Powered By Blogger

Rabu, 16 September 2020

MENJALANI TAKDIR KEHIDUPAN, MENGENALI POTENSI DIRI : Kisah Perjalanan Wong nDeso Menjadi Penulis



 Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Artikel ini saya tulis untuk melengkapi artikel sahabat saya M. Khoirudin, yang menulis artikel dengan judul "Wong nDeso". Artikel ini bercerita tentang kisah perjalanan hidup saya dari kecil hingga menekuni bidang literasi menulis.

Dulu saya tidak pernah membayangkan kondisi kehidupan saya akan seperti sekarang ini. Dulu saya tidak pernah menduga kalau suatu saat nanti akan menekuni bidang literasi menulis. Dulu saya hanyalah anak kampung (wong ndeso) dengan kebiasaan hidup layaknya anak kampung umumnya, yaitu main di sawah, mencari ikan di sungai, mandi di sungai, hujan-hujanan, dll. Tidak ada sesuatu yang istimewa yang menunjukkan bakat bakal menekuni bidang tulis-menulis.

Dulu saya layaknya anak-anak kampung lainnya, setelah pulang sekolah main ke mana-mana, entah di kebun, di sawah, ataupun di sungai. Kalau sore bakda maghrib ikut pengajian anak-anak di musholla, kebetulan salah satu pengajarnya adalah kakak saya sendiri. Setiap sebulan sekali ikut pengajian anak-anak sekelurahan yang tempatnya berpindah-pindah dari masjid kampung satu ke masjid kampung yang lain.

Semuanya saya jalani seperti anak-anak kampung pada umumnya, sekali lagi tidak ada yang istimewa pada diri saya. Tidak nampak tanda-tanda kalau saya kelak bakal menyukai aktivitas menulis, apalagi menulis buku. Itulah gambaran masa kecil saya dulu, hidup di kampung dan menjalani kehidupan sebagai wong ndeso.

Beranjak semakin besar, saya mulai merasakan adanya sesuatu yang berbeda pada diri saya dibandingkan dengan teman-teman. Saya mulai menyukai aktivitas membaca. Saya pelan-pelan mulai kurang menyukai kumpul-kumpul dengan teman-teman sekedar ngobrol "ngalor-ngidul" tanpa kejelasan tujuan, saya lebih suka di rumah membaca buku-buku maupun majalah yang dilanggan orang tua. Saya mulai lebih banyak menghabiskan waktu luang untuk membaca. Kebetulan minat membaca saya tersebut terakomodir oleh tersedianya bahan bacaan berupa buku-buku milik ayah dan majalah-majalah yang dilanggan ayah. Saya suka membaca buku apapun yang ada di rumah, termasuk membaca buku-buku pelajaran milik kakak-kakak saya sehingga menjadikan pengetahuan saya di atas rata-rata teman sekelas.

Dampak dari perubahan sikap saya tersebut adalah saya tidak memiliki teman akrab. Waktu itu saya merasa tidak ada teman yang hobinya sama seperti saya, kebanyakan suka main setelah pulang sekolah, sedangkan saya tidak suka bermain menghabiskan waktu untuk kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat. Termasuk kebiasaan teman-teman kampung yang tidak saya sukai adalah begadang. Menurut saya waktu itu, daripada waktu habis hanya untuk begadang, mendingan untuk belajar, membaca buku atau tidur. Itulah pemikiran saya waktu itu.

Dulu saya memiliki pemikiran bahwa yang dapat membantu kesuksesan kehidupan saya nanti adalah ilmu, oleh karena itu saya harus berilmu. Dan jalan satu-satunya saya memiliki ilmu adalah saya harus banyak belajar dan sekolah dengan sebaik-baiknya. Keluarga saya bukan keluarga kaya, tetapi keluarga yang cukup dan bahkan lebih ke arah kurang cukup. Hanya karena kepiawian orang tua mengelola keuangan keluarga, maka kami sekeluarga dapat hidup dengan baik. Saya masih ingat sekali perkataan almarhum ayah saya waktu saya masih usia remaja "Bapak tidak bisa mewarisi apa-apa, bapak hanya bisa mewarisi pendidikan saja".

Walaupun kehidupan keluarga saya banyak kekurangannya, tetapi ada yang saya banggakan dari orang tua saya yaitu kesadaran mereka untuk memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya dan mendukung keberhasilan pendidikan anak-anaknya dengan menciptakan lingkungan edukatif di rumah, yakni menyediakan buku-buku bacaan untuk merangsang minat baca anak-anaknya. Terkadang setiap datang majalah baru, maka kami berebutan untuk duluan membaca. Itulah kehidupan edukatif di keluarga kami.

Saya mulai menyukai menulis mungkin ketika duduk di bangku sekolah menengah atas (Madrasah Aliyah). Waktu itu saya suka menuliskan kejadian-kejadian yang saya alami dan saya rasakan di dalam buku catatan harian (buku diary). Mungkin terdengar agak "aneh" di telinga sahabat pembaca, masak anak laki-laki menyukai catatan buku diary? Tapi memang seperti itulah diri saya dulu. Memang kebiasaan saya tersebut agak aneh dan berbeda dengan kebiasaan anak remaja lainnya. Tapi dari kebiasaan mencatat di buku diary inilah, awal mula saya belajar outodidak menuliskan isi pikiran saya.

Setelah menjalani pendidikan di perguruan tinggi, bakat terpendam menulis saya kembali "terusik" dengan adanya kesempatan mengikuti lomba karya tulis ilmiah mahasiswa (LKTM). Event LKTM pertama yang saya ikuti adalah LKTM tingkat jurusan. Alhamdulillah, pengalaman pertama kali membuat karya tulis ilmiah (tim ber-3) dan mempresentasikan dalam event LKTM membuahkan hasil sebagai juara 1. Pengalaman luar biasa dan berkesan tersebut akhirnya menjadi lokomotif pendorong semangat untuk terus mendalami kemampuan menulis (ilmiah).

Langkah-langkah berikutnya adalah saya sering membuat karya tulis untuk diikutkan dalam lomba-lomba. Di samping itu saya juga mendalami kemampuan menulis ilmiah dan penelitian ilmiah dengan mengikuti seminar ilmiah maupun training penelitian dan penulisan ilmiah. Saya mengikuti event-event ilmiah tersebut atas kemauan sendiri dan dengan uang pribadi. Waktu itu saya sering ikut seminar maupun training ilmiah sendirian, tidak ada teman. Saya hanya berasumsi bahwa ilmu yang saya cari saat ini suatu saat pasti akan berguna, entah kapan. Saya pernah mendapat nasihat dari kakak saya bahwa ilmu yang kita miliki suatu saat pasti akan berguna, entah kapan karena itu hanya masalah waktu saja.

Selama menjadi mahasiswa, beberapa event lomba karya tulis ilmiah pernah saya ikuti, puncaknya menjelang wisuda mengirimkan artikel hasil penelitian untuk seleksi PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) hingga berhasil lolos sampai PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional).

Setelah lulus dan bekerja sebagai guru di salah satu SMA di kota Solo, pernah mengikuti LKTI guru dan memperoleh juara 1. Pernah juga mengirim artikel untuk LKTI di Kemendikbud tapi tidak memperoleh juara.

Setelah menjadi dosen, pernah membimbing mahasiswa menyusun proposal PKM hingga lolos ke PIMNAS dan memperoleh medali emas. Dari event ini saya memperoleh penghargaan dari Rektor. Ketika menjadi tugas belajar studi S2 pernah mengikuti lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI dan memperoleh juara 1 tingkat nasional bidang kimia. Dari event ini saya memperoleh piala dan piagam penghargaan sebagai juara 1 dan sejumlah uang yang akhirnya saya pergunakan untuk membeli rumah yang saya tempati bersama keluarga kecil saya sampai saat ini.

Dari rangkaian pengalaman-pengalaman menulis tersebut, hobi menulis saya tetap saya pupuk dan pelihara. Beberapa tulisan ilmiah di jurnal maupun prosiding telah saya hasilkan dan beberapa buku juga pernah saya tulis baik sebagai penulis tunggal maupun dalam tim penulis. Capaian terakhir saat ini adalah keberhasilan saya menulis dan menerbitkan 30 judul buku baik buku mandiri maupun buku antologi. Harapan saya ke depannya adalah saya dapat terus berkarya, mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyebarkan manfaat kebaikan serta menularkan virus-virus menulis. InsyaAllah.

Demikian sekelumit kisah perjalanan hidup seorang wong ndeso dalam menekuni bidang literasi. Semoga bermanfaat. Salam literasi. []

 

_______________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer