Powered By Blogger

Rabu, 21 April 2021

PUASA MENGAJARKAN SIKAP PROFESIONAL

Sumber Gambar : https://www.kompasiana.com/sultanrahajaan/5a891d0416835f155f1b26a2/kriteria-konselor-profesional-yang-bagaimna-sih?page=all


PUASA MENGAJARKAN SIKAP PROFESIONAL

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 


Professional adalah ciri khas dalam sebuah profesi. Bersikap professional merupakan tuntutan setiap profesi. Setiap orang harus mampu bersikap professional dalam menjalankan profesi pekerjaannya. Tidak hanya di lapangan kerja, sikap professional harus menjadi ruh dari setiap aktivitas, bahkan dalam aktivitas sehari-hari pun kita dituntut untuk selalu bersikap professional. Bersikap professional harus menjadi gaya hidup setiap orang. Mengapa? Karena setiap orang itu berharga dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya.

 

Tidak ada orang yang mau dihargai murah. Maka kita harus bersikap professional kepada orang lain ketika kita mengadakan interaksi ataupun terlebih transaksi. Kita harus pintar-pintar menghargai hasil usaha dan jerih payah orang lain. Hargailah hasil usaha dan jerih payah orang lain dengan harga yang layak dan pantas, terlebih kita mau menghargainya dengan harga yang lebih tinggi dari harga pada umumnya. Apakah ada manfaatnya kita bersikap professional kepada orang lain? Jawabannya adalah tentu saja ada manfaatnya dengan kita bersikap professional.

 

Sebagai contoh, penulis secara periodik meminta bantuan seseorang untuk membersihkan lahan kosong belakang rumah dari tanaman-tanaman liar yang tumbuh. Penulis meminta tolong bukan berarti gratis, tetapi penulis memberikan upah pengganti kerja untuk tukang bersih-bersih tersebut. Penulis memberikan upah jauh di atas tarif tukang bersih-bersih pada umumnya karena penulis menghargai kemampuannya dalam membersihkan rumah penulis. Kemampuan dia dalam membersihkan rumah penulis belum tentu dapat penulisan lakukan. Kalaupun penulis mampu melakukan sendiri pekerjaan bersih-bersih tersebut, maka dapat dipastikan penulis pasti mengalami keletihan yang amat sangat dan bisa-bisa perlu waktu beberapa hari untuk badan penulis kembali sehat dan fit. Upah yang penulis berikan kepada tukang bersih-bersih tersebut mungkin jika penulis pergunakan untuk membayar tukang pijat akan kurang.

 

Pada peristiwa tersebut di atas, sebenarnya penulis memberikan upah tukang bersih-bersih lebih tinggi dari upah pada umumnya sebenarnya untuk kebaikan penulis sendiri dan juga sekaligus untuk berbagi rezeki kepada  tukang bersih-bersih. Dengan cara demikian, kami saling menguntungkan. Interaksi antara penulis dengan tukang bersih-bersih adalah jenis interaksi mutualisme, yaitu interaksi yang saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. Apa keuntungan dari interaksi mutualisme tersebut? Keuntungan yang saya dapatkan adalah rumah saya menjadi bersih tanpa perlu merasakan capek dan badan pegal-pegal, penulis hanya perlu membuka dompet dan mengeluarkan selembar uang berwarna merah untuk diberikan kepada bapak tukang bersih-bersih. Sedangkan keuntungan yang didapatkan bapak tukang bersih-bersih adalah uang upah ia bekerja sehari yang besarnya bisa 2 sampai 3 kali tarif upah dari orang lain. Penulis yakin bapak tukang bersih-bersih tersebut senang dengan upah yang diterimanya dan saya juga senang rumah saya menjadi lebih bersih. Demikianlah keuntungan interaksi mutualisme bagi kedua belah pihak yang mengadakan interaksi mutualisme.

 

Demikian pula halnya dengan ibadah puasa Ramadan. Puasa Ramadan mengajarkan kita untuk bersikap professional dalam menjalankan ibadah puasa. Di mana letak ajaran untuk bersikap profesionalnya? Yaitu di balasan dari pelaksanaan ibadah puasa. Allah Swt menyatakan bahwa Ia tidak akan membiarkan hamba-Nya melaksanakan ibadah puasa dengan percuma. Ada balasan yang sangat menarik dari-Nya yang akan diberikan kepada para ahli puasa. Hanya, karena balasan yang akan diberikan adalah sesuatu yang sangat istimewa, maka Allah Swt tidak memberitahukan jenis balasan apa yang akan diterima oleh para hamba yang melaksanakan ibadah puasa. Allah Swt hanya mengatakan  bahwa “Puasa itu untukku dan Aku yang akan membalasnya”.

 

Melalui perintah kewajiban menjalankan ibadah puasa Ramadan bagi setiap umat Islam di seluruh penjuru dunia, Allah Swt hendak mengajarkan kepada umat manusia agar mampu bersikap professional ketika berinteraksi dengan siapa pun. Allah Swt memerintahkan (mewajibkan) semua orang Islam yang sudah baligh dan tanpa uzur yang diizinkan syariat untuk melaksanakan puasa Ramadan selama sebulan dan akan membalasnya dengan balasan yang jauh lebih baik kepada siapa pun yang ibadah puasanya ikhlas dan memenuhi syarat sah puasa. Wallahu a’lam bish-shawab. []

 

Gumpang Baru, 08 Ramadan 1442 H (20 April 2021)

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer