Sumber Gambar : https://resonansi.id/angka-harapan-hidup-pandeglang-rendah-apa-artinya/ |
PUASA DAPAT MEMANJANGKAN
UMUR?
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Setiap orang pasti menginginkan memiliki
umur yang panjang. Makanya ketika merayakan peringatan hari ulang tahun, doa
yang diucapkan melalui nyanyian adalah “Selamat panjang umur”. Selain umur yang
panjang, sebagai orang Islam kita juga harus berharap semoga umur kita barokah.
Artinya umur kita panjang dan diberkahi serta diridhai Allah Swt. Maka ketika
kita memperingati hari kelahiran, seyogyanya doa yang kita panjatkan kepada
Allah Swt adalah mengucapkan rasa syukur atas nikmat umur hingga saat ini dan
mengharap agar diberikan umur yang panjang dan barokah.
Di dunia ini, negara manakah yang penduduknya memiliki usia
harapan hidup paling tinggi? Jawabnya adalah Monako, negara berukuran kecil,
tetapi memiliki angka harapan hidup yang tinggi. Penduduk di sini bisa hidup
hingga usia 89,4 tahun. Para lansia di sini juga cenderung religius,
mengutamakan keluarga dan menghabiskan banyak waktu di luar ruangan. Mereka
juga punya kebiasaan pergi ke mana-mana dengan berjalan kaki. Penduduk Monako
juga diberi layanan kesehatan wajib yang didanai oleh negara, sehingga mereka
tak perlu takut apabila jatuh sakit (Zakiah, 2019).
Urutan kedua negara yang memiliki usia harapan hidup tinggi
adalah Jepang. Angka harapan hidup orang Jepang tertinggi kedua di dunia, yakni
rata-rata mencapai usia 85,3 tahun. Mereka menghabiskan masa tuanya dengan
damai, melakukan hobi seperti berkebun serta bersosialisasi bersama para lansia
lainnya. Panjangnya umur orang Jepang juga dipengaruhi dengan makanan yang
mereka makan, yaitu tahu, ikan laut dan ubi manis serta menghindari makan
daging. Bahkan, tak sedikit penduduk Jepang yang berhasil mencapai usia 100
tahun. Persentasenya, 740 dari 1,3 juta penduduk Jepang berusia di atas 100
tahun serta 90 persen di antaranya perempuan (Zakiah, 2019). Lantas, bagaimana dengan
Indonesia?
Usia harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 71,2 tahun.
Data ini menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ketika memaparkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia pada tahun 2018. Angka ini naik dari
tahun 2016 di mana capaian usianya 'hanya' menyentuh angka 69,19 tahun (Zakiah, 2019). Mengapa penduduk di Negara kita
memiliki rata-rata usia harapan hidup lebih rendah dibandingkan Negara-negara
maju lainnya? Inilah yang harus kita pikirkan dan renungkan. Negara Indonesia
adalah negara yang penduduknya dikenal religius dan dasar Negara kita juga
disandarkan pada ketuhanan yang Maha Esa. Jadi Negara Indonesia merupakan Negara
yang sangat religius, tetapi mengapa memiliki angka harapan hidup yang rendah?
Apa faktor-faktor yang menyebabkan penduduk Indonesia memiliki rata-rata usia
yang pendek? Apakah tingkat religius tidak berpengaruh terhadap angka harapan
hidup?
Jika kita perhatikan kehidupan penduduk negara Monako dan
Jepang yang memiliki angka harapan hidup tertinggi di dunia tersebut, tampak
bahwa mereka rata-rata menjalani hidup dengan bahagia. Mereka menghabiskan
hari-hari dengan aktivitas yang positif dan hati yang selalu damai dan
tenteram. Mereka tidak mengkawatirkan dengan kebutuhan hidup mereka karena negara
telah menjamin kesejahteraan kehidupan mereka. Selain menjalani kehidupan
dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat, mereka juga mengkonsumsi
makanan-makanan yang sehat dan bergizi. Jadi secara fisik mereka makan makanan
yang bergizi, dan secara rohani mereka merasakan hidup yang tenteram dan damai
tanpa dibayang-bayangi rasa takut akan kekurangan kebutuhan hidupnya karena negara
telah menjamin kesejahteraan mereka. Selain itu mereka juga menjalani kehidupan
secara religius.
Berdasarkan penjelasan di atas, ternyata kehidupan yang
religius ikut mempengaruhi tingkat harapan hidup. Orang yang hidupnya religius
cenderung memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi. Mengapa tingkat
religiusitas berpengaruh terhadap angka harapan hidup? Kemungkinan jawabannya
adalah orang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi akan mampu menjalani
hidup dengan baik dan damai sehingga
hidupnya selalu dipenuhi dengan pikiran dan perilaku yang positif. Orang yang
mempercayai Tuhan akan memiliki jalan hidup yang baik dan jelas. Orang yang
memiliki keimanan akan memiliki sikap optimis dalam menjalani kehidupannya
sehingga kehidupannya penuh dengan kebaikan.
Sekarang kita refleksi dengan penduduk Indonesia yang
mayoritas beragama, mengapa rata-rata angka harapan hidupnya lebih rendah? Jika
kita menggunakan parameter agama sebagai representasi tingkat religius, maka
kita akan menemukan hal yang menarik. Apa hal yang menarik itu? Ternyata
beragama dan memiliki sikap religius itu dua hal yang berbeda dan belum tentu
berkaitan. Orang yang beragama belum tentu religius dan sebaliknya orang yang
religius belum tentu beragama. mengapa? Karena religiusitas itu berkaitan
dengan keyakinan pada eksistensi Tuhan sebagai pencipta dan pengatur alam
semesta, dimana tidak harus beragama. sedangkan agama itu adalah berisi
ajaran-ajaran atau aturan-aturan agar manusia hidup dengan baik dengan
mendasarkan atas perintah Tuhan. Orang yang taat beragama atau taat menjalankan
perintah agama belum tentu religius. Mengapa? Karena orang yang taat
menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya boleh jadi bukan karena keimanan
tetapi karena terpaksa atau takut kelak masuk neraka. Jadi orang-orang tersebut
beribadah bukan karena mengakui eksistensi Tuhan tetapi takut dirinya akan
mendapatkan siksa di neraka.
Atas dasar alur pemikiran di atas, maka dapat
kita tarik benang merah hubungan keimanan atau religiusitas dengan tingginya angka
harapan hidup. Orang yang beragama seharusnya juga religius, yakni hidupnya
damai dan tenteram. Orang yang beragama harusnya kehidupannya penuh dengan
sikap-sikap positif seperti ketenangan, ketenteraman, kedamaian, optimism, dan humanism.
Maka jika ada orang yang beragama tetapi hidup selalu gelisah dan tidak tenang,
maka dapat dipastikan ada yang salah dengan cara ia beragama. Ada pemahaman
yang salah dalam memahami ajaran-ajaran agamanya. Di sinilah kemungkinan akar
penyebab mengapa bangsa Indonesia yang dikenal religius tetapi memiliki angka
harapan hidup yang rendah. Walaupun tingkat kesejahteraan, kecukupan gizi, dan
gaya hidup sehat juga mempengaruhi, tetapi ketenangan aspek rohani sangat
mendominasi tingkat kebahagiaan. Orang yang bahagia cenderung hidupnya akan
lebih optimis dan akhirnya memiliki angka harapan hidup yang tinggi.
Puasa Ramadan mengajarkan agar kita
memiliki empati dan kesalihan social yang baik. Artinya puasa Ramadan
mengajarkan kita hidup dengan bahagia. Maka jika kita mampu menjalankan ibadah
puasa Ramadan dengan benar dan baik, maka secara tidak langsung akan
memperpanjang angka harapan hidup kita. Ingatlah sabda Rasulullah Saw bahwa
silaturahmi itu mampu memperpanjang umur dan meluaskan rezeki. Ujung dari
menyambung silaturahmi adalah kebahagiaan. Maka jika puasa Ramadan kita mampu
menjadikan kita menjalin silaturahmi melalui kepedulian kita kepada orang-orang
dhuafa, maka insyAllah umur kita akan dipanjangkan Allah Swt. Wallahu a’lam bish-shawab. []
Sumber
Bacaan :
Zakiah, N.
(2019, November 26). 7 Negara dengan Angka Harapan Hidup Tinggi, Apa Kebiasaan
Penduduknya? Retrieved April 30, 2021, from IDN Times website:
https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/negara-dengan-angka-harapan-hidup-tinggi
Gumpang Baru, 16 Ramadan 1442 H (28
April 2021)
*) Tulisan dalam artikel ini adalah
pendapat pribadi penulisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar