Powered By Blogger

Jumat, 30 April 2021

PUASA DAPAT MEMANJANGKAN UMUR?

 

Sumber Gambar : https://resonansi.id/angka-harapan-hidup-pandeglang-rendah-apa-artinya/


PUASA DAPAT MEMANJANGKAN UMUR?

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Setiap orang pasti menginginkan memiliki umur yang panjang. Makanya ketika merayakan peringatan hari ulang tahun, doa yang diucapkan melalui nyanyian adalah “Selamat panjang umur”. Selain umur yang panjang, sebagai orang Islam kita juga harus berharap semoga umur kita barokah. Artinya umur kita panjang dan diberkahi serta diridhai Allah Swt. Maka ketika kita memperingati hari kelahiran, seyogyanya doa yang kita panjatkan kepada Allah Swt adalah mengucapkan rasa syukur atas nikmat umur hingga saat ini dan mengharap agar diberikan umur yang panjang dan barokah.

 

Di dunia ini, negara manakah yang penduduknya memiliki usia harapan hidup paling tinggi? Jawabnya adalah Monako, negara berukuran kecil, tetapi memiliki angka harapan hidup yang tinggi. Penduduk di sini bisa hidup hingga usia 89,4 tahun. Para lansia di sini juga cenderung religius, mengutamakan keluarga dan menghabiskan banyak waktu di luar ruangan. Mereka juga punya kebiasaan pergi ke mana-mana dengan berjalan kaki. Penduduk Monako juga diberi layanan kesehatan wajib yang didanai oleh negara, sehingga mereka tak perlu takut apabila jatuh sakit (Zakiah, 2019).

 

Urutan kedua negara yang memiliki usia harapan hidup tinggi adalah Jepang. Angka harapan hidup orang Jepang tertinggi kedua di dunia, yakni rata-rata mencapai usia 85,3 tahun. Mereka menghabiskan masa tuanya dengan damai, melakukan hobi seperti berkebun serta bersosialisasi bersama para lansia lainnya. Panjangnya umur orang Jepang juga dipengaruhi dengan makanan yang mereka makan, yaitu tahu, ikan laut dan ubi manis serta menghindari makan daging. Bahkan, tak sedikit penduduk Jepang yang berhasil mencapai usia 100 tahun. Persentasenya, 740 dari 1,3 juta penduduk Jepang berusia di atas 100 tahun serta 90 persen di antaranya perempuan (Zakiah, 2019). Lantas, bagaimana dengan Indonesia?

 

Usia harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 71,2 tahun. Data ini menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ketika memaparkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia pada tahun 2018. Angka ini naik dari tahun 2016 di mana capaian usianya 'hanya' menyentuh angka 69,19 tahun (Zakiah, 2019). Mengapa penduduk di Negara kita memiliki rata-rata usia harapan hidup lebih rendah dibandingkan Negara-negara maju lainnya? Inilah yang harus kita pikirkan dan renungkan. Negara Indonesia adalah negara yang penduduknya dikenal religius dan dasar Negara kita juga disandarkan pada ketuhanan yang Maha Esa. Jadi Negara Indonesia merupakan Negara yang sangat religius, tetapi mengapa memiliki angka harapan hidup yang rendah? Apa faktor-faktor yang menyebabkan penduduk Indonesia memiliki rata-rata usia yang pendek? Apakah tingkat religius tidak berpengaruh terhadap angka harapan hidup?

 

Jika kita perhatikan kehidupan penduduk negara Monako dan Jepang yang memiliki angka harapan hidup tertinggi di dunia tersebut, tampak bahwa mereka rata-rata menjalani hidup dengan bahagia. Mereka menghabiskan hari-hari dengan aktivitas yang positif dan hati yang selalu damai dan tenteram. Mereka tidak mengkawatirkan dengan kebutuhan hidup mereka karena negara telah menjamin kesejahteraan kehidupan mereka. Selain menjalani kehidupan dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat, mereka juga mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat dan bergizi. Jadi secara fisik mereka makan makanan yang bergizi, dan secara rohani mereka merasakan hidup yang tenteram dan damai tanpa dibayang-bayangi rasa takut akan kekurangan kebutuhan hidupnya karena negara telah menjamin kesejahteraan mereka. Selain itu mereka juga menjalani kehidupan secara religius.

 

Berdasarkan penjelasan di atas, ternyata kehidupan yang religius ikut mempengaruhi tingkat harapan hidup. Orang yang hidupnya religius cenderung memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi. Mengapa tingkat religiusitas berpengaruh terhadap angka harapan hidup? Kemungkinan jawabannya adalah orang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi akan mampu menjalani hidup dengan  baik dan damai sehingga hidupnya selalu dipenuhi dengan pikiran dan perilaku yang positif. Orang yang mempercayai Tuhan akan memiliki jalan hidup yang baik dan jelas. Orang yang memiliki keimanan akan memiliki sikap optimis dalam menjalani kehidupannya sehingga kehidupannya penuh dengan kebaikan.

 

Sekarang kita refleksi dengan penduduk Indonesia yang mayoritas beragama, mengapa rata-rata angka harapan hidupnya lebih rendah? Jika kita menggunakan parameter agama sebagai representasi tingkat religius, maka kita akan menemukan hal yang menarik. Apa hal yang menarik itu? Ternyata beragama dan memiliki sikap religius itu dua hal yang berbeda dan belum tentu berkaitan. Orang yang beragama belum tentu religius dan sebaliknya orang yang religius belum tentu beragama. mengapa? Karena religiusitas itu berkaitan dengan keyakinan pada eksistensi Tuhan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta, dimana tidak harus beragama. sedangkan agama itu adalah berisi ajaran-ajaran atau aturan-aturan agar manusia hidup dengan baik dengan mendasarkan atas perintah Tuhan. Orang yang taat beragama atau taat menjalankan perintah agama belum tentu religius. Mengapa? Karena orang yang taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya boleh jadi bukan karena keimanan tetapi karena terpaksa atau takut kelak masuk neraka. Jadi orang-orang tersebut beribadah bukan karena mengakui eksistensi Tuhan tetapi takut dirinya akan mendapatkan siksa di neraka.

 

Atas dasar alur pemikiran di atas, maka dapat kita tarik benang merah hubungan keimanan atau religiusitas dengan tingginya angka harapan hidup. Orang yang beragama seharusnya juga religius, yakni hidupnya damai dan tenteram. Orang yang beragama harusnya kehidupannya penuh dengan sikap-sikap positif seperti ketenangan, ketenteraman, kedamaian, optimism, dan humanism. Maka jika ada orang yang beragama tetapi hidup selalu gelisah dan tidak tenang, maka dapat dipastikan ada yang salah dengan cara ia beragama. Ada pemahaman yang salah dalam memahami ajaran-ajaran agamanya. Di sinilah kemungkinan akar penyebab mengapa bangsa Indonesia yang dikenal religius tetapi memiliki angka harapan hidup yang rendah. Walaupun tingkat kesejahteraan, kecukupan gizi, dan gaya hidup sehat juga mempengaruhi, tetapi ketenangan aspek rohani sangat mendominasi tingkat kebahagiaan. Orang yang bahagia cenderung hidupnya akan lebih optimis dan akhirnya memiliki angka harapan hidup yang tinggi.

 

Puasa Ramadan mengajarkan agar kita memiliki empati dan kesalihan social yang baik. Artinya puasa Ramadan mengajarkan kita hidup dengan bahagia. Maka jika kita mampu menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan benar dan baik, maka secara tidak langsung akan memperpanjang angka harapan hidup kita. Ingatlah sabda Rasulullah Saw bahwa silaturahmi itu mampu memperpanjang umur dan meluaskan rezeki. Ujung dari menyambung silaturahmi adalah kebahagiaan. Maka jika puasa Ramadan kita mampu menjadikan kita menjalin silaturahmi melalui kepedulian kita kepada orang-orang dhuafa, maka insyAllah umur kita akan dipanjangkan Allah Swt. Wallahu a’lam bish-shawab. []

 

Sumber Bacaan :

Zakiah, N. (2019, November 26). 7 Negara dengan Angka Harapan Hidup Tinggi, Apa Kebiasaan Penduduknya? Retrieved April 30, 2021, from IDN Times website: https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/negara-dengan-angka-harapan-hidup-tinggi

 

 

Gumpang Baru, 16 Ramadan 1442 H (28 April 2021)

*) Tulisan dalam artikel ini adalah pendapat pribadi penulisnya.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer