Agung Nugroho Catur Saputro
Artikel ini saya tulis
untuk melengkapi artikel sahabat saya M. Khoirudin, yang menulis artikel dengan
judul "Wong nDeso". Artikel ini bercerita tentang kisah perjalanan
hidup saya dari kecil hingga menekuni bidang literasi menulis.
Dulu saya tidak pernah
membayangkan kondisi kehidupan saya akan seperti sekarang ini. Dulu saya tidak
pernah menduga kalau suatu saat nanti akan menekuni bidang literasi menulis.
Dulu saya hanyalah anak kampung (wong ndeso) dengan kebiasaan hidup layaknya
anak kampung umumnya, yaitu main di sawah, mencari ikan di sungai, mandi di
sungai, hujan-hujanan, dll. Tidak ada sesuatu yang istimewa yang menunjukkan
bakat bakal menekuni bidang tulis-menulis.
Dulu saya layaknya
anak-anak kampung lainnya, setelah pulang sekolah main ke mana-mana, entah di
kebun, di sawah, ataupun di sungai. Kalau sore bakda maghrib ikut pengajian
anak-anak di musholla, kebetulan salah satu pengajarnya adalah kakak saya
sendiri. Setiap sebulan sekali ikut pengajian anak-anak sekelurahan yang
tempatnya berpindah-pindah dari masjid kampung satu ke masjid kampung yang
lain.
Semuanya saya jalani
seperti anak-anak kampung pada umumnya, sekali lagi tidak ada yang istimewa
pada diri saya. Tidak nampak tanda-tanda kalau saya kelak bakal menyukai
aktivitas menulis, apalagi menulis buku. Itulah gambaran masa kecil saya dulu,
hidup di kampung dan menjalani kehidupan sebagai wong ndeso.
Beranjak semakin
besar, saya mulai merasakan adanya sesuatu yang berbeda pada diri saya
dibandingkan dengan teman-teman. Saya mulai menyukai aktivitas membaca. Saya
pelan-pelan mulai kurang menyukai kumpul-kumpul dengan teman-teman sekedar
ngobrol "ngalor-ngidul" tanpa kejelasan tujuan, saya lebih suka di
rumah membaca buku-buku maupun majalah yang dilanggan orang tua. Saya mulai
lebih banyak menghabiskan waktu luang untuk membaca. Kebetulan minat membaca
saya tersebut terakomodir oleh tersedianya bahan bacaan berupa buku-buku milik
ayah dan majalah-majalah yang dilanggan ayah. Saya suka membaca buku apapun
yang ada di rumah, termasuk membaca buku-buku pelajaran milik kakak-kakak saya
sehingga menjadikan pengetahuan saya di atas rata-rata teman sekelas.
Dampak dari perubahan
sikap saya tersebut adalah saya tidak memiliki teman akrab. Waktu itu saya
merasa tidak ada teman yang hobinya sama seperti saya, kebanyakan suka main
setelah pulang sekolah, sedangkan saya tidak suka bermain menghabiskan waktu
untuk kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat. Termasuk kebiasaan teman-teman
kampung yang tidak saya sukai adalah begadang. Menurut saya waktu itu, daripada
waktu habis hanya untuk begadang, mendingan untuk belajar, membaca buku atau
tidur. Itulah pemikiran saya waktu itu.
Dulu saya memiliki
pemikiran bahwa yang dapat membantu kesuksesan kehidupan saya nanti adalah
ilmu, oleh karena itu saya harus berilmu. Dan jalan satu-satunya saya memiliki
ilmu adalah saya harus banyak belajar dan sekolah dengan sebaik-baiknya.
Keluarga saya bukan keluarga kaya, tetapi keluarga yang cukup dan bahkan lebih
ke arah kurang cukup. Hanya karena kepiawian orang tua mengelola keuangan
keluarga, maka kami sekeluarga dapat hidup dengan baik. Saya masih ingat sekali
perkataan almarhum ayah saya waktu saya masih usia remaja "Bapak tidak
bisa mewarisi apa-apa, bapak hanya bisa mewarisi pendidikan saja".
Walaupun kehidupan
keluarga saya banyak kekurangannya, tetapi ada yang saya banggakan dari orang
tua saya yaitu kesadaran mereka untuk memberikan pendidikan yang layak untuk
anak-anaknya dan mendukung keberhasilan pendidikan anak-anaknya dengan
menciptakan lingkungan edukatif di rumah, yakni menyediakan buku-buku bacaan
untuk merangsang minat baca anak-anaknya. Terkadang setiap datang majalah baru,
maka kami berebutan untuk duluan membaca. Itulah kehidupan edukatif di keluarga
kami.
Saya mulai menyukai
menulis mungkin ketika duduk di bangku sekolah menengah atas (Madrasah Aliyah).
Waktu itu saya suka menuliskan kejadian-kejadian yang saya alami dan saya
rasakan di dalam buku catatan harian (buku diary). Mungkin terdengar agak
"aneh" di telinga sahabat pembaca, masak anak laki-laki menyukai
catatan buku diary? Tapi memang seperti itulah diri saya dulu. Memang kebiasaan
saya tersebut agak aneh dan berbeda dengan kebiasaan anak remaja lainnya. Tapi
dari kebiasaan mencatat di buku diary inilah, awal mula saya belajar outodidak
menuliskan isi pikiran saya.
Setelah menjalani
pendidikan di perguruan tinggi, bakat terpendam menulis saya kembali
"terusik" dengan adanya kesempatan mengikuti lomba karya tulis ilmiah
mahasiswa (LKTM). Event LKTM pertama yang saya ikuti adalah LKTM tingkat
jurusan. Alhamdulillah, pengalaman pertama kali membuat karya tulis ilmiah (tim
ber-3) dan mempresentasikan dalam event LKTM membuahkan hasil sebagai juara 1.
Pengalaman luar biasa dan berkesan tersebut akhirnya menjadi lokomotif
pendorong semangat untuk terus mendalami kemampuan menulis (ilmiah).
Langkah-langkah
berikutnya adalah saya sering membuat karya tulis untuk diikutkan dalam
lomba-lomba. Di samping itu saya juga mendalami kemampuan menulis ilmiah dan
penelitian ilmiah dengan mengikuti seminar ilmiah maupun training penelitian
dan penulisan ilmiah. Saya mengikuti event-event ilmiah tersebut atas kemauan
sendiri dan dengan uang pribadi. Waktu itu saya sering ikut seminar maupun
training ilmiah sendirian, tidak ada teman. Saya hanya berasumsi bahwa ilmu
yang saya cari saat ini suatu saat pasti akan berguna, entah kapan. Saya pernah
mendapat nasihat dari kakak saya bahwa ilmu yang kita miliki suatu saat pasti
akan berguna, entah kapan karena itu hanya masalah waktu saja.
Selama menjadi
mahasiswa, beberapa event lomba karya tulis ilmiah pernah saya ikuti, puncaknya
menjelang wisuda mengirimkan artikel hasil penelitian untuk seleksi PKM
(Program Kreatifitas Mahasiswa) hingga berhasil lolos sampai PIMNAS (Pekan
Ilmiah Mahasiswa Nasional).
Setelah lulus dan
bekerja sebagai guru di salah satu SMA di kota Solo, pernah mengikuti LKTI guru
dan memperoleh juara 1. Pernah juga mengirim artikel untuk LKTI di Kemendikbud
tapi tidak memperoleh juara.
Setelah menjadi dosen,
pernah membimbing mahasiswa menyusun proposal PKM hingga lolos ke PIMNAS dan
memperoleh medali emas. Dari event ini saya memperoleh penghargaan dari Rektor.
Ketika menjadi tugas belajar studi S2 pernah mengikuti lomba penulisan buku
pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI dan memperoleh juara 1 tingkat nasional
bidang kimia. Dari event ini saya memperoleh piala dan piagam penghargaan
sebagai juara 1 dan sejumlah uang yang akhirnya saya pergunakan untuk membeli
rumah yang saya tempati bersama keluarga kecil saya sampai saat ini.
Dari rangkaian
pengalaman-pengalaman menulis tersebut, hobi menulis saya tetap saya pupuk dan
pelihara. Beberapa tulisan ilmiah di jurnal maupun prosiding telah saya
hasilkan dan beberapa buku juga pernah saya tulis baik sebagai penulis tunggal
maupun dalam tim penulis. Capaian terakhir saat ini adalah keberhasilan saya
menulis dan menerbitkan 30 judul buku baik buku mandiri maupun buku antologi. Harapan saya
ke depannya adalah saya dapat terus berkarya, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menyebarkan manfaat kebaikan serta menularkan virus-virus menulis. InsyaAllah.
Demikian sekelumit
kisah perjalanan hidup seorang wong ndeso dalam menekuni bidang literasi.
Semoga bermanfaat. Salam literasi. []
_______________________________________
*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar