Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Kisah kehidupan saya dulu
sangat berbeda sekali dengan kehidupan saya yang sekarang. Saya dilahirkan
sebagai orang desa yang menghabiskan masa kanak-kanak hingga dewasa di desa.
Kehidupan keluarga saya yang jauh dari kemewahan ikut mewarnai jalan kehidupan saya. Keterbatasan
fasilitas hidup bukannya membuat saya menjadi lemah tetapi justru menempa saya
menjadi seorang yang bermental baja. Jalan hidup saya yang penuh hambatan dan
aral melintang justru telah membuat saya memiliki jiwa yang ulet dan pantang
menyerah. Sebagaimana pepatah China kuno yang pernah saya baca di buku MIND SET karya John Naisbitt “Bukan kaki kita yang menggerakkan kita, tapi
pikiran kita”. Demikian pula dengan perjalanan kehidupanku. HANYA karena
kekuatan pikiran lah akhirnya saya sampai pada pencapaian sekarang ini.
Menjalani profesi yang
berkaitan dengan literasi menulis sebelumnya tidak pernah terbayang dalam benak
saya dan terlintas dalam pikiran saya waktu kecil dulu. Menjadi Dosen PNS yang
pekerjaannya selalu harus berpikir dan berinovasi (karena harus rutin melakukan
penelitian) dulu juga tidak pernah saya bayangkan. Apalagi menjadi seorang
penulis buku, sama sekali tidak ada bayangan sedikitpun. Dulu saya hanya lah
orang desa yang menginginkan kehidupannya menjadi lebih baik. Bagaimana caranya
agar keinginan hidup lebih baik tersebut tercapai, saya waktu dulu juga tidak
memiliki bayangan. Membayangkan hidup serba berkecukupan saja tidak berani,
apalagi hidup bermewah-mewah. Dulu saya sempat berada pada titik posisi dimana
optimisme dan pesimisme memiliki kadar yang sama. Keinginan saya dulu hanyalah ingin
dapat menikmati hidup yang lebih baik lagi.
Awal mula saya menekuni
dunia literasi menulis mungkin bisa dikatakan dimulai sejak saya duduk di
bangku sekolah menengah atas (dulu saya sekolah di MAN 1 Surakarta). Ketika
masih sekolah di MAN 1 surakarta, dulu saya suka menulis kejadian-kejadian yang
baru saya alami ke dalam buku diary.
Ya, buku diary. Aneh bukan? Seorang
anak laki-laki memiliki dan suka menulis buku diary. Tapi, begitulah yang dulu saya jalani. Mungkin dari kesukaan
menulis di buku diary inilah awal
mula saya kemudian menyukai dunia tulis-menulis. Sampai saya lulus dari MAN 1
Surakarta, kesukaan saya menulis tidak mengalami kemajuan yang berarti, hingga
akhirnya ketika memasuki dunia kampus barulah kesukaan menulis saya menemukan momentumnya.
Saat saya duduk di semester 5 saya bersama tim program studi Pendidikan Kimia
yang terdiri atas 3 orang mahasiswa mengikuti Lomba Karya Tulis Mahasiswa
(LKTM) di tingkat Jurusan P.MIPA. Alhamdulillah pengalaman pertama mengikuti
lomba karya tulis tersebut membuahkan hasil yang memuaskan. Tim saya dinyatakan
sebagai juara 1 dan berhak mewakili jurusan untuk melanjutkan seleksi di
tingkat fakultas.
Sejak mengalami
pengalaman yang luar biasa tersebut, semangat saya untuk belajar menulis
(khususnya tulisan ilmiah) meningkat sangat tajam. Saya sering mengikuti
seminar dan training penulisan karya ilmiah walau dengan biaya sendiri. Saya
juga pernah ditunjuk oleh jurusan untuk mewakili jurusan mengikuti pelatihan
penulisan karya ilmiah bagi mahasiswa yang diselenggarakan oleh Biro
Kemahasiswaan Universitas Sebelas Maret (UNS). Luaran dari pelatihan tersebut
adalah saya mendapat dana insentif penelitian dari Biro Kemahasiswaan Universitas
Sebelas Maret. Saya juga beberapa kali ikut mengirimkan artikel pada
lomba-lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh kampus maupun instansi
swasta. Dari aktivitas menulis karya tulis ilmiah tersebut, akhirnya saya
berkesempatan maju seleksi di tingkat nasional pada event Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Walaupun belum memperoleh juara, tetapi pengalaman
mengikuti lomba di tingkat nasional tersebut menjadi pengalaman yang sangat berharga
bagi saya pribadi.
Ketika menjalani proses
pendidikan di tingkat sarjana, saya mengalami proses perjalanan literasi yang
sangat berat. Dari kesulitan-kesulitan tersebut, saya justru telah belajar arti
sebuah perjuangan. Perjuangan pertama ketika menyelesaikan penelitian untuk
mata kuliah Seminar Kimia. Data eksperimen yang saya peroleh dari penelitian di
laboratorium menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan teori-teori kimia
yang selama ini saya pelajari. Saya mencoba mengulangi percobaan untuk
memastikan apakah hasil yang saya peroleh tersebut memang benar atau hanya
kebetulan saja. Ternyata setelah saya ulang beberapa kali, hasilnya tetap sama.
Dari sinilah saya mengalami kebingungan dan tidak tahu bagaimana menjelaskan
data eksperimen tersebut.
Selama berbulan-bulan
saya membaca berbagai literatur kimia baik buku diktat yang berbahasa Indonesia
maupun buku diktat berbahasa Inggris, maupun jurnal nasional maupun jurnal
international. Tetapi upaya saya tersebut belum juga menemukan hasil. Saya
tetap berada dalam kebingungan dan pandangan mata saya tetap gelap tidak tahu
harus bagaimana. Setelah merasa sudah putus asa mencari sendiri penjelasan dari
hasil penelitian saya, akhirnya saya memberanikan diri berkonsultasi kepada
dosen pembimbing tentang permasalahan yang sedang saya hadapi. Dengan petunjuk
dan arahan dari dosen pembimbing, akhirnya saya mampu membahas data penelitian
saya secara ilmiah dan memenuhi kaidah keilmuan. Justru dari penelitian saya
yang sedikit “bermasalah” ini saya menemukan pemahaman yang lebih tentang topik
riset kimia yang selama ini belum pernah saya peroleh dari perkuliahan mata
kuliah.
Perjuangan kedua saya
alami ketika proses penyelesaian skripsi. Skripsi saya adalah penelitian di
bidang pendidikan karena saya kuliah di Program Studi Pendidikan Kimia. Setelah
lulus saya akan menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Tidak berbeda jauh
dengan penelitian mata kuliah Seminar Kimia, penelitian skripsi saya juga
menghasilkan temuan yang bertolak belakang dengan teori-teori yang
dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah. Sekali lagi saya perlu menghabiskan
beberapa bulan untuk berpikir dan membaca berbagai literatur untuk menjelaskan
temuan penelitian skripsi saya tersebut. Setelah merasa sudah tidak sanggup
lagi menemukan solusinya, sekali lagi saya akhirnya berkonsultasi ke dosen
pembimbing. Setelah mendapat pencerahan dari dosen pembimbing, akhirnya saya
menemukan cara pendekatan untuk membahas hasil penelitian skripsi saya dengan
benar dengan tetap memperhatikan kebenaran metodologi penelitian ilmiah dan teori-teori
pendidikan.
Setelah lulus sarjana,
saya mengabdikan diri sebagai guru kimia di SMA Batik 1 Surakarta. Selama
menempuh pendidikan sarjana yang mampu saya selesaikan selama 4,5 tahun (9
semester), sebenarnya saya di samping kuliah juga telah mengajar sebagai guru
mata pelajaran IPA Fisika di MTs Nurul Islam 2 Tegal rejo, sekolah tempat dulu
saya menimba ilmu yang berlokasi di desa saya. Ketika menjadi GTT (Guru Tidak
Tetap) di SMA Batik 1 Surakarta tersebut, hobi menulis saya menemukan momentum
yang tepat. Dalam rangka peringatan HUT sekolah diadakan lomba karya tulis
ilmiah untuk guru. Kesempatan berharga itu pun tidak saya sia-siakan. Segera
saja saya menyiapkan persiapan untuk menulis makalah ilmiah. Saya mencari
beberapa data dan bahan tulisan yang terkait sekolah. Pada malam peringatan HUT
sekolah, panitia mengumumkan hasil lomba karya tulis guru dan Alhamdulillah
saya memperoleh juara 1. Momentum mendapat juara lomba karya tulis ini semakin
menguatkan semangat saya untuk menekuni dunia literasi menulis. Sampai tahap
ini saya belum ada pikiran untuk melangkah ke penulisan buku karena saya sama
sekali belum punya pengalaman menulis buku. Selama ini saya baru tahap menulis
artikel-artikel ilmiah untuk keperluan akademik dan lomba-lomba ilmiah.
Sudah sejak lama saya memiliki mimpi atau keinginan untuk menulis dan
menghasilkan karya-karya tulis dalam bentuk buku. Untuk mewujudkan mimpi-mimpi
tersebut, saya mulai mendalami ketrampilan menulis melalui mengikuti berbagai
pelatihan seperti pelatihan penulisan karya ilmiah, pelatihan penulisan buku
pelajaran, dan pelatihan jurnalistik. Di samping mengikuti berbagai pelatihan menulis,
saya juga mengikuti berbagai seminar ilmiah dalam rangka memperluas wawasan
keilmuan saya sebagai bekal nanti untuk menulis. Awalnya hobi menulis ini saya
salurkan melalui menulis karya ilmiah dan mengikuti berbagai lomba karya tulis
ilmiah. Beberapa sertifikat dan penghargaan lomba karya tulis telah saya
peroleh. Setelah itu, saya melanjutkan hobi saya tersebut untuk mencoba menghasilkan
karya tulis dalam bentuk buku.
Kesempatan menulis buku
pertama kali datang saat saya menjadi guru kimia SMA. Waktu itu saya bersama
beberapa calon penulis buku diundang dalam satu pertemuan untuk menulis buku
pelajaran. Pertemuan tersebut diinisiasi oleh salah satu penerbit buku
pelajaran di kota Solo. Tetapi sayang waktu itu saya tidak dapat menyelesaikan
target menulis buku pelajaran kimia untuk SMA/MA karena masih minimnya bekal
dan pengalaman menulis buku. Di samping itu juga faktor kesibukan yang membuat
saya tidak bisa konsentrasi menyelesaikan naskah buku pelajaran tersebut.
Kesempatan menulis buku
berikutnya datang dalam bentuk tawaran menulis LKS mata pelajaran kimia oleh
salah satu penerbit buku pelajaran di kota Solo. Alhamdulillah kesempatan kedua
ini terealisasi dan jadilah satu naskah LKS mata pelajaran kimia.Sewaktu
menulis LKS tersebut, saya melakukannya dengan serius dan menuangkan segala
kreativitas saya dalam tulisan. Ketika mengumpulkan draft naskah LKS ke
koordinator penulis, saya baru mengetahui kalau ternyata penulis lain ada yang
hanya bermodalkan "tingpel" alias gunting dan tempel dari naskah LKS
orang lain. Dalam hati saya kurang "sreg"
dengan pola penulisan "tingpel"
tersebut.
Kesempatan menulis buku
berikutnya datang dari salah satu penerbit buku pelajaran di kota Solo. Bersama
teman-teman dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS),
kami tim berlima menulis buku pelajaran kimia untuk SMA/MA kelas X,XI, dan XII.
Di kemudian hari ketiga buku kimia tersebut dibeli hak ciptanya oleh
Kementerian Pendidikan Nasional RI dan diterbitkan dalam bentuk Buku Sekolah
Elektronik (BSE).
Kesempatan menulis buku
berikutnya datang dari Kementerian Agama RI melalui lomba penulisan buku
pelajaran MIPA melalui program STEP-2 (Science
Technology Equity Program-2). Saya bersama teman kuliah S2 di UGM (waktu
itu saya sedang tugas belajar menempuh studi lanjut S2 di Jurusan Kimia FMIPA
UGM) yaitu Irwan Nugraha menulis buku pelajaran kimia untuk MA/SMA dan
diikutkan dalam lomba penulisan buku pelajaran MIPA yang diselenggarakan oleh
Kementerian Agama RI. Alhamdulillah buku kita mendapat juara 1 dan diterbitkan oleh
Kementerian Agama RI.
Kesempatan menerbitkan buku
datang kembali ketika Kementerian Agama RI akan menerbitkan buku para pemenang
lomba dalam skala lebih besar untuk didistribusikan ke seluruh MA di Indonesia
yang berada di bawah program STEP-2. Program penerbitan buku pelajaran pemenang lomba
yang memiliki keunikan atau ciri relegius yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama
RI tersebut ternyata berbenturan dengan Kementerian Pendidikan Nasional RI yang
mengadakan program penilaian kelayakan buku pelajaran. Kalau buku pelajaran
para pemenang lomba yang memiliki keunikan atau ciri relegius tersebut diikutkan
penilaian kelayakan buku pelajaran oleh Kemdiknas RI, maka ciri relegius pada
buku tersebut pasti harus dihilangkan karena instrumen penilaian kelayakan buku
pelajaran di Kemdiknas RI tidak mengakomodir ciri relegius tersebut. Sebagai
solusi atas permasalahan tersebut, akhirnya Kementerian Agama RI memutuskan
bahwa buku pelajaran para pemenang lomba harus diubah formatnya dari buku
pelajaran menjadi buku referensi agar ciri khas regelius dalam buku tersebut
tetap dapat dipertahankan.
Akhirnya setelah melalui
proses lelang yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI melalui proyek pengadaan
buku pelajaran untuk MA dan melibatkan banyak penerbit buku nasional, buku
kimia kami diterbitkan oleh salah satu penerbit buku di Yogyakarta. Selama
proses penerbitan, kami berdua merevisi dan mengubah format buku kimia kami
dari format buku pelajaran menjadi buku referensi. Saya sempat “magang” beberapa waktu di kantor
penerbit untuk memperbaiki naskah buku yang akan diterbitkan.
Kesempatan menulis buku
berikutnya datang ketika Kementerian Pendidikan Nasional RI melalui Pusat
Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) mengadakan sayembara penulisan buku
pengayaan. Alhamdulillah saya dapat merampungkan satu naskah buku pengayaan
untuk SMK. Buku tersebut di kemudian hari akhirnya saya terbitkan ke salah satu
penerbit buku di kota Malang.
Kesempatan menulis buku
berikutnya datang ketika FKIP UNS melalui Learning
Resources Center (LRC) mengadakan seleksi Hibah Insentif Penulisan Buku
Ajar. Alhamdulillah saya mendapat hibah tersebut dan dapat menyelesaikan satu
naskah buku ajar untuk pembelajaran mata kuliah yang saya ampu. Di kemudian
hari, naskah buku ajar tersebut saya terbitkan di salah satu penerbit buku di
kota Yogyakarta.
Setelah
beberapa kesempatan menulis buku datang silih berganti dan saya pun dapat
memanfaatkan momen berharga tersebut, maka untuk selanjutnya keinginan saya
untuk meneruskan hobi menulis buku mengalir sendiri. Walau setelah
menyelesaikan pendidikan Pascasarjana S2 saya sempat vakum beberapa waktu dari
menulis buku karena waktu itu minat saya lebih cenderung menulis
artikel-artikel ilmiah, tetapi mulai tahun 2017 semangat saya menulis dan
menerbitkan buku kembali bergelora. Sejak tahun 2017 hingga sekarang, alhamdulillah
setiap tahun saya dapat menerbitkan buku baik buku mandiri maupun buku
antologi. Khususnya sejak tahun 2018 hingga tahun ini, saya rutin dapat
menyelesaikan penulisan buku dan menerbitkan minimal 3 judul buku mandiri dan
beberapa buku antologi hasil karya grup literasi yang saya ikuti. Sampai artikel
ini saya tulis saat ini, tercatat saya telah menerbitkan total 30 judul buku
dimana mayoritas adalah berupa buku mandiri.
Pada awalnya tujuan saya menulis buku memang untuk mendapatkan
alternatif "penghasilan tambahan" karena faktor kondisi perekonomian
keluarga. Apalagi setelah menikah dan memiliki anak, saya selaku kepala
keluarga berkewajiban memberikan penghidupan yang layak untuk istri dan anak.
Oleh karena itu, saya menggunakan ketrampilan menulis buku yang saya miliki
sebagai alternatif mencari tambahan penghasilan. Berangkat dari kondisi
tersebut, maka saya sering mencari informasi lomba-lomba menulis khususnya
menulis buku. Alhamdulillah, pernah dari aktivitas mengikuti lomba penulisan
buku, hadiahnya dapat saya pergunakan untuk membelikan sebuah rumah layak huni
buat istri dan anak. Satu tahun kemudian dapat royalti dari penerbitan beberapa
buku sehingga bisa untuk biaya memperluas bangunan rumah dan juga membelikan
sebuah motor baru untuk istri. Sampai tahap ini, saya merasa "enjoy" dengan tujuan utama
menulis buku dan masih semangat mencari info-info lomba penulisan buku.
Seiring berjalannya waktu,
tingkat perekonomian keluarga saya semakin membaik dan makin stabil. Nah pada
kondisi inilah mulai terjadi perang batin pada diri saya. Saya mulai merasa ada
yang "kurang pas" dalam
menentukan tujuan utama aktivitas menulis saya. Saya kemudian merenungkan
kembali apa sebenarnya tujuan utama saya menulis. Sampai akhirnya saya merekonstruuksi dan merumuskan
kembali tujuan utama dari aktivitas saya menulis buku.
Dari hasil perenungan
tersebut, saya menyimpulkan bahwa tujuan utama saya menulis buku seharusnya
bukan untuk mencari materi (uang), tetapi untuk berbagi inspirasi, motivasi, dan ilmu pengetahuan
yang saya miliki agar bermanfaat bagi orang lain. Kalau ternyata dari aktivitas
menulis buku tersebut nantinya mendapat royalti, maka itu adalah berkah dari Allah Swt. Sampai tahap
ini, saya merasa yakin dengan kesimpulan hasil dari perenungan kembali tujuan utama
menulis buku tersebut.
Setelah mantap dengan hasil
proses merekonstruksi
tujuan utama menulis, maka saya mulai menggunakan media sosial Facebook untuk
mewujudkan tujuan tersebut. Sebelumnya saya belum terlalu tertarik dengan media
sosial seperti facebook, sehingga pernah membuat akun facebook tetapi kemudian
lama tidak aktif dan bahkan pasword log in-nya pun lupa. Saya mulai aktif
kembali menggunakan media sosial facebook pada pertengahan tahun 2016. Saya
berniat untuk menulis secara rutin di akun facebook pribadi saya. Hingga sekarang saya masih tetap aktif memposting
tulisan di beranda akun Facebook saya.
Tahun
2019 saya mulai bergabung di komunitas literasi Sahabat Pena Kita (SPK). Di
grup SPK ada peraturan yang sangat unik dan lumayan berat karena sudah banyak
anggota yang terlempar dari keanggotaan grup literasi bergengsi tersebut.
Peraturan yang lumayan berat tersebut adalah kewajiban setiap anggota untuk
menyetorkan tulisan wajib setiap bulan. Di samping itu juga ada yang namanya
setoran sunah. Perbedaan pokok antara tulisan setoran wajib dan setoran sunah
adalah kalau tulisan setoran wajib temanya telah ditentukan pengurus sedangkan
tulisan setoran sunah temanya bebas sesuai keinginan masing-masing anggota. Peraturan
grup yang cukup berat tersebut dimaksudkan untuk menguji keseriusan dan menjaga
komitmen setiap anggota untuk terus menulis. Bagi saya pribadi, dengan
bergabung di grup SPK yang melalui proses seleksi yang cukup ketat, saya
memperoleh manfaatnya yaitu membuat saya disiplin menulis minimal satu artikel
setiap bulannya.
Manfaat
lainnya yang saya peroleh adalah adanya program penerbitan buku karya anggota
grup SPK (buku antologi) yang setiap semesternya yang dilaunching ketika acara
Kopdar. Acara kopdar SPK biasanya diikuti dengan acara seminar kepenulisan dan
literasi. Maka keuntungan yang saya peroleh dari bergabung di grup SPK adalah
saya menjadi disiplin menulis setiap bulan dan menerbitkan buku antologi setiap
6 bulan sekali. Rata-rata setiap kopdar SPK dilaunching minimal 2 buku antologi
karya anggota SPK. Ini berarti setiap tahun saya bisa menerbitkan buku antologi
minimal 4 buku. Jika selama dua tahun terakhir ini rata-rata saya mampu
menerbitkan buku mandiri (solo) sebanyak 3 judul, jika ditotal maka setiap
tahun saya mampu menerbitkan buku minimal 7 judul. Inilah keuntungan yang saya
peroleh dari bergabung menjadi anggota grup literasi Sahabat Pena Kita (SPK)
yang sejak 2019 statusnya telah berbadan hukum dan memiliki penerbitan buku
sendiri.
Di
tahun 2020 ini saya mulai mencoba belajar membuat blog pribadi untuk
mengabadikan tulisan-tulisan saya, baik yang belum dibukukan maupun yang sudah
dibukukan. Tujuan saya membuat akun blog pribadi adalah untuk semakin
memperluas jangkauan pembaca tulisan-tulisan saya. Blog pribadi saya beralamat
di https://sharing-literasi.blogspot.com. Di samping blog pribadi, saya juga rutin
setiap bulan memposting tulisan di website grup SPK yang beralamat di https://sahabatpenakita.id. Di tahun 2020 juga saya mengikuti proses asesemen Sertifikasi Penulis
Buku Non Fiksi yang diselenggarakan oleh LSP PEP yang memiliki lisensi BNSP. Dengan
mengikuti sertifikasi sebagai penulis buku non fiksi, semakin memantapkan saya untuk
menekuni dunia literasi menulis. Dengan disiplin menulis dan menerbitkan buku
setiap tahun dan ditunjang dengan sertifikat pengakuan legalitas sebagai
penulis yang kompeten dari BNSP, maka langkah menuju kesuksesan menjadi seorang
penulis adalah sebuah keniscayaan. Semoga Allah swt meridhai niat dan langkah
baik saya ini. Amin.
Di
tempat kerja saya tidak banyak kolega yang menekuni aktivitas menulis buku
secara konsisten. Walaupun ada beberapa kolega yang juga menulis buku pelajaran
SMA/MA, tetapi menurut pengamatan saya mereka tidak rutin setiap tahun
menerbitkan buku. Berbeda halnya dengan penulisan artikel jurnal. Saya amati
kolega-kolega saya sangat antusias dalam menulis artikel jurnal. Mereka rutin
setiap tahun menulis artikel ilmiah
untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah maupun di konferensi ilmiah, baik skala
nasional maupun internasional. Mungkin di kalangan dosen –menurut dugaan saya
pribadi- menulis dan mempublikasikan artikel di jurnal ilmiah bereputasi
dipandang jauh lebih bergengsi dibandingkan menerbitkan buku. Di samping itu
penghargaan atas kinerja publikasi artikel ilmiah di jurnal internasional
bereputasi juga jauh lebih tinggi dibandingkan kinerja menerbitkan buku. Dalam panduan
PAK pun angka kredit atau kum dari publikasi artikel di jurnal bereputasi juga
jauh lebih tinggi dibandingkan kum menulis buku ber-ISBN. Beberapa faktor
inilah yang mungkin menjadi penyebab mengapa beberapa dosen tidak begitu
berminat menulis buku.
Walaupun
penghargaan kinerja penulisan buku jauh lebih kecil dibandingkan publikasi
artikel di jurnal, tetapi bagi saya pribadi menjadi dosen dan juga seorang
penulis buku tetaplah memiliki keunggulan dan keistimewaan tersendiri. Ada
beberapa alasan mengapa saya tetap menekuni bidang penulisan buku. Alasan pertama adalah menulis dan
publikasi di jurnal itu merupakan prestasi biasa bagi setiap dosen, tetapi
menjadi dosen yang juga seorang penulis buku profesional itu merupakan prestasi
yang istimewa karena tidak semua dosen mampu melakukannya. Tidak semua dosen
mampu menulis buku, tapi hampir semua dosen dapat dipastikan mampu menulis
artikel jurnal. Dari sinilah terlihat bahwa keterampilan dan kemampuan menulis
buku merupakan keunggulan yang istimewa.
Alasan kedua adalah ada kebanggaan tersendiri ketika buku-buku karya kita terpajang
di rak buku di rumah ataupun di toko buku. Memajang dan mendisplai buku-buku
dimana tertulis nama kita merupakan kebanggaan yang tiada bernilai. Bayangkan,
apa ada dosen yang memajang kumpulan jurnal-jurnalnya di rak buku? Yang sering
terjadi adalah kumpulan artikel jurnalnya dalam bentuk soft file pdf yang
tersimpan di komputer. Sangat berbeda dengan karya buku. Karya berupa buku dari
seorang dosen penulis dapat menjadi nilai plus bagi dosen yang bersangkutan.
Alasan ketiga adalah karya berupa buku dapat dijadikan sebagai kado istimewa ataupun
kenang-kenangan kepada teman baru dan kolega. Saya sendiri sudah sering
melakukan tersebut. Saya beberapa kali memberikan kenangan-kenangan kepada
teman baru yang baru saja berkenalan dengan buku karya sendiri. Di samping itu
saya juga menggunakan buku karya saya sebagai sarana menjalin silaturahmi
dengan sesama penulis buku melalui sedekah buku ataupun barter buku. Demikianlah
beberapa alasan yang membuat saya tetap komitmen menekuni aktivitas menulis
buku tanpa mengesampingkan aktivitas wajib selaku dosen. Dengan menjadi seorang
penulis buku yang tersertifikasi BNSP, maka saya merasa telah menjadi seorang dosen
plus, bukan dosen biasa, yaitu sebagai Dosen
Penulis.
Demikianlah
perjalanan panjang kisah perjuangan saya menekuni dunia literasi sebagai
seorang penulis buku. Bidang kepenulisan yang sekarang saya jalani secara
serius ini sangatlah mendukung profesi saya sebagai seorang dosen, dimana
kewajiban Tri darma Perguruan Tinggi
salah satunya adalah menulis publikasi ilmiah baik dalam bentuk artikel
jurnal ilmiah maupun dalam bentuk buku. Sepanjang pengamatan saya, dosen-dosen
yang rajin menulis baik menulis artikel jurnal ilmiah, artikel di media massa
maupun menulis buku, umumnya mereka memiliki karier yang bagus. Artinya, mereka
yang memiliki keahlian menulis dan rajin menghasilkan karya tulis dapat cepat
mencapai jenjang kepangkatan yang tinggi. Oleh karena itu, aktivitas menulis
saya ini selain untuk mendukung jenjang karier saya selalu dosen, juga untuk
sarana pengembangan diri dan menjalin
jejaring kerjasama dan kolaborasi dengan kolega lain yang memiliki minat di
bidang kepenulisan. Walaupun aktivitas menulis buku yang selama ini saya jalani
semula saya niatkan hanya untuk hobi, tetapi ternyata secara tidak langsung
sangat mendukung karier saya selaku dosen dan sekaligus ASN. Hobi yang
mendukung profesi harus diperjuangkan dan dijalankan dengan penuh komitmen dan
dedikasi yang tinggi. []
Gumpang Baru, 22
September 2020
___________________________________________________
*) Penulis adalah staff
pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret
(UNS), Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia di
Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi sertifikasi BNSP, Penulis
dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar