang mempunyai rasa mala adalah
orang yang selalu ingat pada Allah Swt. Seseorang yang memiliki prinsip hidup “Allah
Swt selalu bersama kita” dan “Allah Swt selalu melihat kita” akan membuat dirinya
menjad orang yang selalu berorientasi kebaikan. Hidupnya akan selalu dipenuhi
dengan perbuatan-perbuatan baik dan bermanfaat bagi sesame. Demikian mulianya
kedudukan orang yang memiliki rasa malu kepada Allah Swt.
Puasa merupakan jenis ibadah wajib yang
mengajarkan aspek kesadaran ketuhanan. Puasa adalah jenis ibadah yang sangat
pribadi, hanya dia dan Allah Swt saja yang tahu. Tidak ada orang lain yang
mengetahui secara pasti apakah seseorang itu berpuasa atau tidak. Bisa saja
seseorang mengaku-aku puasa padahal tidak, dengan memperlihatkan kondisi
badannya lemah dan kelaparan serta kehausan. Memang orang yang berpuasa akan
merasakan lapar dan haus serta badannya lemah tidak berenergi, tetapi
tanda-tanda seperti itu juga dialami atau ditunjukkan oleh orang-orang yang
kelaparan. Maka secara pandangan fisik tidak ada perbedaan antara orang yang
berpuasa dengan orang yang kelaparan.
Perbedaan pokok antara orang berpuasa
dan orang kelaparan adalah niatnya. Orang yang kelaparan karena berpuasa
memiliki niat menyengaja menahan rasa lapar dan haus karena menjalankan ibadah
puasa, sedangkan orang yang kelaparan tidak memiliki niat ibadah dengan rasa
lapar dan haus yang dirasakannya. Sedangkan niat itu yang tahu hanya orang yang
bersangkutan dan Allah Swt. di sinilah terlihat jelas bahwa puasa itu adalah
jenis ibadah yang sangat pribadi karena hanya orang yang menjalankannya dan
Allah Swt saja yang mengetahuinya.
Orang yang berpuasa walaupun berada di
tempat sepi dan tidak ada seorang pun yang melihatnya, dia tidak akan makan dan
minum karena ia tahu itu akan membatalkan puasanya. Walaupun tidak seorang pun
yang akan melihatnya, ia akan tetap berpuasa dan tidak makan maupun minum sebelum
datang masuk waktu maghrib. Demikianlah puasa mampu membentuk sikap kejujuran
pada pelakunya dan menumbuhkan kesadaran akan ketuhanan, yaitu keyakinan bahwa
Allah Swt selalu membersamainya dan selalu mengawasinya. Dengan demikian, puasa
adalah ibadah yang mengajak pelakunya pada sebuah kesadaran adanya pengawasan
melekat pada dirinya oleh Allah Swt, Tuhan penguasa alam semesta yang Maha
Melihat lagi Maha Mengetahui. Wallahu a’lam bish-shawab. []
Gumpang Baru, 13 Ramadan 1442 H (25
April 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar