Sumber Gambar : https://www.merdeka.com/jatim/4-amalan-ramadan-sesuai-pesan-rasulullah-untuk-menyambut-bulan-suci-kln.html |
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Saat ini kita telah memasuki hari
pertama bulan Ramadan 1442 H. Ada yang berbeda dengan Ramadan tahun ini dibanding
tahun kemarin. Ramadan tahun kemarin dilalui dalam suasana yang mencekam dan
menakutkan karena adanya pandemi Covid-19 yang baru saja menyerang. Semua orang
di seluruh dunia tidak terkecuali umat Islam kawatir dan ketakutan dengan
keganasan virus Corona penyebab pandemi tersebut. Ketakutan masyarakat dunia
cukup beralasan karena waktu itu pengetahuan masyarakat tentang virus Corona masih
minim sehingga menimbulkan praduga-praduga dan asumsi-asumsi yang
berlebih-lebihan, apalagi ditambah dengan pemberitaan-pemberitaan di media
online maupun di social media tentang keganasan virus Corona dan bahaya dampak
yang ditimbulkannya. Hasilnya adalah seluruh umat manusia di dunia dicekam rasa
takut dan kebingungan.
Seluruh aspek kehidupan manusia terkena
dampak dari pandemi Covid-19 sehingga semua sendi-sendi kehidupan mengalami
kemunduran. Sektor perekonomian turun drastis yang berdampak pada terjadi PHK
besar-besaran karena banyak perusahaan yang bangkrut dan daya beli masyarakat
turun drastis. Bidang pendidikan juga tidak terlepas dari terkena dampaknya
sehingga proses pembelajaran dialihkan ke moda daring di rumah melalui
penggunaan internet untuk menjamin keselamatan seluruh civitas sekolah.
Walaupun bukan kebijakan terbaik, tetapi pemilihan moda pembelajaran daring
merupakan pilihan yang paling tepat saat itu untuk menjamin keberlangsungan
proses pembelajaran walau tidak ideal dengan tetap mempertimbangkan aspek keselamatan
siswa dan guru.
Ramadan tahun kemarin juga terkena dampak
pandemi Covid-19 sehingga aktivitas ibadah di tempat-tempat ibadah dialihkan ke
rumah untuk mencegah terjadinya kerumunan orang yang dapat menyebabkan
penularan virus Corona. Banyak tempat ibadah untuk sementara di lockdown dan kalaupun tetap dipergunakan untuk
aktivitas ibadah harus menerapkan aturan protokol kesehatan dengan ketat
seperti menyediakan sarana mencuci tangan, tersedianya cairan handsanitizer di
dalam ruang tempat ibadah, pengaturan jarak minimal 1,5 meter untuk posisi
ibadah, dan terpenting adalah para jamaah harus memakai masker sesuai standar
kesehatan yang direkomendasikan oleh WHO. Lantas, bagaimana Ramadan tahun ini
setelah pandemi Covid-19 berlangsung selama satu tahun dan belum juga berakhir
bahkan kapan akan berakhirnya pun belum dapat diperkirakan?
Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh
kebaikan. Di dalam bulan Ramadan dipenuhi ampunan (maghfirah) dan keberkahan (barakah)
dari Allah Swt. Demikianlah yang diyakini oleh umat Islam sebagai bagian dari
keimanan terhadap ajaran-ajaran agama Islam. Keimanan terhadap kebaikan yang
terdapat di dalam bulan Ramadan tidak ada perbedaan di kalangan umat Islam,
tetapi pemaknaan terhadap keagungan bulan Ramadan terdapat perbedaan pandangan
di kalangan umat Islam. Ada yang memaknai bahwa kebaikan bulan Ramadan harus
diisi dengan amalan-amalan yang terkait agama seperti membaca Al-Qur’an
(tadarus Qur’an), sholat Taraweh, sholat Tahajud, sholat Dhuha, memberi makan
orang berbuka puasa, dan lain-lain. Aktivitas-aktivitas keagamaan tersebut
dilakukan khusus di bulan Ramadan dimana sebelum bulan Ramadan amalan-amalan
tersebut tidak dilakukan atau kalaupun dilakukan tidak serutin ketika di bulan
Ramadan. Apakah mengkhususkan mengerjakan amalan-amalan keagamaan di bulan
Ramadan yang tidak atau jarang dilakukan di luar bulan Ramadan merupakan keutamaan dan dianjurkan oleh Allah swt? Sementara
Allah swt menyukai amalan yang walau sedikit tetapi konsisten, bukan amalan
besar tapi hanya sekali saja dikerjakan atau tidak konsisten. Apakah memang
demikian yang dikehendaki Allah swt bagi umat Islam dalam menghormati dan memuliakan
bulan Ramadan?
Ada juga yang memaknai bulan Ramadan sebagai
bulan untuk meningkatkan diri, bulan untuk mengupdate dan mengupgrade
diri baik selaku hamba Allah swt maupun selaku pribadi yang memang harus selalu
memperbaiki diri. Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa barang siapa yang hari
ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Sabda
Rasulullah Saw ini menunjukkan bahwa umat Islam harus selalu “lebih” dari
sebelumnya. Umat Islam harus selalu memperbaiki diri dan amal serta ibadahnya,
umat Islam harus selalu mengupdate
pengetahuannya, umat Islam harus selalu mengupgrade
kompetensinya, umat Islam harus selalu bertransformasi ke arah pribadi-pribadi
yang lebih berkualitas. Kemauan dan kemampuan meningkatkan kualitas diri
merupakan ajaran kebaikan yang diperintahkan Allah swt dan Rasul-Nya.
Bulan Ramadan adalah momentum terbaik
untuk mengawali proses transformasi diri agar setelah berakhirnya bulan Ramadan
umat Islam telah menjadi pribadi-pribadi yang paripurna (berkualitas) sehingga
ketika memasuki bulan berikutnya umat Islam mampu mampu mengimplementasikan
kebiasaan baik dalam memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri yang telah
dibangunnya selama bulan Ramadan. Bulan Ramadan dapat diibaratkan sebagai titik
start dalam proses transformasi diri menuju pribadi yang sempurna. Oleh karena
itu, bulan setelah bulan Ramadan adalah Syawal yang artinya peningkatan. Bulan
Syawal adalah bulan untuk meningkatkan kualitas diri setelah melalui bulan
Ramadan. Aktivitas ibadah dan amalan-amalan kebaikan di bulan Syawal seharusnya
lebih baik dan meningkat dibandingkan waktu di bulan Ramadan karena bulan
Syawal adalah bulan peningkatan. Di bulan Syawal seharusnya produktivitas umat
Islam meningkat jauh lebih baik dibandingkan sewaktu berada di bulan Ramadan
karena bulan Syawal adalah momentum untuk mengawali tahap peningkatan diri
setelah proses pembiasaan aktivitas dan produktivitas yang baik. Benarkah
demikian penafsiran makna terhadap bulan Ramadan? Lantas, mengapa justru di
kalangan umat Islam terlihat fenomena yang sebaliknya, yaitu memasuki bulan
Syawal atau setelah hari raya Idul Fitri aktivitas dan produktivitas umat Islam
kembali ke kondisi semula sebelum memasuki bulan Ramadan? Apakah fenomena ini
yang dinamakan amalan yang konsisten? Mari kita renungkan bersama.
Memasuki hari pertama bulan Ramadan
tahun 1442 H ini marilah kita isi dengan aktivitas-aktivitas yang berorientasi
kebaikan- baik orientasi kebaikan untuk diri sendiri maupun kebaikan yang
berdampak positif bagi orang lain, aktivitas-aktivitas untuk meningkatkan
kualitas diri baik dalam amalan ibadah maupun muamalah, aktivitas-aktivitas untuk
mengupgrade kompetensi dan skill melalui berbagai kegiatan belajar-mengajar
sehingga kita mampu menjadi pribadi pembelajar sejati, pribadi yang selalu dan
tiada henti untuk selalu memperbaiki diri, meningkatkan kualitas diri,
mengupdate pengetahuan diri, mengupgrade kompetensi dan skill diri, dan semakin
merendahkan diri saat kita sujud beribadah dan menghambakan diri di hadapan
Allah swt. semoga bulan Ramadan tahun ini menjadi momentum baik kita untuk
menjadi pribadi yang semakin baik dan menjadi manusia yang paripurna. insyaAllah. Amin. []
Gumpang Baru, 01 Ramadan 1442 H (13
April 2021)
*) Ditulis bakda makan sahur dan
dilanjutkan bakda sholat Shubuh dan membaca Al-Qur’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar