Powered By Blogger

Selasa, 22 September 2020

KISAH PERJALANAN LITERASIKU

  

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Kisah kehidupan saya dulu sangat berbeda sekali dengan kehidupan saya yang sekarang. Saya dilahirkan sebagai orang desa yang menghabiskan masa kanak-kanak hingga dewasa di desa. Kehidupan keluarga saya yang jauh dari kemewahan ikut mewarnai jalan kehidupan saya. Keterbatasan fasilitas hidup bukannya membuat saya menjadi lemah tetapi justru menempa saya menjadi seorang yang bermental baja. Jalan hidup saya yang penuh hambatan dan aral melintang justru telah membuat saya memiliki jiwa yang ulet dan pantang menyerah. Sebagaimana pepatah China kuno yang pernah saya baca di buku MIND SET karya John Naisbitt “Bukan kaki kita yang menggerakkan kita, tapi pikiran kita”. Demikian pula dengan perjalanan kehidupanku. HANYA karena kekuatan pikiran lah akhirnya saya sampai pada pencapaian sekarang ini.

Menjalani profesi yang berkaitan dengan literasi menulis sebelumnya tidak pernah terbayang dalam benak saya dan terlintas dalam pikiran saya waktu kecil dulu. Menjadi Dosen PNS yang pekerjaannya selalu harus berpikir dan berinovasi (karena harus rutin melakukan penelitian) dulu juga tidak pernah saya bayangkan. Apalagi menjadi seorang penulis buku, sama sekali tidak ada bayangan sedikitpun. Dulu saya hanya lah orang desa yang menginginkan kehidupannya menjadi lebih baik. Bagaimana caranya agar keinginan hidup lebih baik tersebut tercapai, saya waktu dulu juga tidak memiliki bayangan. Membayangkan hidup serba berkecukupan saja tidak berani, apalagi hidup bermewah-mewah. Dulu saya sempat berada pada titik posisi dimana optimisme dan pesimisme memiliki kadar yang sama. Keinginan saya dulu hanyalah ingin dapat menikmati hidup yang lebih baik lagi.

Awal mula saya menekuni dunia literasi menulis mungkin bisa dikatakan dimulai sejak saya duduk di bangku sekolah menengah atas (dulu saya sekolah di MAN 1 Surakarta). Ketika masih sekolah di MAN 1 surakarta, dulu saya suka menulis kejadian-kejadian yang baru saya alami ke dalam buku diary. Ya, buku diary. Aneh bukan? Seorang anak laki-laki memiliki dan suka menulis buku diary. Tapi, begitulah yang dulu saya jalani. Mungkin dari kesukaan menulis di buku diary inilah awal mula saya kemudian menyukai dunia tulis-menulis. Sampai saya lulus dari MAN 1 Surakarta, kesukaan saya menulis tidak mengalami kemajuan yang berarti, hingga akhirnya ketika memasuki dunia kampus barulah kesukaan menulis saya menemukan momentumnya. Saat saya duduk di semester 5 saya bersama tim program studi Pendidikan Kimia yang terdiri atas 3 orang mahasiswa mengikuti Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) di tingkat Jurusan P.MIPA. Alhamdulillah pengalaman pertama mengikuti lomba karya tulis tersebut membuahkan hasil yang memuaskan. Tim saya dinyatakan sebagai juara 1 dan berhak mewakili jurusan untuk melanjutkan seleksi di tingkat fakultas.

Sejak mengalami pengalaman yang luar biasa tersebut, semangat saya untuk belajar menulis (khususnya tulisan ilmiah) meningkat sangat tajam. Saya sering mengikuti seminar dan training penulisan karya ilmiah walau dengan biaya sendiri. Saya juga pernah ditunjuk oleh jurusan untuk mewakili jurusan mengikuti pelatihan penulisan karya ilmiah bagi mahasiswa yang diselenggarakan oleh Biro Kemahasiswaan Universitas Sebelas Maret (UNS). Luaran dari pelatihan tersebut adalah saya mendapat dana insentif penelitian dari Biro Kemahasiswaan Universitas Sebelas Maret. Saya juga beberapa kali ikut mengirimkan artikel pada lomba-lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh kampus maupun instansi swasta. Dari aktivitas menulis karya tulis ilmiah tersebut, akhirnya saya berkesempatan maju seleksi di tingkat nasional pada event Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Walaupun belum memperoleh juara, tetapi pengalaman mengikuti lomba di tingkat nasional tersebut menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya pribadi.

Ketika menjalani proses pendidikan di tingkat sarjana, saya mengalami proses perjalanan literasi yang sangat berat. Dari kesulitan-kesulitan tersebut, saya justru telah belajar arti sebuah perjuangan. Perjuangan pertama ketika menyelesaikan penelitian untuk mata kuliah Seminar Kimia. Data eksperimen yang saya peroleh dari penelitian di laboratorium menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan teori-teori kimia yang selama ini saya pelajari. Saya mencoba mengulangi percobaan untuk memastikan apakah hasil yang saya peroleh tersebut memang benar atau hanya kebetulan saja. Ternyata setelah saya ulang beberapa kali, hasilnya tetap sama. Dari sinilah saya mengalami kebingungan dan tidak tahu bagaimana menjelaskan data eksperimen tersebut.

Selama berbulan-bulan saya membaca berbagai literatur kimia baik buku diktat yang berbahasa Indonesia maupun buku diktat berbahasa Inggris, maupun jurnal nasional maupun jurnal international. Tetapi upaya saya tersebut belum juga menemukan hasil. Saya tetap berada dalam kebingungan dan pandangan mata saya tetap gelap tidak tahu harus bagaimana. Setelah merasa sudah putus asa mencari sendiri penjelasan dari hasil penelitian saya, akhirnya saya memberanikan diri berkonsultasi kepada dosen pembimbing tentang permasalahan yang sedang saya hadapi. Dengan petunjuk dan arahan dari dosen pembimbing, akhirnya saya mampu membahas data penelitian saya secara ilmiah dan memenuhi kaidah keilmuan. Justru dari penelitian saya yang sedikit “bermasalah” ini saya menemukan pemahaman yang lebih tentang topik riset kimia yang selama ini belum pernah saya peroleh dari perkuliahan mata kuliah.

Perjuangan kedua saya alami ketika proses penyelesaian skripsi. Skripsi saya adalah penelitian di bidang pendidikan karena saya kuliah di Program Studi Pendidikan Kimia. Setelah lulus saya akan menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Tidak berbeda jauh dengan penelitian mata kuliah Seminar Kimia, penelitian skripsi saya juga menghasilkan temuan yang bertolak belakang dengan teori-teori yang dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah. Sekali lagi saya perlu menghabiskan beberapa bulan untuk berpikir dan membaca berbagai literatur untuk menjelaskan temuan penelitian skripsi saya tersebut. Setelah merasa sudah tidak sanggup lagi menemukan solusinya, sekali lagi saya akhirnya berkonsultasi ke dosen pembimbing. Setelah mendapat pencerahan dari dosen pembimbing, akhirnya saya menemukan cara pendekatan untuk membahas hasil penelitian skripsi saya dengan benar dengan tetap memperhatikan kebenaran metodologi penelitian ilmiah dan teori-teori pendidikan.

Setelah lulus sarjana, saya mengabdikan diri sebagai guru kimia di SMA Batik 1 Surakarta. Selama menempuh pendidikan sarjana yang mampu saya selesaikan selama 4,5 tahun (9 semester), sebenarnya saya di samping kuliah juga telah mengajar sebagai guru mata pelajaran IPA Fisika di MTs Nurul Islam 2 Tegal rejo, sekolah tempat dulu saya menimba ilmu yang berlokasi di desa saya. Ketika menjadi GTT (Guru Tidak Tetap) di SMA Batik 1 Surakarta tersebut, hobi menulis saya menemukan momentum yang tepat. Dalam rangka peringatan HUT sekolah diadakan lomba karya tulis ilmiah untuk guru. Kesempatan berharga itu pun tidak saya sia-siakan. Segera saja saya menyiapkan persiapan untuk menulis makalah ilmiah. Saya mencari beberapa data dan bahan tulisan yang terkait sekolah. Pada malam peringatan HUT sekolah, panitia mengumumkan hasil lomba karya tulis guru dan Alhamdulillah saya memperoleh juara 1. Momentum mendapat juara lomba karya tulis ini semakin menguatkan semangat saya untuk menekuni dunia literasi menulis. Sampai tahap ini saya belum ada pikiran untuk melangkah ke penulisan buku karena saya sama sekali belum punya pengalaman menulis buku. Selama ini saya baru tahap menulis artikel-artikel ilmiah untuk keperluan akademik dan lomba-lomba ilmiah.

Sudah sejak lama saya memiliki mimpi atau keinginan untuk menulis dan menghasilkan karya-karya tulis dalam bentuk buku. Untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut, saya mulai mendalami ketrampilan menulis melalui mengikuti berbagai pelatihan seperti pelatihan penulisan karya ilmiah, pelatihan penulisan buku pelajaran, dan pelatihan jurnalistik. Di samping mengikuti berbagai pelatihan menulis, saya juga mengikuti berbagai seminar ilmiah dalam rangka memperluas wawasan keilmuan saya sebagai bekal nanti untuk menulis. Awalnya hobi menulis ini saya salurkan melalui menulis karya ilmiah dan mengikuti berbagai lomba karya tulis ilmiah. Beberapa sertifikat dan penghargaan lomba karya tulis telah saya peroleh. Setelah itu, saya melanjutkan hobi saya tersebut untuk mencoba menghasilkan karya tulis dalam bentuk buku.

Kesempatan menulis buku pertama kali datang saat saya menjadi guru kimia SMA. Waktu itu saya bersama beberapa calon penulis buku diundang dalam satu pertemuan untuk menulis buku pelajaran. Pertemuan tersebut diinisiasi oleh salah satu penerbit buku pelajaran di kota Solo. Tetapi sayang waktu itu saya tidak dapat menyelesaikan target menulis buku pelajaran kimia untuk SMA/MA karena masih minimnya bekal dan pengalaman menulis buku. Di samping itu juga faktor kesibukan yang membuat saya tidak bisa konsentrasi menyelesaikan naskah buku pelajaran tersebut.

Kesempatan menulis buku berikutnya datang dalam bentuk tawaran menulis LKS mata pelajaran kimia oleh salah satu penerbit buku pelajaran di kota Solo. Alhamdulillah kesempatan kedua ini terealisasi dan jadilah satu naskah LKS mata pelajaran kimia.Sewaktu menulis LKS tersebut, saya melakukannya dengan serius dan menuangkan segala kreativitas saya dalam tulisan. Ketika mengumpulkan draft naskah LKS ke koordinator penulis, saya baru mengetahui kalau ternyata penulis lain ada yang hanya bermodalkan "tingpel" alias gunting dan tempel dari naskah LKS orang lain. Dalam hati saya kurang "sreg" dengan pola penulisan "tingpel" tersebut.

Kesempatan menulis buku berikutnya datang dari salah satu penerbit buku pelajaran di kota Solo. Bersama teman-teman dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), kami tim berlima menulis buku pelajaran kimia untuk SMA/MA kelas X,XI, dan XII. Di kemudian hari ketiga buku kimia tersebut dibeli hak ciptanya oleh Kementerian Pendidikan Nasional RI dan diterbitkan dalam bentuk Buku Sekolah Elektronik (BSE).

Kesempatan menulis buku berikutnya datang dari Kementerian Agama RI melalui lomba penulisan buku pelajaran MIPA melalui program STEP-2 (Science Technology Equity Program-2). Saya bersama teman kuliah S2 di UGM (waktu itu saya sedang tugas belajar menempuh studi lanjut S2 di Jurusan Kimia FMIPA UGM) yaitu Irwan Nugraha menulis buku pelajaran kimia untuk MA/SMA dan diikutkan dalam lomba penulisan buku pelajaran MIPA yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI. Alhamdulillah buku kita mendapat juara 1 dan diterbitkan oleh Kementerian Agama RI.

Kesempatan menerbitkan buku datang kembali ketika Kementerian Agama RI akan menerbitkan buku para pemenang lomba dalam skala lebih besar untuk didistribusikan ke seluruh MA di Indonesia yang berada di bawah program STEP-2. Program penerbitan buku pelajaran pemenang lomba yang memiliki keunikan atau ciri relegius yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI tersebut ternyata berbenturan dengan Kementerian Pendidikan Nasional RI yang mengadakan program penilaian kelayakan buku pelajaran. Kalau buku pelajaran para pemenang lomba yang memiliki keunikan atau ciri relegius tersebut diikutkan penilaian kelayakan buku pelajaran oleh Kemdiknas RI, maka ciri relegius pada buku tersebut pasti harus dihilangkan karena instrumen penilaian kelayakan buku pelajaran di Kemdiknas RI tidak mengakomodir ciri relegius tersebut. Sebagai solusi atas permasalahan tersebut, akhirnya Kementerian Agama RI memutuskan bahwa buku pelajaran para pemenang lomba harus diubah formatnya dari buku pelajaran menjadi buku referensi agar ciri khas regelius dalam buku tersebut tetap dapat dipertahankan.

Akhirnya setelah melalui proses lelang yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI melalui proyek pengadaan buku pelajaran untuk MA dan melibatkan banyak penerbit buku nasional, buku kimia kami diterbitkan oleh salah satu penerbit buku di Yogyakarta. Selama proses penerbitan, kami berdua merevisi dan mengubah format buku kimia kami dari format buku pelajaran menjadi buku referensi. Saya sempat “magang” beberapa waktu di kantor penerbit untuk memperbaiki naskah buku yang akan diterbitkan.

Kesempatan menulis buku berikutnya datang ketika Kementerian Pendidikan Nasional RI melalui Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) mengadakan sayembara penulisan buku pengayaan. Alhamdulillah saya dapat merampungkan satu naskah buku pengayaan untuk SMK. Buku tersebut di kemudian hari akhirnya saya terbitkan ke salah satu penerbit buku di kota Malang.

Kesempatan menulis buku berikutnya datang ketika FKIP UNS melalui Learning Resources Center (LRC) mengadakan seleksi Hibah Insentif Penulisan Buku Ajar. Alhamdulillah saya mendapat hibah tersebut dan dapat menyelesaikan satu naskah buku ajar untuk pembelajaran mata kuliah yang saya ampu. Di kemudian hari, naskah buku ajar tersebut saya terbitkan di salah satu penerbit buku di kota Yogyakarta.

Setelah beberapa kesempatan menulis buku datang silih berganti dan saya pun dapat memanfaatkan momen berharga tersebut, maka untuk selanjutnya keinginan saya untuk meneruskan hobi menulis buku mengalir sendiri. Walau setelah menyelesaikan pendidikan Pascasarjana S2 saya sempat vakum beberapa waktu dari menulis buku karena waktu itu minat saya lebih cenderung menulis artikel-artikel ilmiah, tetapi mulai tahun 2017 semangat saya menulis dan menerbitkan buku kembali bergelora. Sejak tahun 2017 hingga sekarang, alhamdulillah setiap tahun saya dapat menerbitkan buku baik buku mandiri maupun buku antologi. Khususnya sejak tahun 2018 hingga tahun ini, saya rutin dapat menyelesaikan penulisan buku dan menerbitkan minimal 3 judul buku mandiri dan beberapa buku antologi hasil karya grup literasi yang saya ikuti. Sampai artikel ini saya tulis saat ini, tercatat saya telah menerbitkan total 30 judul buku dimana mayoritas adalah berupa buku mandiri.

Pada awalnya tujuan saya menulis buku memang untuk mendapatkan alternatif "penghasilan tambahan" karena faktor kondisi perekonomian keluarga. Apalagi setelah menikah dan memiliki anak, saya selaku kepala keluarga berkewajiban memberikan penghidupan yang layak untuk istri dan anak. Oleh karena itu, saya menggunakan ketrampilan menulis buku yang saya miliki sebagai alternatif mencari tambahan penghasilan. Berangkat dari kondisi tersebut, maka saya sering mencari informasi lomba-lomba menulis khususnya menulis buku. Alhamdulillah, pernah dari aktivitas mengikuti lomba penulisan buku, hadiahnya dapat saya pergunakan untuk membelikan sebuah rumah layak huni buat istri dan anak. Satu tahun kemudian dapat royalti dari penerbitan beberapa buku sehingga bisa untuk biaya memperluas bangunan rumah dan juga membelikan sebuah motor baru untuk istri. Sampai tahap ini, saya merasa "enjoy" dengan tujuan utama menulis buku dan masih semangat mencari info-info lomba penulisan buku.

Seiring berjalannya waktu, tingkat perekonomian keluarga saya semakin membaik dan makin stabil. Nah pada kondisi inilah mulai terjadi perang batin pada diri saya. Saya mulai merasa ada yang "kurang pas" dalam menentukan tujuan utama aktivitas menulis saya. Saya kemudian merenungkan kembali apa sebenarnya tujuan utama saya menulis. Sampai akhirnya saya merekonstruuksi dan merumuskan kembali tujuan utama dari aktivitas saya menulis buku.

Dari hasil perenungan tersebut, saya menyimpulkan bahwa tujuan utama saya menulis buku seharusnya bukan untuk mencari materi (uang), tetapi untuk berbagi inspirasi, motivasi, dan ilmu pengetahuan yang saya miliki agar bermanfaat bagi orang lain. Kalau ternyata dari aktivitas menulis buku tersebut nantinya mendapat royalti, maka itu adalah berkah dari Allah Swt. Sampai tahap ini, saya merasa yakin dengan kesimpulan hasil dari perenungan kembali tujuan utama menulis buku tersebut.

Setelah mantap dengan hasil proses merekonstruksi tujuan utama menulis, maka saya mulai menggunakan media sosial Facebook untuk mewujudkan tujuan tersebut. Sebelumnya saya belum terlalu tertarik dengan media sosial seperti facebook, sehingga pernah membuat akun facebook tetapi kemudian lama tidak aktif dan bahkan pasword log in-nya pun lupa. Saya mulai aktif kembali menggunakan media sosial facebook pada pertengahan tahun 2016. Saya berniat untuk menulis secara rutin di akun facebook pribadi saya. Hingga sekarang saya masih tetap aktif memposting tulisan di beranda akun Facebook saya.

Tahun 2019 saya mulai bergabung di komunitas literasi Sahabat Pena Kita (SPK). Di grup SPK ada peraturan yang sangat unik dan lumayan berat karena sudah banyak anggota yang terlempar dari keanggotaan grup literasi bergengsi tersebut. Peraturan yang lumayan berat tersebut adalah kewajiban setiap anggota untuk menyetorkan tulisan wajib setiap bulan. Di samping itu juga ada yang namanya setoran sunah. Perbedaan pokok antara tulisan setoran wajib dan setoran sunah adalah kalau tulisan setoran wajib temanya telah ditentukan pengurus sedangkan tulisan setoran sunah temanya bebas sesuai keinginan masing-masing anggota. Peraturan grup yang cukup berat tersebut dimaksudkan untuk menguji keseriusan dan menjaga komitmen setiap anggota untuk terus menulis. Bagi saya pribadi, dengan bergabung di grup SPK yang melalui proses seleksi yang cukup ketat, saya memperoleh manfaatnya yaitu membuat saya disiplin menulis minimal satu artikel setiap bulannya.

Manfaat lainnya yang saya peroleh adalah adanya program penerbitan buku karya anggota grup SPK (buku antologi) yang setiap semesternya yang dilaunching ketika acara Kopdar. Acara kopdar SPK biasanya diikuti dengan acara seminar kepenulisan dan literasi. Maka keuntungan yang saya peroleh dari bergabung di grup SPK adalah saya menjadi disiplin menulis setiap bulan dan menerbitkan buku antologi setiap 6 bulan sekali. Rata-rata setiap kopdar SPK dilaunching minimal 2 buku antologi karya anggota SPK. Ini berarti setiap tahun saya bisa menerbitkan buku antologi minimal 4 buku. Jika selama dua tahun terakhir ini rata-rata saya mampu menerbitkan buku mandiri (solo) sebanyak 3 judul, jika ditotal maka setiap tahun saya mampu menerbitkan buku minimal 7 judul. Inilah keuntungan yang saya peroleh dari bergabung menjadi anggota grup literasi Sahabat Pena Kita (SPK) yang sejak 2019 statusnya telah berbadan hukum dan memiliki penerbitan buku sendiri.

Di tahun 2020 ini saya mulai mencoba belajar membuat blog pribadi untuk mengabadikan tulisan-tulisan saya, baik yang belum dibukukan maupun yang sudah dibukukan. Tujuan saya membuat akun blog pribadi adalah untuk semakin memperluas jangkauan pembaca tulisan-tulisan saya. Blog pribadi saya beralamat di https://sharing-literasi.blogspot.com. Di samping blog pribadi, saya juga rutin setiap bulan memposting tulisan di website grup SPK yang beralamat di https://sahabatpenakita.id. Di tahun 2020 juga saya mengikuti proses asesemen Sertifikasi Penulis Buku Non Fiksi yang diselenggarakan oleh LSP PEP yang memiliki lisensi BNSP. Dengan mengikuti sertifikasi sebagai penulis buku non fiksi, semakin memantapkan saya untuk menekuni dunia literasi menulis. Dengan disiplin menulis dan menerbitkan buku setiap tahun dan ditunjang dengan sertifikat pengakuan legalitas sebagai penulis yang kompeten dari BNSP, maka langkah menuju kesuksesan menjadi seorang penulis adalah sebuah keniscayaan. Semoga Allah swt meridhai niat dan langkah baik saya ini. Amin.

Di tempat kerja saya tidak banyak kolega yang menekuni aktivitas menulis buku secara konsisten. Walaupun ada beberapa kolega yang juga menulis buku pelajaran SMA/MA, tetapi menurut pengamatan saya mereka tidak rutin setiap tahun menerbitkan buku. Berbeda halnya dengan penulisan artikel jurnal. Saya amati kolega-kolega saya sangat antusias dalam menulis artikel jurnal. Mereka rutin setiap tahun  menulis artikel ilmiah untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah maupun di konferensi ilmiah, baik skala nasional maupun internasional. Mungkin di kalangan dosen –menurut dugaan saya pribadi- menulis dan mempublikasikan artikel di jurnal ilmiah bereputasi dipandang jauh lebih bergengsi dibandingkan menerbitkan buku. Di samping itu penghargaan atas kinerja publikasi artikel ilmiah di jurnal internasional bereputasi juga jauh lebih tinggi dibandingkan kinerja menerbitkan buku. Dalam panduan PAK pun angka kredit atau kum dari publikasi artikel di jurnal bereputasi juga jauh lebih tinggi dibandingkan kum menulis buku ber-ISBN. Beberapa faktor inilah yang mungkin menjadi penyebab mengapa beberapa dosen tidak begitu berminat menulis buku.

Walaupun penghargaan kinerja penulisan buku jauh lebih kecil dibandingkan publikasi artikel di jurnal, tetapi bagi saya pribadi menjadi dosen dan juga seorang penulis buku tetaplah memiliki keunggulan dan keistimewaan tersendiri. Ada beberapa alasan mengapa saya tetap menekuni bidang penulisan buku. Alasan pertama adalah menulis dan publikasi di jurnal itu merupakan prestasi biasa bagi setiap dosen, tetapi menjadi dosen yang juga seorang penulis buku profesional itu merupakan prestasi yang istimewa karena tidak semua dosen mampu melakukannya. Tidak semua dosen mampu menulis buku, tapi hampir semua dosen dapat dipastikan mampu menulis artikel jurnal. Dari sinilah terlihat bahwa keterampilan dan kemampuan menulis buku merupakan keunggulan yang istimewa.

Alasan kedua adalah ada kebanggaan tersendiri ketika buku-buku karya kita terpajang di rak buku di rumah ataupun di toko buku. Memajang dan mendisplai buku-buku dimana tertulis nama kita merupakan kebanggaan yang tiada bernilai. Bayangkan, apa ada dosen yang memajang kumpulan jurnal-jurnalnya di rak buku? Yang sering terjadi adalah kumpulan artikel jurnalnya dalam bentuk soft file pdf yang tersimpan di komputer. Sangat berbeda dengan karya buku. Karya berupa buku dari seorang dosen penulis dapat menjadi nilai plus bagi dosen yang bersangkutan.

Alasan ketiga adalah karya berupa buku dapat dijadikan sebagai kado istimewa ataupun kenang-kenangan kepada teman baru dan kolega. Saya sendiri sudah sering melakukan tersebut. Saya beberapa kali memberikan kenangan-kenangan kepada teman baru yang baru saja berkenalan dengan buku karya sendiri. Di samping itu saya juga menggunakan buku karya saya sebagai sarana menjalin silaturahmi dengan sesama penulis buku melalui sedekah buku ataupun barter buku. Demikianlah beberapa alasan yang membuat saya tetap komitmen menekuni aktivitas menulis buku tanpa mengesampingkan aktivitas wajib selaku dosen. Dengan menjadi seorang penulis buku yang tersertifikasi BNSP, maka saya merasa telah menjadi seorang dosen plus, bukan dosen biasa, yaitu sebagai Dosen Penulis.

Demikianlah perjalanan panjang kisah perjuangan saya menekuni dunia literasi sebagai seorang penulis buku. Bidang kepenulisan yang sekarang saya jalani secara serius ini sangatlah mendukung profesi saya sebagai seorang dosen, dimana kewajiban Tri darma Perguruan Tinggi  salah satunya adalah menulis publikasi ilmiah baik dalam bentuk artikel jurnal ilmiah maupun dalam bentuk buku. Sepanjang pengamatan saya, dosen-dosen yang rajin menulis baik menulis artikel jurnal ilmiah, artikel di media massa maupun menulis buku, umumnya mereka memiliki karier yang bagus. Artinya, mereka yang memiliki keahlian menulis dan rajin menghasilkan karya tulis dapat cepat mencapai jenjang kepangkatan yang tinggi. Oleh karena itu, aktivitas menulis saya ini selain untuk mendukung jenjang karier saya selalu dosen, juga untuk sarana  pengembangan diri dan menjalin jejaring kerjasama dan kolaborasi dengan kolega lain yang memiliki minat di bidang kepenulisan. Walaupun aktivitas menulis buku yang selama ini saya jalani semula saya niatkan hanya untuk hobi, tetapi ternyata secara tidak langsung sangat mendukung karier saya selaku dosen dan sekaligus ASN. Hobi yang mendukung profesi harus diperjuangkan dan dijalankan dengan penuh komitmen dan dedikasi yang tinggi. []

 

Gumpang Baru, 22 September 2020

___________________________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi sertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer